SMK Kehutanan dan Pertanian Belum Optimal

- Editor

Kamis, 17 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tak mudah meyakinkan remaja untuk memilih program keahlian kehutanan dan pertanian di sekolah menengah kejuruan. Program keahlian yang memiliki peluang kerja cukup besar ini dianggap belum menjanjikan.

Keengganan untuk memilih bidang pertanian atau kehutanan muncul karena pekerjanya terkesan harus berkotor-kotor dan siap bekerja di daerah yang jauh dari keramaian. Selain itu, para remaja juga enggan memilih bidang itu karena biasanya sarana dan prasarana untuk praktik yang tersedia di SMK masih terbatas dan usang.

Kepala SMKN 1 Pagelaran Jauharudin Nandang, Selasa (15/3), di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengatakan, berdasarkan potensi di daerah selatan Cianjur, pemerintah membuka SMK dengan program keahlian kehutanan dan pertanian pada 2003. Namun, tidak banyak siswa dari daerah ini yang memilih bidang tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Antusiasme yang tinggi untuk masuk SMK ini terjadi justru ketika dibuka program keahlian teknik komputer jaringan dan teknik kendaraan ringan (otomotif). “Padahal, berdasarkan informasi, untuk bidang kehutanan perlu sekitar 1.600 pekerja per tahun. Dari lulusan 20 SMK kehutanan yang ada, hanya dihasilkan 600 orang per tahun. Hal ini menjadi tantangan bagi sekolah dengan dukungan pemerintah untuk bisa menumbuhkan minat orangtua dan anak-anak lulusan SMP agar mau memilih SMK pertanian atau kehutanan,” ujar Nandang.

Seiring waktu, menurut dia, ketika sekolah ini bisa bekerja sama dengan industri untuk tempat magang atau menerima lulusan, masyarakat mulai meliriknya. Banyak rimbawan (siswa bidang kehutanan) yang terserap di perusahaan swasta ataupun badan usaha milik negara yang terkait Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam Roadmap Pengembangan SMK Kehutanan 2016-2020 yang disusun Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pengembangan 20 SMK kehutanan yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kemdikbud mendapat prioritas. Namun, kondisi sekolah saat ini belum terstandar dengan baik.

Yanti Pujawanti, Ketua Kompetensi Keahlian Kehutanan SMKN 1 Pagelaran, mengatakan, minat untuk masuk SMK kehutanan kini mulai meningkat karena sebagian besar lulusan bisa bekerja sesuai kompetensi yang disiapkan sekolah. Lebih dari 70 persen lulusan yang bersekolah selama empat tahun diserap perusahaan di Kalimantan hingga Papua. (ELN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Maret 2016, di halaman 12 dengan judul “SMK Kehutanan dan Pertanian Belum Optimal”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Luvena, Lulusan Madrasah Ini Dapat Beasiswa Kuliah Penerbangan Sipil di Moskow
Tidak Semua Aplikasi Belajar Populer Difasilitasi Kuota Belajar
Kluster Pendidikan Dicabut dari RUU Cipta Kerja
Belajar dari Sejarah Indonesia
Plan International Indonesia Bagikan 1.000 Radio Tenaga Surya bagi Siswa di NTB dan NTT
Teknologi yang Memperlebar Kesenjangan Pendidikan
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 April 2022 - 15:08 WIB

Luvena, Lulusan Madrasah Ini Dapat Beasiswa Kuliah Penerbangan Sipil di Moskow

Selasa, 29 September 2020 - 09:26 WIB

Tidak Semua Aplikasi Belajar Populer Difasilitasi Kuota Belajar

Jumat, 25 September 2020 - 13:17 WIB

Kluster Pendidikan Dicabut dari RUU Cipta Kerja

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB