Ketika Anak Jadi Menteri

- Editor

Rabu, 12 Oktober 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ibu Deputi, mari kita cari solusi daripada berdebat begini.” Dengan tegas, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (yang diperankan Priscilla Mariana) mengakhiri perdebatan antara petinggi. Sambil membetulkan letak kacamatanya, ia memimpin rapat agar kembali fokus.

Rapat yang digelar di kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Selasa (11/10), itu berupaya mencari solusi atas perkawinan anak. “Menteri” Priscilla dan jajaran eselon I menghasilkan 8 rekomendasi untuk Presiden Joko Widodo. Delapan poin itu mencakup pencegahan dan penanggulangan perkawinan anak di Indonesia. Salah satu program unggulan adalah Gerakan Masuk Sekolah bagi anak-anak yang terpaksa keluar karena sudah menikah.

Saat dicegat wartawan, Priscilla langsung memberi penjelasan. “Bu Menteri, tunggu dulu Bu, tunggu dulu,” kata wartawan itu. “Oh iya, ha-ha-ha. maaf ya, saya baru sekali jadi menteri begini,” katanya tertawa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Priscilla dan sepuluh anak lainnya “menggantikan” Menteri PPPA Yohana S Yembise serta para pejabat eselon I KPPPA dalam rangka perayaan Hari Anak Perempuan Internasional yang jatuh pada 11 Oktober.

Hal yang sama terjadi di Kementerian Tenaga Kerja. Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri “digantikan” Nur Annisa dari Riau. Adapun sepuluh posisi pejabat eselon I Kemnaker diisi anak-anak usia 15-17 tahun.

Acara bertajuk “Sehari Jadi Menteri” ini digagas oleh Plan International Indonesia, KPPPA, dan Kementerian Tenaga Kerja. Ini adalah rangkaian perayaan Hari Anak Perempuan Internasional yang jatuh pada 11 Oktober. Tak hanya Indonesia, sekitar 200 jabatan strategis seluruh dunia juga “diambil alih” oleh anak-anak pada hari ini.

Terpilih lewat kompetisi
Anak-anak ini dipilih lewat kompetisi video blog (vlog). Dari sekitar 600 vlog yang masuk, dipilih 22 anak untuk mengisi jabatan di KPPPA dan Kemnaker. Dewan juri pun menentukan posisi anak sesuai konten vlog mereka. Priscilla, pelajar berusia 17 tahun asal Soe, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, terpilih sebagai Menteri KPPPA. Vlog-nya membahas pencegahan perkawinan anak.

7ee0fb323c5649cba269e05d91c7b9b8KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Priscilla Mariana (keempat dari kanan), siswa SMK 2 Sone Nusa Tenggara Timur, berperan sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) memimpin rapat pimpinan di Kantor Kementerian PPPA di Jakarta, Selasa (11/10). Simulasi bertajuk “Sehari Jadi Menteri” tersebut digagas Plan International Indonesia dalam rangka perayaan Hari Anak Perempuan Internasional. Kemarin, kegiatan serupa juga digelar di Kantor Kementerian Tenaga Kerja.

Di usia muda, para peserta begitu fasih membahas isu perkawinan anak. Mereka tak hanya membahas mengenai penyebab, tetapi juga dampak jangka pendek dan panjang.

Dalam rapat, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat KPPPA Ni Putu Kumaradewi (16) menguraikan dampak perkawinan anak. Selain dampak fisik dan psikis, anak juga terenggut haknya karena otomatis dinyatakan sebagai dewasa. “Sering kali, anak ini justru diabaikan oleh orangtuanya, yang tidak lagi merasa bertanggung jawab atas si anak,” ujarnya.

Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak-diperankan oleh Meyta N Aini -juga menyampaikan tak efektifnya pemblokiran situs pornografi saat ini. Tinggal mengubah domain name server (DNS)-nya, anak bisa bebas membuka situs apa saja. “Jadi, jangan fokus memblokir situs, tetapi fokus mengubah masyarakat,” ujar Meyta.

Di luar ruang rapat, mereka kembali menjelma menjadi anak-anak. Meyta, Nabila, dan Ni Putu asyik berfoto dengan berbagai gaya. Begitu pula Yokbet, anak asal Papua, berperan sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluarga. Mereka antusias melihat ruangan para pejabat kementerian.

Sejak masa kecil, anak-anak itu sudah mewujudkan mimpinya “jadi” menteri dan pejabat teras kementerian. Tentu sejuta mimpi lainnya bergelayut dalam angan mereka…. (C01)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Oktober 2016, di halaman 11 dengan judul “Ketika Anak Jadi Menteri”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB