Pemrograman kode komputer menjadi keahlian standar yang dibutuhkan oleh industri digital. Akan tetapi, suplai tenaga kerja dengan keahlian itu ditengarai masih kurang.
CEO Dicoding Narenda Wicaksono, dalam buka puasa bersama media, Rabu (15/5/2019), di Jakarta, memberi gambaran kondisi itu melalui hasil survei internal yang dilakukan April 2019. Survei berupa kuesioner dan diisi oleh 2.600 dari 150.000 orang anggota sekaligus peserta kelas pemrograman kode komputer Dicoding Indonesia. Anggota tersebut berdomisili di 460 kabupaten/kota.
KOMPAS/MEDIANA–CEO Dicoding (perusahaan rintisan yang bergerak di bidang pelatihan keahlian pemrograman kode komputer) Narenda Wicaksono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Responden berusia sekitar 21-22 tahun dan berlatar belakang lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) atau sarjana jurusan teknologi informasi.
Hasil survei menunjukkan, sekitar 56 persen dari responden mengaku sudah berkarir sebagai profesional khusus pemprograman atau insinyur teknologi informasi di perusahaan. Sisanya masih berstatus pekerja lepas.
“Responden yang mengisi kuesioner tersebut belum mengikuti kelas pemrograman untuk level ahli. Bagi anggota yang berstatus pekerja lepas biasanya menerima jasa mengerjakan pemrogram kode komputer untuk proyek temporer yang kemungkinannya bernilai besar atau sebaliknya. Kami menganggap mereka yang belum terserap perusahaan ini berarti belum memiliki ketrampilan cukup,” ujar dia.
Temuan survei menarik lainnya adalah dua dari tiga orang responden merasa bahwa mereka baru “mulai belajar” pemrograman dasar saat mengikuti kelas pelatihan, seperti di Dicoding.
Narenda berpendapat, inovasi suatu teknologi digital berkembang lebih cepat dibanding pembaruan kurikulum pendidikan. Sebagai contoh, dalam perhelatan konferensi Google I/O pekan ini, Google mengumumkan secara resmi Kotlin sebagai bahasa pemrograman teranyar untuk pembuatan aplikasi yang berjalan di sistem operasi Android. Google tidak meniadakan bahasa pemrograman yang sudah ada, seperti Java.
Setahun sebelumnya, Google telah memberitahu industri tentang adanya bahasa Kotlin. Kini, sekitar 50 persen dari total perusahaan digital di dunia telah mengadopsi Kotlin. Misalnya, Go-Jek.
Sementara itu, pembaruan kurikulum pendidikan biasanya terjadi tiga sampai empat tahun sekali.
“Pemrograman kode komputer memang perlu diajarkan sejak usia dini dimulai dengan melatih logika cara berpikir matematis dan kemampuan pembelajaran adaptif. Bahasa pemrograman kian inovatif, tetapi logika akan selalu sama. Seseorang mesti mau terus belajar,” kata Narenda.
Nilai tambah
Dosen Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta Erma Susanti menceritakan, keahlian pemrograman kode komputer memberikan nilai tambah terhadap suatu profesi. Oleh karenanya, siapapun yang sudah memutuskan menekuni keahlian pemrograman kode komputer harus memiliki sikap mau terus belajar.
Erma tercatat sebagai peserta Google Faculty Training pada 2017. Google Faculty Training merupakan program pelatihan yang ditujukan bagi dosen mata kuliah pemrograman aplikasi bergerak. Dia juga tercatat sebagai penerima beasiswa pengembangan keahlian yang diselenggarakan Google dan Dicoding pada 2018. Selain pengajar, dia memiliki keahlian pemrograman Android level ahli, pemrograman Kotlin, dan progressive web apps.
“Dengan keahlian pemrograman kode komputer tersebut, saya menerima jasa pengerjaan proyek aplikasi di instansi pemerintahan daerah. Saya pun bisa menyusun tambahan materi kuliah pemrograman dengan bahasa lebih kekinian,”ungkap dia.
Di kelas mata kuliah pemrograman aplikasi bergerak, Erma menceritakan biasa mengajar sampai 150 orang. Namun, kurang dari 30 persen di antara mahasiswa lulus dan bekerja sebagai profesional ahli pemrograman kode komputer.
“Saya tidak tahu kondisi di perguruan tinggi lain. Namun, berdasarkan pengalaman saya mengajar, persoalan terletak pada mahasiswa dan sistem pendidikan,” ujar dia.
Menurut Erma, tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan logika atau pembelajaran adaptif. Institusi pendidikan tinggi juga tidak mudah mengubah kurikulum karena harus lapor ke Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi.
Di luar isu kekurangan suplai tenaga kerja ahli pemrograman kode pemrograman, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Basuki Yusuf Iskandar mengatakan, pihaknya menggelar program beasiswa talenta digital. Melalui program ini, Kemkominfo menggandeng industri digital dan perguruan tinggi untuk memberikan beasiswa pelatihan kerja kepada 25.000 orang anak muda.
Jenis pelatihan mencakup ketrampilan mengembangkan kecerdasan buatan, analisa data berukuran besar, komputasi awan, keamanan siber, dan benda terhubung internet.
“Beasiswa terbuka bagi lulusan, pengajar SMK, lembaga pelatihan vokasi, sarjana, dan karyawan. Pelatihan seperti ini bertujuan menyelaraskan suplai dan permintaan keahlian di pasar tenaga kerja. Kami buka pendaftaran sejak 20 April – 19 Mei 2019,” kata Basuki. (MED)
Sumber: Kompas, 16 Mei 2019