Pluto Diduga Terbentuk dari 1 Miliar Komet

- Editor

Senin, 28 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perhitungan terhadap jumlah kandungan nitrogen yang ada lapisan es Pluto dan jumlah nitrogen dari satu miliar komet menunjukkan jumlah yang konsisten. Kondisi itu memunculkan teori baru pembentukan Pluto, yaitu planet katai tersebut terbentuk dari satu miliar komet.

“Komet yang membentuk Pluto (dalam hipotesis itu) adalah yang memiliki komposisi kimia mirip dengan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko,” kata ahli keplanetan dan astrobiologi dari Institut Riset Southwest (SWRI) di San Antanio, Amerika Serikat Chris Glein seperti dikutip space.com, Kamis (24/5/2018).

Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko adalah komet bebek yang diobservasi oleh wahana antariksa Rosetta milik Badan Antariksa Eropa (ESA) antara 2014-2016. Komet berumur 4,6 miliar tahun itu ditemukan oleh astronom Klim Ivanovych Churyumov dan Svetlana Ivanova Gerasimenko pada 1969 dan diperkirakan berasal dari Awan Oort, wilayah luar Tata Surya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rosetta juga mengirim wahana pendarat Philae ke permukaan komet yang keras meski misi pendaratan itu tak berjalan sempurna. Namun, pendaratan itu juga menandai pendaratan teknologi pertama buatan manusia di komet.

NASA /JHUAPL /SWRI–Citra Pluto yang diambil dari gabungan empat citra yang diperoleh dari instrumen Long Range Reconnaissance Imager (LORRI) yang ada di wahana New Horizons dan dikombinasikan dengan data warna dari instrumen Ralph untuk menciptakan tampilan berwarna Pluto yang lebih baik. Citra ini diambil saat New Horizons berjarak 450.000 kilometer dari Pluto.

Sementara itu, saat ini Pluto dimasukkan dalam kelompok planet katai. Pluto tidak lagi dikelompokkan sebagai planet karena orbit sekitarnya masih dikelilingi obyek-obyek lain yang ukurannya hampir menyamai Pluto.

Saat ini Pluto dimasukkan dalam kelompok planet katai. Pluto tidak lagi dikelompokkan sebagai planet karena orbit sekitarnya masih dikelilingi obyek-obyek lain yang ukurannya hampir menyamai Pluto.

Kini, Pluto menjadi obyek terbesar yang ada di Sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper adalah wilayah di Tata Surya setelah planet Neptunus, namun sebelum Awan Oort. Wilayah ini berisi banyak obyek-obyek kecil termasuk komet.

Teori yang diajukan Glein dan rekannya, Hunter Waite, yang dipublikasikan di jurnal Icarus, Rabu (23/5/2018), itu diajukan setelah menganalis data yang diperoleh Rosetta dan wahana New Horizons milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat NASA yang mengamati obyel-obyek Trans Neptunian.

Misi New Horizons hingga kini masih berjalan. Wahana ini sedang melintas di wilayah Sabuk Kuiper menuju obyek Trans Neptunian yang dinamai 2014 MU69 atau disebut sebagai Ultima Thule. New Horizons diperkirakan akan melintas di dekat obyek tersebut pada 1 Januari 2019 pada jarak 1,6 miliar kilometer dari Pluto.

“Penelitian ini menunjukkan susunan kimia awal Pluto yang diwarisi dari komet dimodifikasi secara kimia oleh air cair yang bisa jadi ada dibawah permukaan Pluto yang beku lautan,” kata Glen.

Meski model pembentukan Pluto dari komet itu belum kukuh, namun teori ini menunjukkan keberhasilan dari misi Rosetta dan New Horizons. Terlebih ini menggunakan ilmu kimia untuk melacak komponen-komponen yang ada di Pluto saat ini untuk melihat proses pembentukannya di masa lalu.

“Ini bisa memperluas pemahaman manusia tentang asal usul dan evolusi Pluto,” tambah Glein.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 28 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB