Dana Pendidikan, Fokus Riset Berdaya Saing

- Editor

Senin, 1 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengelolaan dana abadi pendidikan yang nilainya terus bertambah harus dioptimalkan. Dana ini lebih difokuskan pada biaya penelitian yang dapat meningkatkan daya saing bangsa. Dengan demikian, penggunaan dana semakin tepat sasaran pada kebutuhan saat ini dan di masa mendatang.

Perintah itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/12) sore. Rapat itu dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan menteri Kabinet Kerja yang terkait dengan bahasan ini.

Salah satu fokus riset yang akan didorong untuk dikembangkan adalah sektor pangan dan energi. Presiden juga memerintahkan riset untuk mengantisipasi era disruption (kekacauan keadaan) di bidang teknologi informasi serta pengembangan sektor digital ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Syaratnya satu, hasil riset jangan menumpuk di perpustakaan,” kata Presiden. Karena itu, dana abadi pendidikan itu harus dikelola secara tepat, bisa lebih produktif, lebih terukur, dan jelas manfaatnya bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia.

Menurut Presiden, investasi SDM sangatlah penting untuk menyiapkan Indonesia menjadi negara yang kompetitif dan maju.

Saat ini, kata Presiden, dana abadi pendidikan telah mencapai lebih dari Rp 31 triliun dan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.

KOMPAS/HAMZIRWAN–Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan mengenai alat praktik kejuruan elektronika di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Kementerian Ketenagakerjaan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (27/12/2017).

Presiden berpendapat, dana itu bisa menjadi sebuah jembatan untuk memperbaiki kualitas SDM Indonesia hari ini dan di masa-masa ke depan. Adapun perbaikan pengelolaan dana ini bisa dimulai dari proses perekrutan para penerima beasiswa.

Menurut Presiden, penerima dana riset harus dapat mencerminkan masyarakat Indonesia yang majemuk dengan cara menjaring putra-putri terbaik dari seluruh pelosok Tanah Air. Dari segi bidang studi, Presiden meminta agar materi yang ditekuni peserta program belajar sebaiknya mencerminkan kebutuhan Indonesia hari ini dan hari yang akan datang.

”Jangan asal mengirim ke luar negeri. Harus ada pemetaan di bidang-bidang strategis, di sektor apa kita sekarang ini tertinggal,” kata Presiden.

Dari segi tempat belajar, Presiden mengarahkan agar tujuan belajar tidak monoton di satu negara tujuan saja, tetapi juga bisa dilakukan di negara lain yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan Indonesia. Begitu juga hasil riset seharusnya dapat meningkatkan kualitas SDM di sektor ketenagakerjaan. Sebab, saat ini mayoritas angkatan kerja Indonesia lulusan SD dan SMP.

Presiden meminta agar peserta program belajar dapat meningkatkan keterampilan sehingga menjadi lebih profesional. Dana abadi pendidikan diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dana ini selanjutnya dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan yang dibentuk pada 28 Desember 2011. Tahun 2030, dana ini diprediksi mencapai Rp 400 triliun.

Perbanyak bidang sains
Menanggapi perintah Presiden, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengakui masih adanya pembenahan pengelolaan dana abadi pendidikan. Karena itu, rapat terbatas kemarin membahas tentang pendanaan, pengelolaan, sasaran bidang studi dan bidang keilmuan yang dibutuhkan.

Selama ini, kata Nasir, ada kecenderungan riset bidang ilmu sosial terlalu banyak. Pemerintah terdorong untuk memperbanyak studi pada bidang sains dan teknologi. Sejak tahun 2013, dana abadi pendidikan diberikan kepada 18.466 penerima program.

Pada 2016, jumlah penerima 2.160 orang, sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 353 penerima. ”Karena ada penurunan ini, saya perlu laporkan. Ada masalah yang perlu diselesaikan,” ujar Nasir. (NDY)

Sumber: Kompas, 28 Desember 2017

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB