Kelapa Kopyor Dikembangkan

- Editor

Jumat, 10 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia yang memiliki dua kebun kelapa kopyor di Cikumpay dan Ciomas, Jawa Barat, sejak 18 tahun lalu menghasilkan paten pengembangbiakan kelapa kopyor. Namun, dari permintaan daging buah kelapa kopyor 2.000 kilogram per bulan untuk industri es krim, lembaga ini baru mampu memenuhi 5 persen atau 100 kilogram saja.

Semula, kelapa kopyor (Cocos nucifera kultivar kopyor) diproduksi secara eksklusif sehingga sedikit yang dihasilkan. Namun, sekarang ada tuntutan industri untuk terus mengembangkan produksi komoditas langka ini,” kata Kepala Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) Priyono di ruang kerjanya, Kamis (2/1), di Bogor.

BPBPI di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN). Direktur Riset dan Pengembangan PT RPN Gede Wibawa menyatakan, komersialisasi hasil riset sedang digalakkan. Pengembangbiakan kelapa kopyor merupakan salah satu yang diandalkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kelapa kopyor memiliki daging buah lunak yang lebih nikmat dikonsumsi. Daging buah itu terlepas dari tempurungnya. Ini yang membuat embrio kelapa kopyor tidak bisa hidup selayaknya buah kelapa biasanya.

”Ada saja masyarakat yang menawarkan bibit kelapa kopyor. Namun, bibit itu diperoleh dari jenis kelapa biasa yang dihasilkan oleh pohon yang juga menghasilkan beberapa di antaranya kelapa kopyor,” kata Kepala Biro Riset PT RPN Sumaryono.

5757516hDaging buah kelapa kopyor sekarang makin diminati industri makanan, di antaranya industri es krim. Namun, produksinya masih sangat terbatas karena tidak mudah untuk mencari bibit kelapa kopyor.

BPBPI sejak 18 tahun lalu memiliki hak paten memproduksi bibit kelapa kopyor dengan teknologi kultur jaringan. Saat ini, lembaga riset tersebut memiliki kebun produktif dengan 400 pohon kelapa kopyor di Cikumpay, Purwakarta, dan Ciomas, Bogor.

”Selama tahun 2013 ditanam lagi 800 pohon kelapa kopyor di Ciomas. Tahun 2014 sudah dipersiapkan 5.000 bibit pohon kelapa kopyor siap tanam di Ciomas dan Cibodas,” kata Priyono.

Alami
Kelapa kopyor dapat diperoleh secara alami dari gen yang resesif atau tidak dominan. Probabilitasnya sangat minim. Dari satu tandan kemungkinan hanya bisa didapat satu sampai dua kelapa kopyor.

Buah kelapa lain pada tandan yang sama dengan beberapa kelapa kopyor itu sering dibudidayakan. Kemudian ini ditawarkan sebagai bibit kelapa kopyor.

Menurut Priyono, kemungkinan bibit tersebut menghasilkan buah daging kelapa kopyor hanya 25 persen.

BPBPI mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk pengembangbiakan kelapa kopyor. Hasilnya diperoleh bibit yang lebih dari 97 persen menghasilkan daging buah kelapa kopyor.

Cara pengembangbiakan kelapa kopyor meliputi pengambilan embrio. Embrio diambil dari buah kelapa kopyor yang baru saja dipetik (sebelum empat hari). Kemudian embrio ditumbuhkan pada medium di laboratorium (in vitro). Fase pertumbuhannya meliputi pupus kecil selama tiga bulan pertama.

Tiga bulan berikutnya menjadi pupus besar. Kemudian tiga bulan berikutnya tumbuh akar. Pada usia sembilan bulan ini dimulai proses aklimatisasi atau penyesuaian dengan lingkungan tumbuh bibit.

Aklimatisasi dilakukan selama enam bulan, meliputi satu bulan planlet, dua bulan prenursery, dan tiga bulan pada main nursery (ruang utama pembibitan).

Kelapa kopyor yang dihasilkan BPBPI ada dua jenis, yakni kelapa kopyor dengan pembuahan eksternal dan jenis pembuahan sendiri (genjah).

BPBPI menggunakan satu butir kelapa kopyor untuk menghasilkan satu individu benih. Ini yang membuat proses produksi bibit kelapa kopyor lambat.

Menurut Priyono, kapasitas produksi BPBPI mencapai 15.000-22.000 bibit kelapa kopyor per tahun. Saat ini satu bibit kelapa kopyor harganya Rp 450.000. Adapun harga sebutir kelapa kopyor mencapai empat sampai lima kali lipat harga kelapa biasa.

Daging buah kelapa kopyor, yakni endosperma yang terlepas dari batoknya, bertekstur remah (lembut terpecah-pecah). Ini terjadi karena jenis kelapa ini tidak memiliki gen ?galaktosidase yang bertanggung jawab membentuk endosperma mengeras dan menempel pada batok kelapa.

Kebutuhan akan komoditas ini diharapkan akan terpenuhi dengan upaya pengembangbiakan lewat kultur jaringan.

Oleh: Nawa Tunggal

Sumber: Kompas, 10 Januari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB