Varian Delta Picu Keparahan Dua Kali Lipat Dibanding Alfa

- Editor

Kamis, 18 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekelompok peneliti menemukan bahwa infeksi varian Delta SARS-CoV-2 menyebabkan penyakit Covid-19 yang lebih parah dibandingkan dengan infeksi varian Alfa.

Orang yang terinfeksi varian Delta SARS-CoV-2 memiliki dua kali lipat risiko rawat inap dibandingkan dengan mereka yang terinfeksi varian Alfa. Kabar baiknya, vaksinasi masih efektif melawan varian Delta.

Hasil kajian ini diterbitkan di jurnal The Lancet Infectious Diseases pada 27 Agustus 2021. Studi baru ini adalah yang pertama melaporkan risiko rawat inap akibat varian Delta dibandingkan dengan varian Alfa berdasarkan kasus yang dikonfirmasi oleh pengurutan seluruh genom, yang merupakan cara paling akurat untuk menentukan varian virus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Gavin Dabrera, salah satu penulis utama studi dan ahli epidemiologi di National Infection Service, Public Health England, dalam keterangan pers mengatakan, ”Studi ini mengonfirmasi temuan sebelumnya bahwa orang yang terinfeksi Delta secara signifikan lebih mungkin memerlukan rawat inap daripada mereka yang memiliki Alfa meskipun sebagian besar kasus yang termasuk dalam analisis tidak divaksinasi.”

Dabrera mengatakan, vaksinasi menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap Delta. Karena varian ini menyumbang lebih dari 98 persen kasus COVID-19 di Inggris, disaranakan mereka yang belum menerima dua dosis vaksin agar sesegera mungkin mendapatkannya.

Varian Delta telah mendominasi temuan sampel SARS-CoV-2 yang dianalisis di Indonesia dengan whole genome sequencing dan didaftarkan di GISAID. Sumber: Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

—-Varian Delta pertama kali dilaporkan di India pada Desember 2020 dan studi awal menemukan bahwa varian ini 50 persen lebih mudah menular daripada varian Alfa yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. Sebuah studi pendahuluan dari Skotlandia sebelumnya juga melaporkan dua kali lipat risiko rawat inap akibat varian Delta dibandingkan dengan varian Alfa. Selain itu, varian Delta juga diduga dikaitkan dengan Covid-19 yang lebih parah.

Dalam studi terbaru kali ini, para peneliti menganalisis data perawatan kesehatan 43.338 kasus positif Covid-19 di Inggris antara 29 Maret dan 23 Mei 2021, termasuk informasi status vaksinasi, perawatan darurat, masuk rumah sakit, dan karakteristik demografis lainnya. Sampel virus yang diambil dari pasien diurutkan seluruh genomnya untuk memastikan varian mana yang menyebabkan infeksi.

Selama masa penelitian, terdapat 34.656 kasus varian Alfa (80 persen) dan 8.682 kasus varian Delta (20 persen). Sementara proporsi kasus Delta dalam periode penelitian secara keseluruhan adalah 20 persen. Selama seminggu sejak 17 Mei 2021, proporsi varian Delta menjadi sekitar dua pertiga kasus Covid-19 baru (65 persen atau 3.973 dari 6.090 kasus). Varian Delta pun telah menyusul Alfa sebagai varian yang dominan.

Sekitar satu dari 50 pasien dirawat di rumah sakit dalam 14 hari setelah tes Covid-19 positif pertama mereka (2,2 persen kasus Alfa, 764/34.656; 2,3 persen kasus Delta, 196/8.682). Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi kerentanan, termasuk usia, etnis, dan status vaksinasi, para peneliti menemukan risiko rawat inap akibat varian Delta lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan varian Alfa, persisnya 2,26 kali lipat peningkatan risiko.

Manfaat vaksinasi
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vaksinasi penuh mencegah infeksi simtomatik dan rawat inap, baik untuk varian Alfa maupun Delta. Kajian ini juga menunjukkan data serupa. Sebanyak 74 persen kasus Covid-19 (32.078/43.338) tidak divaksinasi, 24 persen (10.466/43.338) divaksinasi sebagian, dan hanya 1,8 persen (794/43.338) kasus (dengan salah satu varian) yang menerima dosis vaksin lengkap.

Namun, penulis mencatat tidak mungkin menarik kesimpulan yang signifikan secara statistik tentang perbedaan risiko rawat inap antara orang yang divaksinasi yang kemudian terinfeksi varian Alfa dan Delta. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini yang utama adalah informasi risiko rawat inap mereka yang tidak divaksin atau divaksin sebagian.

Anne Presanis, salah satu penulis utama studi itu yang juga ahli statistik senior di Unit Biostatistik MRC, Universitas Cambridge, mengatakan, ”Analisis kami menyoroti bahwa tanpa vaksinasi, setiap wabah Delta akan memberikan beban yang lebih besar pada perawatan kesehatan daripada Alfa. Mendapatkan vaksinasi lengkap sangat penting untuk mengurangi risiko individu dari infeksi Delta, dan yang penting, mengurangi risiko keparahan dan masuk rumah sakit pasien Delta.”

Para penulis mencatat beberapa keterbatasan penelitian. Beberapa kelompok demografis mungkin lebih cenderung mencari perawatan di rumah sakit, yang dapat membuat hasil menjadi bias, dan mungkin ada perubahan dalam kebijakan penerimaan rumah sakit selama periode penelitian.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: ADHITYA RAMADHAN

Sumber: Kompas, 29 Agustus 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB