Jangan Gegabah Buka Program Studi Baru

- Editor

Minggu, 19 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perguruan Tinggi Asing agar Bermitra dengan Lokal
Pembukaan ataupun penutupan program studi harus berdasarkan kajian komprehensif dan asas manfaat jangka panjang. Jangan sampai hanya sekadar mengikuti tren pasar dan industri.

Dibutuhkan aturan pengembangan program studi yang luwes agar bisa memungkinkan perguruan tinggi memaksimalkan perkuliahan transdisipliner.

Hal tersebut diungkapkan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan ketika dihubungi di Nagoya, Jepang, Jumat (17/11). Semua kebijakan terkait pendidikan hendaknya berdasarkan program pengembangan perguruan tinggi (PT) yang utuh dan berkelanjutan. Bukan kebutuhan sesaat ataupun hanya beberapa tahun ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Prodi (program studi) yang sudah ada harus dievaluasi. Apabila masih bisa dilanjutkan, ditingkatkan, dikembangkan, atau diubah menjadi prodi baru,” ujarnya.

Menurut dia, mengubah pendekatan prodi merupakan salah satu solusi mengatasi ketertinggalan PT dari perkembangan zaman. Artinya, tidak harus langsung membuka prodi baru. Prodi yang sudah ada dimutakhirkan pendekatannya melalui pembuatan mata kuliah yang relevan dengan kebutuhan sekarang dan masa depan. Di samping itu juga dikembangkan perkuliahan lintas prodi atau transdisipliner untuk memperkaya keilmuan mahasiswa.

Kamis lalu, Presiden Joko Widodo, saat memimpin rapat terbatas tentang pendidikan vokasi di Istana Bogor, Jawa Barat, menginginkan perubahan aturan seputar sistem pendidikan nasional. Presiden menginginkan adanya penambahan jurusan-jurusan baru di pendidikan menengah hingga perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini. Langkah tersebut perlu dibuat sekaligus untuk membuka peluang berdirinya perguruan tinggi asing di Indonesia (Kompas, 17/11).

Terkait hal itu, Said mengajak Presiden untuk melihat kembali Pasal 90 UU tersebut. Pasal ini menegaskan, PT asing harus memiliki akreditasi dari negara asal dan hanya bisa beroperasi di Indonesia jika bermitra dengan PT lokal. Dari segi sumber daya manusia (SDM), seperti dosen dan staf, juga harus mengutamakan orang Indonesia.

“Ini bentuk semangat nasionalisme baru untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat Indonesia. PT asing tidak boleh seenaknya beroperasi tanpa memberikan nilai tambah kepada bangsa. Melalui kemitraan dengan PT lokal, sivitas akademika di Indonesia bisa meningkatkan kapasitas mereka ke dalam standar global,” kata Said.

Intinya, menurut Said, PT asing tidak mengambil alih pasar Indonesia, tetapi turut mengembangkannya. Di samping itu, daripada membuka izin operasional bagi PT asing, lebih baik memanfaatkan orang-orang Indonesia yang berkiprah di luar negeri. Hal ini karena kekayaan SDM Indonesia sebenarnya tersebar di seluruh dunia. Apabila mereka bisa diminta untuk pulang dan membangun negeri, akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan menunggu bantuan asing.

Perbaiki aturan
Guru Besar Institut Teknologi Bandung Satryo Soemantri Brodjonegoro mengemukakan bahwa sudah waktunya peraturan terkait pendidikan tinggi dibuat menjadi luwes.

Ia mencontohkan, untuk mengembangkan prodi, prosesnya lama dan berbelit-belit.

“Bagi PT negeri yang berbadan hukum saja relatif lama, apalagi untuk PT di kluster lainnya,” tuturnya.

Satryo, yang mendapat penghargaan dari Kekaisaran Jepang atas kontribusinya di dunia pendidikan, mengatakan, kelebihan PT asing dengan Indonesia hanya satu, yaitu mereka memiliki kebebasan penuh untuk mengembangkan diri.

Ia mencontohkan di Jepang dan Singapura negara memberikan dana kepada PT dan membebaskan mereka mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan zaman.

“Bagaimanapun juga fakultas dan prodi-lah yang mengetahui kebutuhan serta arah perkembangan masing-masing,” ucapnya.

Dengan begitu, setiap PT bisa mengembangkan kekhasan setiap prodi. Misalnya, prodi teknik mesin di ITB dan di Universitas Gadjah Mada sama-sama bagus dan memiliki kekhasan yang berbeda. Calon mahasiswa tinggal memilih sesuai dengan spesialisasi yang ingin ia tekuni.

Menurut Satryo, di era mendatang, yang terjadi bukan persaingan, melainkan saling melengkapi. Hal ini memperkaya ragam ilmu yang bisa ditawarkan oleh PT. (DNE)

Sumber: Kompas, 18 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB