Gempa Merusak di Luar Zona Sesar Utama Terus Melanda

- Editor

Selasa, 19 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tren gempa di luar zona sesar utama yang telah dipetakan terus terjadi. Sekalipun kekuatan gempa rata-rata relatif kecil, kerusakan bangunan mencapai ratusan unit. Fenomena itu mendorong pentingnya pemetaan gempa lebih rinci, terutama di kawasan Indonesia timur dan sosialisasi bangunan tahan gempa.

Setelah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, diguncang gempa berkekuatan 4,9 skala Richter (SR) pada Sabtu (16/1) pukul 12.35 Wita, pada Minggu (17/1) gempa berkekuatan 5,5 SR melanda Pulau Ambalau di Kabupaten Buru Selatan, Maluku.

“Gempa di Kupang dan Pulau Ambalau itu berpusat di zona kegempaan yang belum tercatat dalam peta gempa nasional,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, Senin, di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dua gempa terbaru di kawasan timur Indonesia itu menguatkan tren gempa 2015 yang mencapai 4.394 kejadian dengan tujuh gempa merusak. Mayoritas gempa merusak itu di kawasan timur Indonesia dan bersumber di zona sesar yang belum dipetakan (Kompas, 26/12/2015).

Menurut Daryono, pusat gempa bumi di Pulau Timor ada di darat dengan koordinat 10,29 Lintang Selatan dan 123,65 Bujur Timur, 56 kilometer barat daya Kota Kupang. Guncangan gempa itu dirasakan di Kupang dan sekitarnya dalam skala intensitas III-IV Modified Mercalli Intensity (MMI). Namun, tidak ada laporan kerusakan bangunan.

“Gempa terjadi di kerak dangkal jenis intraplate akibat aktivitas sesar aktif di daratan yang sejauh ini belum diberi nama. Sesar ini memanjang arah barat daya-timur laut dari Oematnunu hingga Kupang,” katanya.

Kerusakan bangunan
Pusat gempa yang melanda Pulau Ambalau berada di Laut Banda pada koordinat 3,80 Lintang Selatan dan 127,28 Bujur Timur atau berjarak 63 kilometer selatan Namlea, Pulau Buru. Adapun kedalaman hiposenternya 44 kilometer. Guncangan gempa itu paling kuat dirasakan di Pulau Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, dengan kekuatan IV-V MMI. Di Namlea, kekuatannya dirasakan dalam skala III MMI dan di Ambon II MMI.

Gempa itu jenis gempa tektonik hiposenter dangkal akibat aktivitas sesar aktif di Laut Banda. “Analisis mekanisme sumber menggunakan perangkat lunak JisView menunjukkan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan kombinasi antara sesar mendatar dan naik yang berarah barat daya-timur laut,” kata Daryono.

Sekalipun kekuatannya relatif kecil, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, 239 rumah dan 1 bangunan ibadah rusak. Sebanyak 68 rumah rusak berat, 118 rumah rusak sedang, dan 53 rumah rusak ringan. Satu orang meninggal dunia, 3 luka berat, dan 19 orang luka ringan.

Terkait banyaknya bangunan yang rusak, ahli konstruksi bangunan dari Universitas Islam Indonesia, Sarwidi, mengatakan, itu karena kualitas rumah rakyat yang kebanyakan tak memenuhi standar bangunan tahan gempa. Dengan skala intensitas gempa paling kuat IV-V MMI, seharusnya tak menimbulkan kerusakan bangunan jika konstruksi baik.

“Ini memang tantangan berat mengubah paradigma tentang risiko bencana dan kebutuhan membangun rumah yang lebih tahan gempa. Upaya penyadaran ini perlu terobosan. Setiap gempa, tetap saja banyak rumah rusak,” ujarnya. (AIK)
——-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Gempa Merusak di Luar Zona Sesar Utama Terus Melanda”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB