Indonesia Kekurangan Talenta Digital, Peluang Memperbesarnya pada Siswa SMK

- Editor

Rabu, 26 Februari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan menyelesaikan pembuatan jam digital saat mengikuti lomba kompetensi siswa bidang elektronika di SMK Negeri 26 Jakarta, Selasa (25/10). Lomba ini diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kemampuan atau kemahiran siswa. 

Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM)
25-10-2016

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan menyelesaikan pembuatan jam digital saat mengikuti lomba kompetensi siswa bidang elektronika di SMK Negeri 26 Jakarta, Selasa (25/10). Lomba ini diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kemampuan atau kemahiran siswa. Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM) 25-10-2016

Jumlah talenta digital di Indonesia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan industri. Untuk memperbesar jumlah talenta digital, salah satunya dengan memberi pelunag pelatihan terhadap siswa-siswa SMK.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Siswa sekolah menengah kejuruan menyelesaikan pembuatan jam digital saat mengikuti lomba kompetensi siswa bidang elektronika di SMK Negeri 26 Jakarta, Selasa (25/10/2016). Lomba ini diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kemampuan atau kemahiran siswa.

Memperbesar peluang siswa sekolah menengah kejuruan atau SMK untuk menjadi talenta digital dinilai krusial. Dengan ini, lulusan SMK berpeluang bersaing di industri teknologi informasi dan komunikasi. Penyerapan tenaga kerja pun dapat ditingkatkan.

Direktur Datacom Lintasarta Ginandjar mengatakan, jumlah talenta digital di Indonesia masih kurang untuk memenuhi kebutuhan industri. Menurut dia, siswa SMK perlu diberi pelatihan agar dapat mengisi kekurangan tersebut.

”Kenyataannya, di era digital ini, mencari programmer untuk perusahaan tidaklah mudah. Pemerintah pun menyatakan bahwa kita masih kekurangan talenta digital,” kata Ginandjar di Bandung, Senin (24/2/2020). Lintasarta adalah perusahaan yang bergerak di bidang perusahaan teknologi informasi dan komunikasi.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA–Kemajuan teknologi memberikan kemudahan bagi Siswa SMK Negeri 7 Semarang dalam melakukan penghitungan jenis kendaraan yang melintas di kawasan Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (7/10/2019). Melalui aplikasi digital tersebut mempermudah mereka dalam melakukan survei lalu lintas.

Untuk merespons isu tersebut, Lintasarta menyelenggarakan beasiswa bagi 3.200 siswa dan lulusan SMK. Beasiswa bertajuk Lintasarta Digischool ini berupa kelas daring reguler yang diselenggarakan selama dua bulan. Dari ribuan orang tersebut, ada 200 orang yang akan disaring untuk mengikuti kelas lanjutan atau expert.

Beasiswa ini merupakan program tanggung jawab sosial (CSR) Lintasarta. Beasiswa diberikan untuk mencetak pemrogram yang siap kerja. Program ini diselenggarakan dengan bekerja sama dengan perusahaan start up Dicoding.

Pada November 2019, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, Indonesia membutuhkan 113 juta talenta digital pada 2035. Hingga 2019, baru ada 104 juta talenta di Indonesia. Kekurangan 9 juta talenta disiasati pemerintah dengan memberi 25.000 beasiswa di 2019.

Relevansi
Beasiswa dinilai perlu disertai dengan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri. Jika tidak dilakukan, lulusan SMK terancam menganggur.

”Saya harap program ini dapat meningkatkan soft skill pelajar dan lulusan SMK. Semoga ini membantu mereka mendapatkan akses pekerjaan yang layak,” kata General Manager Corporate Secretary Lintasarta Ade Kurniawan.

Chief Executive Officer Dicoding Narenda Wicaksono mengatakan, lulusan SMK belum terserap optimal di industri digital. Itu sebabnya pendidikan digital yang relevan diperlukan untuk memastikan penyerapan lulusan SMK sebagai tenaga kerja.

Menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional, angka pengangguran SMK lebih tinggi dari SMA. Pada Agustus 2018, angka penggangguran SMK adalah 11,24 persen dan SMA 7,95 persen.

Adapun jumlah penganggur sekolah menengah (SMA umum dan SMK) pada Agustus 2019 adalah 8,91 persen. Angka ini tertinggi dibandingkan lulusan perguruan tinggi (5,74 persen), sekolah dasar (3,24 persen), dan tidak sekolah (1,09 persen).

Pemerhati dan konsultan pendidikan, Petra W Bodrogini, mengatakan, ada tiga hal pokok yang perlu diubah untuk memastikan relevansi SMK dengan industri. Ketiganya adalah memastikan ketersediaan ruang bagi inovasi, perbaikan sistem yang lebih luas, dan berorientasi pada belajar sepanjang hayat (Kompas.id, 26/9/2020).

Oleh SEKAR GANDHAWANGI

Editor KHAERUDIN KHAERUDIN

Sumber: Kompas, 25 Februari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB