Limbah Botol dan Ban untuk Pemecah Gelombang di Ampenan

- Editor

Minggu, 18 Mei 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selalu ada cara mengatasi persoalan, seperti upaya anak muda di Lingkungan Kampung Melayu, Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Mereka membuat tanggul sederhana berfungsi sebagai pemecah gelombang yang ditenggelamkan di kedalaman laut sekitar 4 meter, berada 100 meter dari pesisir Ampenan yang berhadapan langsung dengan kampung mereka.

Bahannya berupa botol plastik bekas wadah minuman air mineral, ban bekas kendaraan roda dua, roda empat, yang dibeli secara swadaya ataupun sumbangan warga. Botol-botol itu diisi pasir basah—karena menggunakan pasir kering bisa menyusut jadi setengah bagian jika terendam air. Ban-ban bekas itu dirangkai sedemikian rupa menyerupai bak. Lalu ribuan botol-botol diikat pada ban ”rakitan” tadi sebagai pemberat, lalu dicurahkan ke laut.

Menurut Soni (36) dan Arya Wirayana (40), yang bertugas memasang tanggul di dalam air, ada dua unit yang mereka buat, dan satu di antaranya dipasang hari Minggu (11/5). Satu unit lainnya dipasang Januari lalu. ”Idenya sederhana, tanggul ini berfungsi memecah gelombang agar energi ombak ke pesisir jadi berkurang,” ujar Arya Adiana si empunya ide.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tanggul-tanggul berukuran 10 meter persegi itu—di dalam air tanggul—dalam posisi berdiri. Tujuannya, tanggul itu sebagai tempat menempelnya hewan kecil dan biota laut lainnya sehingga menyerupai terumbu karang yang dapat memecah gelombang. Keyakinan demikian terindikasi dari tanggul yang dipasang pertama saat terjadi air pasang disertai ombak Februari lalu. ”Saat itu, dua rumah, termasuk rumah saya, terhindar dari terjangan ombak,” tutur Arya Adiana.

Kampung mereka berhadapan langsung dengan pantai bekas Pelabuhan Ampenan. Dua kali setahun: saat musim angin barat dan tenggara, permukiman warga di pesisir itu didatangi gelombang serta ombak yang merendam dan menerjang rumah penduduk setempat.

Warga yang menjadi korban terpaksa mengungsi ke rumah tetangga, keluarga, bahkan bikin tenda darurat. Uang dari hasil sebagai nelayan dan pedagang kaki lima selama berbulan-bulan terkuras habis untuk merehabilitasi rumah.

Kondisi itulah yang mendorong sejumlah warga setempat memunculkan gagasan mengurangi dan mengendalikan bencana ini. Sebelum tanggul sederhana itu dibuat, mereka menyurvei. Hasilnya sepanjang 10 kilometer garis pantai dari utara ke selatan, topografi pesisir Ampenan berupa pasir, terumbu karang yang ada sudah mati akibat penangkapan ikan menggunakan bom dan potasium. Akibatnya, abrasi tak terhindarkan oleh terjangan gelombang dan ombak begitu deras karena tak ada penghalangnya.

Keberadaan tanggul itu sudah dirasakan manfaatnya, seperti sebagai tempat berkembangnya ikan dasar, seperti cumi-cumi dan lobster yang dua dekade lalu tidak pernah terlihat. Burung camar yang sebelumnya menghilang kini mulai tampak beterbangan di seputar perairan itu.

Memang tanggul itu sebagai solusi sementara karena secara teknis dipertanyakan daya tahannya menahan gempuran ombak. Namun, mereka tak tinggal diam—bahkan menambah tanggul pemecah gelombang sebanyak-banyaknya demi menjaga keselamatan warga di kampung itu. (KHAERUL ANWAR)

Sumber: Kompas, 18 Mei 2014

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB

%d blogger menyukai ini: