Kiprah LIPI; Dipasarkan, Makanan Tradisional Kalengan

- Editor

Senin, 29 November 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Awal tahun ini, Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, mulai mengantongi izin edar pemasaran produk makanan tradisional dalam kaleng. Empat produk makanan dalam kaleng, yaitu gudeg kaleng, tempe kari kaleng, sayur lombok ijo kaleng, dan mangut lele kaleng, telah tersedia di pasaran.

Menurut peneliti UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gunung Kidul, Agus Susanto, makanan dalam kaleng bisa tetap segar dua-tiga tahun tanpa bahan pengawet. ”Kami menggunakan teknologi hampa udara dengan sterilisasi di atas suhu 121 derajat celsius dan tekanan dua atmosfer sehingga bakteri mati,” kata Agus, Sabtu (27/11).

Setiap bulan, peneliti di LIPI Gunung Kidul memproduksi 1.000-2.000 makanan dalam kaleng. Produk makanan dalam kaleng itu telah merambah beberapa pasar swalayan di Yogyakarta, seperti Mirota Kampus dan Pamela Swalayan. Selain empat produk yang memiliki izin edar, peneliti di UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia juga terus mengembangkan beragam jenis makanan dalam kaleng, di antaranya gulai dan tuna.

Hasil penelitian makanan dalam kaleng tanpa bahan pengawet itu menjadi solusi sehat di tengah maraknya peredaran makanan berbahan pengawet kimia yang merugikan kesehatan. Peneliti UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia, Mukhamad Angwar, mengatakan, pengalengan makanan berfungsi memperpanjang daya simpan makanan tradisional tanpa mengurangi nilai gizinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemasaran produk makanan dalam kaleng didistribusikan melalui Koperasi LIPI Gading, Playen, Gunung Kidul. Gudeg dalam kaleng yang diproduksi Gudeg Bu Citro dengan lisensi dari LIPI juga menembus pasar luar negeri hingga ke Arab Saudi dan Belanda. (WKM)

Sumber: Kompas, Senin, 29 November 2010 | 03:39 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB