Tempe; Perbanyak Riset untuk Menembus Pasar Dunia

- Editor

Selasa, 17 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah diminta mendorong kemunculan riset-riset baru tentang tempe untuk mengoptimalkan pengembangan makanan asli Indonesia itu. Penelitian baru dibutuhkan agar tempe menjadi aneka produk turunan yang bisa menembus pasar internasional.


”Apa yang kita tahu tentang tempe amat sedikit, ibaratnya baru pucuk kecil dari gunung es. Itu kenapa perlu ada riset-riset baru,” kata Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta FG Winarno pada Konferensi Internasional Tempe dan Produk Terkait 2015, Senin (16/2), di Yogyakarta.

Konferensi yang membahas berbagai hal terkait tempe itu diikuti 220 peserta dari 7 negara dan berlangsung 15-17 Februari 2015 di Yogyakarta. Para peserta konferensi adalah peneliti pangan dan perwakilan badan usaha pengembangan produk turunan dan produk tempe.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Winarno memaparkan, dalam beberapa tahun terakhir, informasi tempe sudah beredar di sebagian masyarakat Indonesia. Pandangan negatif bahwa tempe makanan tak bergizi, tak higienis, dan hanya dikonsumsi orang miskin mulai memudar. Kini, banyak orang sudah paham bahwa tempe mengandung vitamin B12 yang dibutuhkan tubuh.

Sejumlah riset menunjukkan, tempe berpotensi memberi beragam manfaat bagi mereka yang mengonsumsinya. Vitamin B12 dalam tempe, misalnya, untuk menjaga kesehatan sel-sel saraf dan sel-sel darah merah. Vitamin itu juga berperan penting dalam produksi energi dalam tubuh. ”Riset menunjukkan, tempe bisa memperbaiki gizi janin, mencegah diare, dan menurunkan kolesterol,” kata Winarno.

Meski demikian, perlu banyak riset tempe untuk mengetahui lebih jauh kandungan dan manfaat makanan asli Indonesia itu serta mengembangkan jadi aneka produk turunan. Riset bisa dilakukan bekerja sama dengan peneliti negara lain, misalnya Polandia yang meneliti tempe sebagai pencegah diare. ”Tempe bisa dikembangkan jadi banyak hal, misalnya untuk pengobatan dan kosmetik. Itu butuh riset lanjutan,” ujarnya.

Deputi Bidang Penelitian dan Kerja Sama Standardisasi Badan Standardisasi Nasional Kukuh S Achmad mengatakan, pengembangan tempe butuh standardisasi untuk memastikan mutu tempe terkait kebersihan. Kini tempe telah ada standar nasional dan regional Asia. (HRS)

Sumber: Kompas, 17 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB