Daun Khatulistiwa Ditenggelamkan di Ternate

- Editor

Kamis, 26 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Instalasi Daun Khatulistiwa karya Teguh Ostenrik yang dipamerkan dalam ARTJOG MMXIX di Yogyakarta pada 25 Juli-25 Agustus 2019, Rabu (25/9/2019), ditenggelamkan di Pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara. Diharapkan dalam beberapa tahun mendatang rangka kubah yang terbuat dari logam tersebut dipadati karang sehingga menjadi rumah baru bagi ikan-ikan karang di perairan rekreasi setempat.

Penenggelaman satu dari sembilan karya instalasi ARTificial Reef yang diinisiasi Yayasan Terumbu Rupa tersebut berlangsung tanpa halangan berarti. Karya seni berupa kubah berukuran diameter 7 meter dan tinggi 3,5 meter ini ditenggelamkan pada kedalaman 5,5 meter di bawah permukaan laut. Jarak lokasinya ke La Conna Diving Club kurang dari 100 meter.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO (ICH0–Perupa dan pendiri Yayasan Terumbu Rupa, Teguh Ostenrik, Rabu (25/9/2019), mengecek kondisi instalasi logam Daun Khatulistiwa atau Domus Frosiquilo yang hari itu ditenggelamkan di dasar perairan Pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara. Instalasi ini diharapkan ditumbuhi dan dipadati karang sehingga menjadi terumbu karang atau rumah baru bagi ikan-ikan setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Proses penenggelaman kubah logam dengan ”tempelan daun jati” yang juga terbuat dari logam tersebut dilakukan sekitar 20 penyelam dan sukarelawan yang bekerja di atas permukaan air laut. Mereka menggunakan delapan tong kedap udara dan sejumlah lift bag untuk mengarahkan instalasi agar tenggelam pada posisi yang dikehendaki.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Para penyelam dan pegiat wisata, Rabu (25/9/2019), membawa instalasi logam Daun Khatulistiwa atau Domus Frosiquilo untuk ditenggelamkan di Pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara, dengan latar belakang Gunung Hiri.

Perupa dan pendiri Yayasan Terumbu Rupa, Teguh Ostenrik, mengatakan, karya seni buatannya bernama Domus Frosiquilo atau diartikan sebagai Daun Katulistiwa tersebut disebabkan laut sebagai penghasil oksigen utama bagi bumi. Penghasil oksigen pada umumnya hanya diketahui berasal dari daun atau tumbuhan di daratan.

”Padahal, dari hasil riset ditunjukkan 70 persen oksigen dihasilkan dari lautan dan 30 persen dari daratan,” katanya di sela-sela prosesi penenggelaman tersebut.

Karena itu, idenya membentuk ornamen daun pada instalasi kubahnya ini menjadi penghargaan bagi laut yang telah menghasilkan kehidupan bagi bumi. Para wisatawan yang berekreasi dan mengamati instalasi di bawah laut pun dibawa untuk menghargai kehidupan ekosistem terumbu karang.

Terumbu karang di Pantai Jikomalamo tampak sangat sehat dan padat dengan kehadiran ikan beraneka jenis. Selain instalasi Daun Katulistiwa, di sekitarnya terdapat pula kerangka bus, sepeda motor, struktur logam untuk terumbu karang lain, dan replika stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang dipasang sejumlah instansi dan perusahaan.

Pemasangan instalasi Daun Katulistiwa di Ternate ini didukung PT Pelni, badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bisnis pelayaran laut. Direktur Utama PT Pelni (Persero) Insan Purwarisya L Tobing mengatakan, revitalisasi terumbu karang merupakan prioritas bagi perusahaan tersebut.

”Pelni bergerak di maritim karena itu laut menjadi sesuatu yang harus dipelihara,” katanya dalam seremoni penenggelaman Daun Khatulistiwa.

Pelni menyebut investasi penenggelaman rumah terumbu karang tersebut sebesar Rp 775 juta. Ini mencakup biaya produksi sejak pergelaran ARTJOG.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Direktur Utama PT Pelni (Persero) Insan Purwarisya L Tobing (kanan) berbincang dengan perupa dan pendiri Yayasan Terumbu Rupa Teguh Ostenrik (kiri), Rabu (25/9/2019), di Pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara. Mereka berbincang terkait terumbu karang buatan yang diharapkan terbentuk pascapenenggelaman instalasi logam Daun Katulistiwa (Domus Frosiquilo) di perairan tersebut.

Kerja sama serupa antara Pelni dan Yayasan Terumbu Rupa juga berlangsung sebelumnya. Mereka membangun dan menenggelamkan rumah buatan terumbu karang yang dinamakan Domus Arcae Similis (Rumah Bahtera) dengan panjang 15 meter di Perairan Pulau Sepa, Kepulauan Seribu, Jakarta dan Domus Hippocampi (Rumah Kuda Laut) berbentuk lorong sepanjang 21 meter yang ditanam di Pulau Bangka, Sulawesi Utara.

Asisten Deputi Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara Dewi Aryani yang juga hadir dalam acara penenggelaman Daun Khatulistiwa menyatakan dukungan pemerintah kepada Pelni untuk membantu pelestarian terumbu karang. Ia pun mengharapkan kontribusi dan keterlibatan BUMN lain dalam kegiatan tersebut.–ICHWAN SUSANTO

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 26 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 22 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB