Pola Satuan Kredit Semester Kian Diminati

- Editor

Selasa, 10 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penerapan sistem kredit semester di SMA semakin diminati olehsekolah-sekolah. Sistem ini memungkinkan siswa menentukan lama pembelajaran sesuai dengan kapasitas masing-masing.

“Data per tahun 2018 ada 144 SMA yang menerapkan sistem SKS (satuan kredit semester). Jumlahnya bertambah dari 114 SMA di tahun 2016,” kata Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Purwadi Sutanto di Jakarta, Senin (9/7/2018).

Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah terbanyak yang memiliki SMA bersistem SKS, yakni 56 sekolah. DKI Jakarta menduduki peringkat kedua dengan 13 sekolah. Menurut Purwadi, ada banyak SMA mengajukan diri untuk mengubah sistem pembelajaran ke pola SKS. Akan tetapi, pemerintah tidak mudah memberi izin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Harus dicermati dulu kesiapan setiap sekolah untuk berubah ke sistem SKS. Guru-guru adalah hal pertama yang diwajibkan beradaptasi,” tutur Purwadi.

KOMPAS/IQBAL BASYARI–Ilustrasi: Suasana belajar di SMK N 2 Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/1/2017).

Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud sudah mengeluarkan pedoman standar sistem SKS. Saat ini, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud tengah menggodok pedoman dan petunjuk teknis yang lebih terperinci.

Kebebasan siswa
Purwadi menjelaskan, sistem SKS diciptakan untuk menghapus sistem akselerasi. Sebelum tahun 2006, siswa cerdas istimewa dikelompokkan ke dalam kelas istimewa, yaitu kelas akselerasi. Mereka diberi pembelajaran secara intensif agar bisa lulus SMA selama dua tahun.

Evaluasi yang didapat dari program tersebut ternyata kontraproduktif. Tidak semua siswa cerdas istimewa mau lulus SMA dalam dua tahun. Di samping itu, metode pembelajaran berupa latihan soal terus-menerus yang membuat siswa tertekan.

“Metode mengelompokkan siswa cerdas istimewa ke dalam kelas khusus juga membuat mereka terisolasi dan tidak bisa mengembangkan kompetensi afektif dan sosial dengan maksimal,” ujar Purwadi.

Dalam sistem SKS, siswa tidak dikelompokkan berdasar kecerdasan. Mereka berada di kelas yang heterogen, hanya cara setiap siswa belajar berbeda-beda.
Kepala Subdirektorat Kurikulum SMA Eko Warisdiono menjabarkan, sistem SKS di SMA tidak sama dengan di perguruan tinggi. Mata pelajaran yang diambil berupa paket sesuai dengan tingkat kelas seperti kelas X, XI, dan XII. Perbedaannya, pada pembelajaran reguler guru membagi materi suatu mata pelajaran ke dalam pertemuan-pertemuan tatap muka.

“Contoh sederhananya, guru memecah materi matematika kelas X ke dalam 30 pertemuan. Setiap materi sudah ditentukan waktu pembelajarannya secara rigid. Ketika waktu pembelajaran tersebut habis, guru akan lanjut ke materi berikutnya walaupun ada siswa yang belum paham sepenuhnya,” paparnya.

Dalam sistem SKS, siswa menentukan sendiri jumlah materi yang mereka pelajari di setiap pertemuan sesuai kemampuan masing-masing. Target utamanya adalah memahami mata pelajaran sesuai standar kurikulum di akhir semester, cara belajarnya ditentukan oleh siswa.

Hal ini membuat siswa yang kurang pandai dalam pelajaran itu memiliki lebih banyak waktu untuk menyerap materi karena tidak dikejar tenggat waktu mingguan. Adapun bagi siswa yang unggul di suatu mata pelajaran bisa menyelesaikan lebih awal dari waktu yang ditentukan. Sisa waktunya digunakan untuk pengayaan seperti membuat proyek ataupun mengerjakan soal-soal yang lebih menantang.

Siswa memiliki kesempatan untuk menyelesaikan SMA dalam dua tahun atas keputusan sendiri. Mereka juga bisa mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. “Butuh kerja sama tim di antara para guru. Tugas guru ialah memastikan setiap siswa benar-benar siap untuk melanjutkan ke materi berikutnya,” kata Eko.

Egaliter
Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan menjelaskan, sistem SKS memberi layanan kepada siswa untuk mencapai target kurikulum sesuai cara masing-masing. Hal ini melatih kemampuan siswa belajar mandiri, mengambil keputusan, dan bertanggung jawab atas keputusan itu.

“Lebih penting lagi, di sistem SKS penjaminan siswa mencapai pemahaman sesuai standar merupakan keniscayaan. Mereka tidak perlu cemas guru berpindah ke materi lain sebelum mereka paham sepenuhnya,” ucapnya. (DNE)–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Sumber: Kompas, 10 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB