Wahana New Horizons Terbang Melintasi Ultima Thule

- Editor

Rabu, 2 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setengah jam setelah datangnya tahun baru 2019 di timur Amerika Serikat atau pukul 12.33 WIB, wahana antariksa New Horizons terbang melintasi Ultima Thule, obyek terjauh di Tata Surya yang pernah dicapai teknologi manusia. Misi menguak awal Tata Surya pun dimulai.

“Ini adalah rekor baru. Saat ini, New Horizons berada pada jarak 1,6 miliar kilometer (km) dari Pluto dan akan terus diarahkan menuju daerah Sabuk Kuiper,” kata peneliti utama misi New Horizons dari Lembaga Riset Southwest (SwRI), Boulder, Colorado, AS, Alan Stern, Selasa (1/1/2019).

NASA/JHUAPL/SWRI–Konsep artis saat wahana New Horizons mendekati Obyek Sabuk Kuiper (KBO) 2014 MU69 atau Ultima Thule. Pertemuan keduanya terjadi pada saat pergantian menuju Tahun Baru 2019, tepatnya 00.33 waktu timur Amerika Serikat atau 12.33 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ini, Ultima Thule berjarak 6,6 miliar km dari Bumi. Meski ini obyek Tata Surya terjauh yang dicapai teknologi buatan manusia, namun teknologi makhluk Bumi terjauh saat ini dipegang wahana Voyager 1 dan Voyager 2 yang masing-masing berjarak 21,7 miliar km dan 18 miliar km.

Kedua Voyager yang diluncurkan jeda dua minggu pada 1977 itu, kini berada di ruang antarbintang. Setelah mengekplorasi Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus serta menemukan sejumlah bulan pada planet-planet itu, keduanya bergerak meninggalkan piringan Tata Surya hingga tidak melewati Sabuk Kuiper.

“Ini jauh melampaui yang pernah dilakukan manusia sebelumnya,” tambah astrofisikawan, ahli misi New Horizons dan juga gitaris grup musik rock Queen, Brian May.

NASA/BILL INGALLS/AFP–Astrofisikawan, anggota misi New Horizons dan juga gitaris band rock Queen Brian May saat menyambut wahana New Horizons terbang melintasi Ultima Thule di Laboratorium Fisika Terapan, Universitas John Hopkins, Laurel, Maryland, Amerika Serikat pada 31 Desember 2018. Itu menjadikan Ultima Thule sebagai obyek Tata Surya terjauh yang dikunjungi teknologi buatan manusia pada jarak 6,6 miliar kilometer dari Bumi.

New Horizons diluncurkan pada 19 Januari 2006. Sembilan tahun sesudahnya, wahana itu mencapai Pluto pada 14 Juli 2015. Kini setelah melintasi Ultima Thule, wahana itu akan terus di arahkan masuk lebih dalam ke wilayah Sabuk Kuiper, bagian Tata Surya sesudah planet Neptunus.

Benda antariksa yang ada di Sabuk Kuiper juga disebut sebagai obyek Trans-Neptunian. Sabuk Kuiper adalah tempat bagi sejumlah planet katai, seperti Pluto, Eris, Haumea dan Makemake serta daerah asal sejumlah komet yang secara berkala mengitari Matahari.

Misi tambahan
Tujuan utama wahana senilai 700 juta dollar AS atau Rp 10,1 triliun itu untuk mengeksplorasi Pluto. Namun karena wahana masih bisa beroperasi dan baterai nuklir sebagai sumber dayanya masih ada, para ahli mencari obyek sasaran baru untuk diteliti.

Sebelum New Horizons capai Pluto, peneliti menemukan obyek lain yang bisa disambangi di Sabuk Kuiper. Obyek itu ditemukan ilmuwan SwRI, Marc Buie pada 2014 dan dinamai 2014 MU69. Belakangan, benda itu dinamai Ultima Thule dan ditetapkan jadi tujuan baru New Horizons.

Saat ini, peneliti misi sedang mencari obyek di Sabuk Kuiper lain yang bisa dikunjungi sebelum baterai nuklir wahana habis pada 2026. Makin banyak dan detail informasi obyek Sabuk Kuiper diketahui, makin baik pula pengetahuan manusia tentang bagian luar dan sejarah awal pembentukan Tata Surya.

Obyek di Sabuk Kuiper, seperti dikutip dari space.com, menarik diamati karena sifat primordialnya. Obyek tersebut ibarat kapsul waktu yang menyimpan cerita awal Tata Surya pada suhu mendekati nol mutlak yaitu nol derajat kelvin atau minus 273 derajat celsius.

NASA–Konsep artis saat pembentukan Tata Surya.

Pada suhu itu, atom berhenti bergerak hingga tidak terjadi pemanasan materi. Akibatnya, kondisi benda masih sama seperti saat awal terbentuk. “Obyek itu sangat beku sehingga seperti diawetkan sejak awal pembentukan,” tambah Stern.

Obyek itu sangat beku sehingga seperti diawetkan sejak awal pembentukan.

Karena itu, misi ini setara dengan penggalian arkeologis dalam ilmu sejarah atau pembentukan planet. Dengan mempelajari komposisi dan kondisi geologi obyek Sabuk Kuiper, manusia bisa tahu bagaimana Tata Surya terbentuk.

Pada 4,6 miliar tahun lalu, saat berlangsung pembentukan Tata Surya, tak semua materi pembentuknya berubah jadi planet atau bulan. Sebagian tetap jadi serpihan atau bongkahan hingga masih menyimpan informasi awal Tata Surya.

Data awal dari teleskop Hubble menunjukkan Ultima Thule yang berdiameter sekitar 30 km itu tampak berwarna kemerahan meski belum diketahui penyebabnya. Bentuk obyek ini tidak bulat seperti planet katai lain, tetapi memanjang dan lonjong.

PLUTO.JHUAPL.EDU–Konsep artis tentang bentuk Ultima Thule.

Kondisi pasti Ultima Thule akan diketahui setelah New Horizons mengirimkan semua citra yang diperolehnya ke Bumi. Itu butuh waktu sekitar 20 bulan mengingat New Horizons hanya memiliki pemancar data berdaya 15 watt.

Meski masih cukup lama untuk tahu lebih baik tentang obyek Sabuk Kuiper, capaian New Horizons ini adalah prestasi bagi sejarah manusia. Jika 50 tahun lalu, pada 1969, manusia mendarat di Bulan, kini manusia juga sudah sampai di tepian Tata Surya.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 2 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB