Go International Lewat Olimpiade Fisika

- Editor

Jumat, 30 Desember 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SEBUT saja mereka dari Staf Pembantu Rektor III, Universitas Nasional Singapura (NUS). Orang-orang ini setiap pagi meletakkan ratusan berkas kit mengenai NUS di pintu ruang sarapan pagi para pemimpin kontingen negara-negara peserta Olimpiade Fisika Internasional 1999 di Padua, Italia.

Berkas-berkas itu tidak akan berguna bagi kawan-kawan dari Indonesian Corruption Watch sebab isinya bukan mengenai, rekening pejabat-pejabat Indonesia di bank-bank Singapura. Berkas itu berisi profil jurusan dan program riset universitas terbesar di negeri jiran itu yang ditawarkan kepada para peserta olimpiade supaya mereka kuliah di sana dengan beasiswa.

Untuk membangun kultur sains, Singapura memang berupaya menarik periset-periset bereputasi internasional melakukan penelitian dengan gaji yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan di negeri asal si periset.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, separti yang dikatakan Direktur Institut Boologi Molekuler NUS Christopher Tan kepada Kompas beberapa waktu lalu, mereka juga tidak tanggung-tanggung memberikan beasiswa kepada calon mahasiswa berprestasi tinggi dari berbagai negara untuk kuliah di sana.

Usaha ini boleh dibilang berhasil. Beberapa peserta Olimpiade Fisika dari Indonesia kini kuliah di Universitas Teknologi Nanyang (NTU) dan NUS. Olimpiade Fisika Internasional tampaknya memang “jalan lain menuju Roma” bagi pelajar Indonesia untuk kuliah di perguruan tinggi bagus di luar negeri. Asal punya mata yang jeli dan kuping yang sensitif, tawaran untuk kuliah di Amerika, Inggris, Singapura, dan Taiwan berhamburan tiap tahun dalam kegiatan kempetitif ini.

Yohanes Surya, pemimpin konstingen Indonesia, lewat pergaulannya dalam komunitas saintifik di Amerika, Eropa, Jepang, Taiwan, sampai Singapura selalu memperoleh informasi bahwa di MIT, Caltech, Princeton, Cambridge, Tokyo, misalnya, ada peluang bagi mahasiswa indonesia mendapat beasiswa kuliah. “Paling tidak partisipasi pelajar Indonesia yang membawa penghargaan di sini memudahkan mereka diterima,” katanya.

Tiga dari lima peserta Indonesia pada Olimpiade 1993 kuliah di Universitas Tokyo, seorang di NTU, dan seorang lagi di Universitas Texas. Dua peserta 1994 kuliah di Jepang satu di Jurusan Komputer Universitas Cornell, dan seorang di Jurusan Elektro Universitas Nasional Taiwan yang dikenal sebagai empat terbaik universitas di Asia. Tahun-tahun berikutnya alumni olimpiade ini menyebar di Japang, Taiwan ITB dan UI.

Singapura tahun ini menawarkan beasiswa kepada kelima peserta Indonesia. Tetapi bagi Jerry Prawiroharjo, Jurusan Fisika ITB yang telah membuka pintu lebih menarik. Sedangkan Ma’muri sudah bulat hati memasuki Jurusan Elektro ITB.

Oleh Yohanes, I Made Agus Wirawan dipersiapkan memasuki MIT yang telah memberi sinyal upaya Agus masuk pada musim panas tahun depan. Ferdinand Renaldi Wawolumaya yang sudah diwawancara NUS malah sedang menantikan konfirmasi dari Universitas Berkeley, California. Landobasa Yosef Mario Aleksander Lumbantobing menahan diri untuk diwawancara NUS sebab masih mempertimbangkan keinginan orangtuanya supaya ia memilih Jurusan Elektro ITB.

Ironinya, Bandara Soekarno-Hatta tetap saja menarik fiskal Rp 1.000.000 setiap orang dari duta-duta Indonesia ini. (Salomo Simanungkalit, dari Padua Italia)

Sumber: Kompas, 27 Juli 1999

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 92 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB