Mengungkap Pesona Lebah “Trigona”

- Editor

Senin, 20 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Trigona dikenal sebagai lebah penghasil madu dan propolis. Namun, produksinya sedikit. Tim peneliti dari Universitas Padjadjaran mendesain kotak untuk memacu produktivitas lebah itu.

Indonesia memiliki banyak jenis lebah penghasil madu dan propolis unggulan. Tak hanya mendapat manfaat ekonomi dan kesehatan, propolis juga menjadi perlindungan alami bagi alam dan manusia sekitarnya.

Semilir angin berembus di rumah kasa Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinagor, Kabupaten Sumedang, Rabu (1/8/2018). Sejumlah lebah Trigona hitam terbang tanpa suara saat mengitari bunga mata air pengantin (Antigonon leptophus). Letak bunga berjarak 30 meter dari kotak kayu tempat lebah itu tinggal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sekilas kotak kayu ukuran 15 cm x 15 cm x 30 cm itu tanpa arti. Ternyata itu rumah nyaman bagi lebah Trigona agar terus menghasilkan madu dan propolis terbaik hasil riset tim peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad).

Propolis ialah zat resin lilin dari getah tanaman yang mengandung mineral dan antibiotik. Lebah memakai propolis untuk menutup celah dan memperkecil pintu sarang. Propolis diyakini baik bagi kesehatan manusia.

KOMPAS/KHAERUL ANWAR (RUL)–Produk madu dari lebah klanceng (Trigona sp) yang semula sebatas untuk keperluan rumah tangga, berkembang menjadi summber andalan pendapatan bagi warga Dusun Gindang Timur, Desa Gondang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Idris Sardi (36) dan Ramdi (50), tengah memanen madu guna memenuhi pesanan konsumen.
Kompas/Khaerul Anwar (RUL)–14-12-2016

Riset sejak setahun lalu itu dilakukan peneliti Fakultas Pertanian Unpad, Yadi Supriyadi dan Ichsan Nurul Bari, serta ahli taksonomi tanaman Unpad, Joko Kusmoro. Riset dilakukan di lahan arboretum Unpad seluas 4 ha dan lahan percobaan Ciparanje seluas 5 ha di Jatinangor.

Siang itu, Yadi memindahkan koloni lebah dari bambu kukupan ke kotak kayu. Dia memindahkan lebah ratu berukuran lebih besar memakai ujung kuas kecil. ”Untuk memindahkan koloni dari bambu ke kotak harus cermat. Tidak hanya lebah jantan atau pekerja. Lebah ratu harus ikut. Tanpa ratu, lebah pekerja dan jantan bisa kabur,” katanya.

Sebagai rumah baru para lebah, kotak itu didesain khusus. Di dalamnya diberi sekat guna memudahkan pengembangan koloni dan pemanenan. Di atas kotak diberi lembaran plastik transparan untuk melindungi sarang lebah dari air. Satu sisi dilubangi sebagai pintu masuk-keluar lebah pekerja si pencari makan.

Yadi menjelaskan, desain kotak lebah ini memiliki beberapa keunggulan. Adanya dua ruang itu memudahkan untuk pengembangan koloni lebah dengan memindahkan calon ratu baru ke kotak kosong. Bahan dari kayu sengon mudah didapat di alam Indonesia sehingga biaya pembuatan murah.

Ukuran kotak didesain tak terlalu kecil karena itu terkait kapasitas populasi dan produksi. ”Kami meneliti apa desain kotak ini meningkatkan produksi madu. Kami melihat apa kotak ini menampung koloni lebih besar daripada sarang konvensional dari bambu,” ujarnya.

Surga lebah
Dunia memiliki sembilan lebah penghasil madu unggulan, dua di antaranya ada di Indonesia. Trigona sp yang tak menyengat ini salah satunya. ”Sebanyak 35 Trigona sp hidup di Indonesia. Trigona laeviceps terbanyak berkembang biak di Jawa Barat,” katanya.

Trigona sp punya nama lokal yang dikenal sejak lama. Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, disebut klanceng, di Kalimantan Selatan disebut kelulut, dan di seputar Jawa Barat dan Banten disebut teuweul. Enam lebah penghasil madu lain adalah jenis lebah bersengat Apis mellifera, Apis cerana, Apis dorsata, Apis florae, Apis andreniformis, dan Apis koschenikovi.

Yadi mengatakan, lebah Trigona punya keunggulan ketimbang Apis. Trigona bukan lebah penyengat seperti Apis. Dari sisi produktivitas madu, Trigona lebih kecil, tetapi harga madu Trigona lebih tinggi daripada Apis.

Sebagai contoh, produktivitas Apis cerana 8 kilogram per koloni per tahun dan Apis mellifera 20 kg/koloni/tahun. Adapun Trigona memberi lebih sedikit (1-2 kg/koloni/tahun). ”Saat dijual, harga madu Trigona Rp 250.000-Rp 350.000 per botol ukuran 650 mililiter. Harga itu lebih mahal ketimbang Apis, Rp 180.000 per botol dengan ukuran sama,” katanya.

Madu yang dihasilkan Trigona kaya mineral dan vitamin serta berkhasiat mulai dari meningkatkan tahan tubuh hingga membantu memperkuat fungsi otak dan jantung. ”Jika sudah diekstrak atau diolah, propolisnya berharga tinggi,” katanya.

Lebah Trigona mudah dipelihara karena bisa hidup berdampingan dengan manusia. Ini berbeda dengan lebah Apis yang doyan bermigrasi dan tak suka suara bising yang membuat mereka mudah menyengat.

Riset panjang
Ichsan mengatakan, riset terhadap lebah Trigona masih panjang. Setelah meneliti cara budidaya dan memperkaya sumber pakan, tahun depan akan diteliti pengembangan produk turunannya. ”Tahun ini dimulai dengan membuat minuman dari madu dalam kemasan. Harapannya, produk itu dikembangkan bersama produk lain,” ujarnya.

Riset tentang manfaat propolis juga akan digenjot. Banyak ahli dan industri mengeksplorasi senyawa aktif dalam propolis untuk tujuan kesehatan. Contohnya, produk suplemen kesehatan dan kecantikan, kekebalan tubuh, dan regenerasi sel.

Warga pun dilibatkan untuk mendapat bahan baku madu dan propolis. Para petani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Gunung Geulis di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, ikut pembekalan keterampilan budidaya lebah itu. Mereka mendapat 10 kotak sarang lebah Trigona dan koloninya secara gratis.

Beragam keahlian dipelajari para petani itu, seperti membuat kotak sendiri, memindahkan koloni lebah dari alam ke kotak, dan menyiapkan sumber pakan potensial, seperti tumbuhan berbunga. Selain air mata pengantin, tumbuhan kesukaan lebah ialah nona makan sirih (Clerodendrum thomsoniae).

Ketua Forum Komunikasi Gunung Geulis Saepudin (54) menuturkan, banyak petani berminat memelihara lebah Trigona. ”Kondisi alam di sini menunjang sebab ada perkebunan kopi. Tahun 2003, kami mendapat bantuan lebah madu yang bersengat, tetapi lebahnya kabur,” ucapnya.

Selain meningkatkan kesejahteraan warga, keberadaan lebah juga jadi indikator mutu lingkungan. Menurut Yadi, banyak hal positif dari lebah yang belum terungkap. Hal itu dinilai berguna untuk kehidupan manusia.–SAMUEL OKTORA

Sumber: Kompas, 20 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 177 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB