Pertengahan November, Hujan Bantu Pemadaman Lahan yang Terbakar

- Editor

Minggu, 25 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fenomena El Nino, yakni menghangatnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur, menjadi salah satu faktor pemicu kekeringan di Indonesia yang mengakibatkan bencana kebakaran hutan dan lahan serta asap berkepanjangan. Walau fenomena tersebut diperkirakan berlangsung hingga Maret tahun depan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi hujan sudah mulai turun guna menekan dampak kebakaran serta asap pada pertengahan November.

“Kami optimistis hujan mulai membantu pertengahan November ini,” ucap Kepala BMKG Andi Eka Sakya saat dihubungi sebelum mengikuti rapat penanganan kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap yang dipimpin Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat (23/10), di Jakarta. Menurut dia, hujan yang cukup signifikan akan hampir bersamaan turun mulai pertengahan November di Sumatera dan Kalimantan dengan selisih mulai hujan hanya sekitar seminggu.

Selama akhir Oktober ini, indikasi adanya hujan mulai terlihat, tetapi dalam kategori sangat rendah sampai rendah (0-100 milimeter per bulan). Itu pun dari segi peluang masih di bawah 70 persen. Lokasi yang mulai mendapat hujan berskala rendah tersebut antara lain Sumatera Selatan bagian barat dan beberapa area di Jawa Barat, terutama bagian tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Andi menuturkan, peluang hujan diprediksi semakin tinggi mulai awal hingga pertengahan November. Tanda-tanda awal musim hujan mulai terlihat pada pertengahan November dengan jumlah curah hujan yang semakin signifikan. Hujan diprediksi terjadi mulai dari Sumatera barat laut, kemudian perlahan-lahan meluas ke timur, antara lain Kalimantan dan Jawa bagian barat, lalu ke Jawa bagian timur. Area yang diprediksi mendapat hujan paling terakhir, sekitar Desember nanti, adalah Nusa Tenggara Timur dan Papua bagian selatan.

Dengan demikian, tim pemadam kebakaran hutan dan lahan akan sangat terbantu dengan potensi turunnya hujan di pertengahan November. Ini lantaran titik panas terus saja bermunculan walaupun puluhan pesawat dan helikopter sudah dikerahkan untuk menjatuhkan air, mengingat kebakaran juga terjadi di tanah gambut.

Terisolasi dua bulan
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (22/10), mengatakan, Palangkaraya, Jambi, dan Pekanbaru nyaris terisolasi selama lebih dari dua bulan karena pekatnya asap. Asap juga berdampak kepada jutaan masyarakat yang mengakibatkan kerugian ekonomi.

Terkait dengan kesehatan, penderita infeksi saluran pernapasan akut sudah mencapai 450.431 jiwa sejak Juli hingga saat ini. Persebarannya ialah 65.232 jiwa di Riau, 90.747 jiwa di Jambi, 101.332 jiwa di Sumatera Selatan, 43.477 jiwa di Kalimantan Barat, 52.213 jiwa di Kalimantan Tengah, dan 97.430 jiwa di Kalimantan Selatan.

“Teman-teman tim hujan buatan bisa membantu percepatan turunnya hujan pertengahan November,” kata Andi. Sebab, dengan mulai masuknya musim hujan, awan-awan yang layak disemai menjadi hujan melalui penebaran garam di udara mulai muncul. Selama ini tim hujan buatan di Sumatera dan Kalimantan yang tergabung dalam operasi udara pemadaman kebakaran hutan dan lahan lebih banyak tidak terbang menyemai awan, mengingat awan layak semai sulit terbentuk selama musim kering.

Andi menambahkan, pada 20 Oktober, indeks El Nino sudah bernilai 2,12 derajat celsius. Ini menunjukkan El Nino berkategori kuat karena indeks sudah melewati 2 derajat celsius. Namun, dampak kekeringan pada Indonesia akan dinetralisasi oleh mulai berembusnya angin muson dari Asia ke Australia yang membawa banyak uap air sekitar pertengahan November.

J GALUH BIMANTARA

Sumber: Kompas Siang | 23 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB