WHO Ubah Penamaan Varian SARS-CoV-2 dengan Alfabet Yunani

- Editor

Selasa, 8 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nama varian SARS-CoV-2 yang memakai kombinasi huruf dan angka dinilai rumit. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menamai varian SARS-CoV-2 yang muncul dengan alfabet Yunani untuk memudahkan.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengubah penamaan varian virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dengan alfabet Yunani, mulai dari Alfa, Beta, Gamma, Delta, dan seterusnya, Senin (31/5/2021). Itu bertujuan untuk memudahkan penyebutannya dan menghindari stigma terhadap negara di mana varian tersebut pertama kali diidentifikasi.

Berdasarkan sistem penamaan tersebut, maka varian SARS-CoV-2 dari Inggris dinamai varian Alfa, varian dari Afrika Selatan disebut varian Beta, varian dari Brasil dinamai varian Gamma, dan varian dari India dilabeli varian Delta. Keempat varian ini termasuk ke dalam varian mengkhawatirkan atau variant of concern (VOC).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

ORGANISASI KESEHATAN DUNIA (WHO)—-Sejumlah varian SARS-CoV-2 berikut penamaannya dengan sistem yang berbeda-beda, Rabu (2/6/2021).

Sementara varian SARS-CoV-2 lain yang terkategori sebagai varian yang diawasi atau variant of interest (VOI), yakni varian B.1.427/B.1429 (Amerika Serikat), P.2 (Brasil), B.1.525 (muncul di sejumlah negara), P.3 (Filipina), B.1.526 (AS), dan B.1.617.1 (India) secara berurutan dinamai varian Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Iota, dan Kappa.

Maria menambahkan, ketika 24 alfabet Yunani telah habis dipakai untuk menamai varian SARS-CoV-2, maka sistem penamaan serupa akan diumumkan kemudian.

Sebenarnya, rencana untuk menyederhanakan penamaan varian SARS-CoV-2 berlangsung sejak beberapa bulan lalu dipimpin oleh Kelompok Kerja Evolusi Virus WHO. Namun, ternyata untuk menghasilkan sistem penamaan yang bisa diterima semua pihak tidaklah mudah.

Ketika sistem penamaan berdasarkan alfabet Yunani dilontarkan, anggota Kelompok Kerja Evolusi Virus yang beberapa di antaranya merangkap anggota Komite Internasional Taksonomi Virus akhirnya sepakat.

Selama ini, tiga lembaga, yaitu Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID), Nextstrain, dan Phylogenetic Assignment of Named Global Outbreak (Pango), memberikan penamaan berbeda untuk tiap-tiap genom varian SARS-CoV-2. Contohnya, varian SARS-CoV-2 India dilabeli B.1.617.2 oleh Pango, G/452R.V3 oleh GISAID, dan 21A/S:478K oleh Nextstrain.

ORGANISASI KESEHATAN DUNIA (WHO)—–Sejumlah varian SARS-CoV-2 berikut penamaannya dengan sistem yang berbeda-beda, Rabu (2/6/2021).

Dalam cuitannya, Selasa (1/6/2021), Maria Van Kerkhove, Technical Lead Covid-19 WHO, menyebutkan, penamaan itu tidak menggantikan penamaan ilmiah setiap varian. Sistem penamaan oleh GISAID, Nextstran, dan Pango tetap dipakai dalam konteks riset. Adapun penamaan dengan alfabet Yunani ini lebih untuk memudahkan penyebutannya dalam diskursus publik.

”Pelabelan untuk VOI/ VOC sederhana, mudah diucapkan dan mudah diingat serta berbasis pada alfabet Yunani, sistem yang dipilih setelah konsultasi dan kajian terhadap sistem penamaan potensial lainnya,” kata Maria.

Maria juga menekankan bahwa upaya surveilans epidemiologi dan molekular global serta pengurutan genom varian Covid-19 yang luas harus terus dilakukan dan datanya dibagi secara global. Akan tetapi, tak boleh ada satu negara pun yang mengalami stigma hanya karena mendeteksi dan melaporkan varian baru.

—-Pohon kekerabatan SARS-CoV-2 dari sejumlah daerah di Indonesia. Sumber: GISAID

”(Penamaan) Ini lebih mudah bagi penyiar radio untuk mengucapkan ’Delta’ dibandingkan B-Satu-Enam-Satu-Tujuh-Dua untuk varian yang dideteksi pertama kali di India. Jadi, saya akan mencoba menyebutnya dengan sebutan baru,” kata Jeffrey Barret, pakar statistik genetik yang memimpin pengurutan genom SARS-CoV-2 di Wellcome Sanger Institute di Hinxton, Inggris, seperti dikutip Nature, 1 Juni 2021.

Sementara itu, Tulio de Oliveira, ahli bioinformasi sekaligus Direktur Kwazulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform di Durban, Afrika Selatan, yang berhasil mengidentifikasi varian Beta, berharap penamaan baru ini melekat di ingatan publik. ”Saya lihat penamaan ini sederhana dan mudah.”

Oleh ADHITYA RAMADHAN

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 2 Juni 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB