Moratorium Sawit Jadi Momen Pengembangan Kelapa

- Editor

Kamis, 6 Agustus 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (18/5) banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu komoditi unggulan di pulau ini.



Kompas/ Samuel Oktora *** Local Caption *** Komoditi unggulan - Di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (18/5) banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu komoditi unggulan di pulau ini.



Kompas/ Samuel Oktora

18-05-2013

Di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (18/5) banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu komoditi unggulan di pulau ini. Kompas/ Samuel Oktora *** Local Caption *** Komoditi unggulan - Di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (18/5) banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu komoditi unggulan di pulau ini. Kompas/ Samuel Oktora 18-05-2013

Kebun kelapa bisa menjadi alternatif pilihan untuk dikembangkan saat moratorium kelapa sawit. Selain sebagai diversifikasi komoditas, produk kelapa juga diperlukan oleh berbagai macam industri.

KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI—Salah satu perkebunan kelapa di Kima Atas, Mapanget, Manado, Sulawesi Utara, Selasa (10/9/2019). Sebagian petani kelapa masih terikat kontrak ijon dengan perusahaan dan tengkulak sehingga terpaksa memproduksi kopra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Momen moratorium sawit dapat digunakan sebagai peluang untuk mengembangkan komoditas unggulan lain di sejumlah daerah, salah satunya kelapa. Saat ini, sebagian besar perkebunan kelapa dikuasai petani kecil yang pengembangannya membutuhkan dukungan banyak pihak.

Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC) Jelfina Calouw mengatakan, kelapa dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan karena dapat dimanfaatkan secara luas. Minyak kelapa mentah yang diekspor akan diolah lebih lanjut untuk bahan baku farmasi, kosmetik, sabun, ataupun produk lain.

Berdasarkan data ICC, kebun kelapa di Indonesia yang mencapai 3,4 juta hektar menjadi luas area terbesar kedua setelah Filipina dengan 3,6 juta hektar. Dari total luas lahan tersebut, Indonesia dapat memproduksi lebih dari 14 juta kelapa setiap tahun.

Nilai ekspor Indonesia dari produk kelapa diperkirakan mencapai 1,3 miliar dollar AS. Minyak kelapa mentah mendominasi ekspor dari Indonesia, disusul kelapa segar, arang dari tempurung, bungkil kopra, gula kelapa, dan air kelapa.

KOMPAS/SAMUEL OKTORA—Di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (18/5/2013), banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan salah satu komoditas unggulan di pulau ini.

”Permintaan ekspor arang meningkat 2,7 persen setap tahun dan ada peningkatan signifikan hingga 11,7 persen pada 2013. Pemain utama ekspor ini adalah Filipina, Indonesia, India, dan Sri Lanka,” ujar Jelfina dalam diskusi daring ”Tandan Sawit” yang digelar Sawit Watch, Rabu (5/8/2020).

Di samping nilai ekspor yang besar, produksi kelapa juga menghadapi sejumlah tantangan. Mayoritas pohon kelapa yang sudah berumur 60 tahun akan mengalami penurunan produksi 40 persen. Terdapat juga masalah hama dan penyakit, seperti kumbang kelapa.

Selain itu, ICC juga mencatat 95 persen lahan kelapa di dunia dikuasai petani kecil. Sementara di Indonesia, penguasaan lahan kelapa oleh petani kecil lebih tinggi hingga mencapai 98 persen. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi sejumlah pihak untuk memberikan dukungan pengembangan bagi petani kecil.

ICC sebagai komunitas global pun memiliki sejumlah program untuk meningkatkan produktivitas kelapa melalui sistem usaha tani yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. ICC juga mendorong diversifikasi produk berkualitas sesuai dengan pasar, melakukan riset, dan memfasilitasi transfer teknologi dari negara maju dalam pengembangan kelapa.

Upaya pemda
Bupati Indragiri Hilir Muhammad Wardan menyatakan, pengembangan kelapa di daerahnya mampu mendatangkan banyak investor. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indragiri Hilir melakukan pengembangan komoditas kelapa mulai dari peremajaan tanaman, rehabilitasi lahan perkebunan, penggunaan bibit unggul, pelepasan varietas ”kelapa dalam”, pengembangan blok, hingga pengendalian organisme pengganggu tumbuhan secara terpadu.

Pengembangan kelapa ini sebagai bagian program Pemkab Indragiri Hilir yang sejak 2014 tidak memberikan izin untuk pembukaan lahan atau perkebunan sawit baru. Hal ini juga seiring kebijakan moratorium sawit nasional melalui Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit.

KOMPAS/SYAHNAN RANGKUTI—Juari, pelopor pembuatan minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) sedang mengolah kelapa di Kelurahan Sapat, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Sabtu (20/10/2018). Ia dan anggotanya mampu menghasilkan VCO dalam jumlah besar, tetapi masih terganjal pemasaran.

Mengacu pada inpres tersebut, Pemkab Indragiri Hilir menetapkan bahwa usaha perkebunan sawit hanya diberikan kepada perusahaan yang sudah memiliki izin lokasi. Selain itu, Pemkab Indragiri Hilir juga telah mengumpulkan data terhadap luasan izin lokasi dan izin usaha perkebunan serta memantau indikasi adanya pemanfaatan kawasan hutan atau area penggunaan lain.

Berdasarkan data Pemkab Indragiri Hilir, saat ini luas tanam perkebunan rakyat untuk komoditas ”kelapa dalam” mencapai 302.370 ha dan lebih luas dibandingkan dengan sawit, yakni 108.767 ha. Adapun luas perkebunan rakyat untuk komoditas kelapa hibrida mencapai 38.404 ha dan 59.967 ha dikelola perusahaan swasta berskala besar.

Oleh PRADIPTA PANDU

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 5 Agustus 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 26 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB