Revitalisasi Perkebunan Berbasis Bioteknologi

- Editor

Sabtu, 4 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Revitalisasi komoditas perkebunan berbasis bioteknologi menunjang pencapaian target peningkatan produksi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi memanfaatkannya, salah satunya untuk menyiapkan bibit unggul kakao.

”Bioteknologi untuk micrografting kakao secara in vitro menghasilkan bibit unggul yang lebih efisien,” kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Listyani Wijayanti, Jumat (3/1), di Jakarta.

Micrografting atau penyambungan batang secara mikro pada bibit kakao mengurangi ketidaksesuaian batang atas dan bawah. Selanjutnya, bibit kakao tumbuh lebih optimal.

Pada proses produksi bibit kakao secara micrografting itu diupayakan memperoleh tanaman bebas penyakit. Selain itu, melalui kultur jaringan dihasilkan tanaman seragam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengembangan bibit unggul berbasis bioteknologi juga dilakukan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN). ”Kami memanfaatkan kultur jaringan,” kata Direktur Riset dan Pengembangan PT RPN Gede Wibawa.

Di laboratorium PT RPN, kultur jaringan di antaranya untuk perbanyakan bibit unggul kelapa sawit, sagu, kelapa kopyor, pisang, dan karet. Saat ini juga sedang dikembangkan perbanyakan bibit tebu melalui teknologi somatic embryogenesis.

Pertimbangan lain perlunya bibit unggul adalah semakin sempitnya lahan perkebunan. ”Karena itu, butuh kualitas bibit pohon lebih baik,” kata Listyani.

Kakao, kata dia, masih bisa menunjang kehidupan petani. Namun, masih butuh penerapan hasil riset lain. ”Kakao kita banyak ditolak ketika diekspor. Itu karena kakao dari petani yang belum difermentasikan.”

Riset pengolahan pascapanen juga perlu dikembangkan agar mudah diterapkan petani. BPPT mulai riset dan pengembangan kakao dengan serius sejak 2013.

Selain produk kakao, riset BPPT juga pada sagu di Papua dan diversifikasi jagung di Grobogan. Lalu, diversifikasi pati dari singkong dan sorgum, serta pengembangan minuman kesehatan betaglukan dari jamur tiram.

Menurut Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar, riset agrikultur merupakan salah satu unggulan teknologi yang butuh kemitraan. Itu untuk mengatasi keterbatasan dana. (NAW/GSA)

Sumber: Kompas, 4 Januari 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB