Kerja Sama Pengembangan Biokilang

- Editor

Selasa, 15 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Potensi biomassa di Indonesia yang melimpah-tergolong tertinggi di dunia-mendorong Jepang menjalin kerja sama dengan lembaga riset dan industri di Indonesia untuk pengembangan biokilang terpadu. Kilang pengolahan biomassa itu tidak hanya untuk menghasilkan bahan bakar nabati, tetapi juga bioplastik dan biokimia untuk bahan pangan, obat, dan bahan bangunan.

Hal itu diungkapkan Bambang Prasetya dalam kunjungan ke Osaka, Jepang, Senin (14/3), selaku pimpinan proyek Innovative Bio-Production in Indonesia (iBiol), seperti dilaporkan wartawan Kompas, Yuni Ikawati. Kunjungan itu, di antaranya, diikuti Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Bambang Subiyanto, Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Bambang Sunarko, Manager Proyek iBiol Yopi Sunarya; dan Endo Kiyomi, koordinator proyek Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).

Tim peneliti Indonesia akan bertukar pengalaman riset dengan mitra di ASEAN pada pertemuan yang diadakan Universitas Kobe. Lokakarya juga dihadiri peneliti dari Malaysia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Proyek kerja sama riset peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dan Universitas Kobe itu, kata Bambang Prasetya, yang juga Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia, bertujuan mengembangkan biokilang terpadu untuk mendorong pemanfaatan biomassa menggunakan mikroba super dalam memproduksi bahan bakar nabati dan biokimia.

118Proyek iBiol itu, ujar Endo, bagian dari program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (Satreps) didukung Japan Science and Technology Agency bekerja sama dengan JICA. Selain energi, kerja sama juga dilaksanakan di bidang keragaman hayati dan pengembangan teknologi kebencanaan.

Menurut Yopi Sunarya, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI menjelaskan, untuk mengembangkan biokilang pada pembuatan bioplastik dan bioetanol itu digunakan teknologi pembuatan enzim yang dikembangkan di Jepang. Untuk menghasilkan enzim, dipilih mikroba unggulan koleksi LIPI.

Mikroba terpilih akan dikloning untuk produksi di biokilang. “Untuk setiap jenis bahan baku biomassa diperlukan kelompok mikroba tertentu sehingga menghasilkan beragam produk bioenergi dan biokimia yang diinginkan,” katanya. Dari kilang yeast arming (lengan kapang) dapat dihasilkan beberapa produk.

Dalam penerapan hasil inovasi selanjutnya ke bidang pertanian dan industri, masih perlu dibentuk konsorsium antara peneliti pertanian dan perekayasa serta kalangan industri.

Limbah biomassa
Limbah biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biokilang antara lain limbah kelapa sawit, pabrik gula, dan kakao. Cangkang kakao, misalnya, dapat memicu hama apabila dibuang begitu saja. Pemanfaatan limbah kakao akan dijalin dengan Puslit Kopi dan Kakao di Jember.

Selain itu, kerja sama dengan pihak Jepang juga dijalin dalam pemanfaatan limbah batang kelapa sawit untuk pembuatan pelet sawit sebagai bahan bakar. Pelet akan diekspor ke Jepang.

Pembuatan pelet itu akan memanfaatkan limbah dari dua lokasi perkebunan sawit seluas 28.000 hektar yang akan diremajakan. Dari proses peremajaan, setiap 2 hektar dihasilkan 100 ton pelet sawit setiap hari. Setiap ton pelet dihasilkan 70 dollar AS.

Pembuatan pelet dan pupuk dari limbah kebun kelapa sawit dan pabrik minyak sawit mentah tergolong potensial. Ada ribuan perkebunan kelapa sawit dan 28 pabrik CPO.
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Maret 2016, di halaman 13 dengan judul “Kerja Sama Pengembangan Biokilang”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Berita Terbaru

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB