Komet ISON Dipastikan Mati

- Editor

Sabtu, 14 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para peneliti komet memastikan komet ISON sudah mati. Komet yang sempat digadang-gadang akan menjadi komet abad ini karena kecerlangannya diperkirakan menyamai Bulan itu ternyata tak mampu bertahan dari gaya gravitasi dan radiasi panas Matahari.

Kepastian itu disampaikan para peneliti karena tidak lagi melihat adanya jejak komet di lintasan yang telah diprediksi akan dilewati ISON saat meninggalkan Matahari.

”Saat ini, sepertinya sudah tidak ada lagi yang tersisa dari komet ISON,” kata ahli komet dari Laboratorium Penelitian Angkatan Laut AS, Karl Battams, saat pertemuan tahunan American Geophysical Union di San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (11/12), seperti dikutip AP.

ISON pertama kali diamati pada September 2012 oleh astronom Rusia, Artyom Novichonok dan Vitali Nevski. Komet ini mencapai titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion) pada 29 November lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Citra yang diambil satelit Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) menunjukkan, sebelum mencapai perihelion, ISON tampak cantik dengan ekor yang panjang dan besar serta bentuk intinya jelas. Setelah melewati perihelion, ISON hanya terlihat sebagai ekor komet nan tipis dan inti yang tidak jelas.

Semula, para ahli berharap ISON masih mampu bertahan hingga ia dapat diamati kembali dari Bumi. Jika itu terjadi, ISON akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada 26 Desember mendatang.

”Pancaran debu komet sudah berhenti sejak komet mencapai perihelion. Setelah itu, komet terlihat makin memudar seiring perjalanannya menjauhi Matahari,” tambah Geraint Jones dari Universitas College London, Inggris. Ekor tipis yang sempat teramati sesudah komet melintasi perihelion diperkirakan hanya dinamika orbit semata.

Kematian ISON itu dipicu oleh pecahnya inti komet karena ukurannya yang terlalu kecil. Pengukuran terbaru yang dilakukan NASA Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) menyebut lebar inti ISON berkisar 100 meter-1.000 meter. Jika diameter inti lebih besar dari 2.000 meter, maka ISON diperkirakan bisa selamat dari Matahari.

Secara terpisah, komunikator astronomi dari Langitselatan, lembaga komunikasi dan edukasi astronomi, Avivah Yamani, Jumat (13/12), mengatakan, hancurnya ISON diduga akibat ikatan partikel di inti komet tidak terlalu kuat. Akibatnya, saat mendekati Matahari, ia mudah tercerai berai oleh panas Matahari. Apalagi, jarak perihelion ISON ke Matahari terlalu dekat, hanya 1,2 juta kilometer dari permukaan Matahari.

”Walau sudah hancur, jika ada puing-puing material ISON yang lolos, ia akan sangat redup untuk bisa diamati. Akan tetapi puing-puing ISON itu bisa bercerita banyak tentang pembentukan tata surya,” ujarnya.

Komet ISON berasal dari Awan Oort, di bagian luar tata surya, yang menyimpan banyak sisa materi pembentukan tata surya. Ia mulai bergerak menuju Matahari sekitar 1 juta tahun lalu dan ini merupakan kunjungan pertama ISON ke Matahari. Karena itu, ISON diperkirakan mengandung materi sisa pembentukan tata surya yang terbentuk 4,6 miliar tahun lalu.(AP/SPACE/MZW)

Sumber: Kompas, 14 Desember 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB