Tujuh Puluh Lima Tahun Teknologi Planetarium

- Editor

Kamis, 29 Desember 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada saat ini 75 tahun lalu, ada suatu sensasi kecil. Dengan bantuan teknologi yang dikembangkan perusahaan optik Jerman Carl Zeiss di Jena ada pertunjukan yang kini dikenal sebagai planetarium. Dengan mengarahkan suatu peralatan optik ke langit, maka bintang-bintang yang biasanya amat jauh serasa dalam jangkauan.

Ide planetarium itu sendiri datang dari Oskar von Miller, pendiri museum ilmu pengetahuan dan teknologi di Munich. Gagasannya bersambut dengan Walther Bauersfeld dari Carl Zeiss. Ide tersebut sukses terwujud tahun 1923, ketika Bauersfeld mengembangkan optik mekanik yang bisa memproyeksikan cahaya kecil dari bintang di langit ke atap kubah. lnilah yang kemudian mendasari perkembangan planetarium modern pada masa-masa berikutnya. Optik mekanik itu kemudian dibuatkan gedungnya, yaitu planetarium Jena, yang berdiri tahun 1926. Dan sejak hingga kini, Zeiss sudah ambil peranan dalam pembangunan 531 planetarium di 67 negara di seluruh dunia.

Diperkirakan, sudah tiga juta manusia menikmati displai bintang-bintang di langit selama 75 tahun ini. Perusahaan yang kini memang memimpin dalam perpacuan perkembangan planetarium di antara lima perusahaan di bidang sama itu, kini menangani tiga planetarium berskala besar di Muenster (Jerman), Rio. de Jeneiro (Brasil), dan Jakarta (Indonesia). Ketiganya siap dibuka tahun 1998 ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Teknologi mutakhir yang telah dikembangkan adalah penggunaan serat optik dan sistem penunjuk canggih untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai perputaran planet dan lompatan waktu yang sudah mencapai ribuan tahun.

”Alam semesta kini bisa dilihat dengan radius dan kedalaman yang belum pernah dapat dibayangkan sebelumnya,” kata Wilfried Lang dari Zeiss.

Dengan teknologi planetarium baru itu, 9.100 bintang bisa dilihat dengan jelas. Bahkan alam semesta ini tidak hanya bisa dilihat dari perspektif Bumi, tetapi juga dari planet-planet lain.

Pengunjung planetarium jadi seperti berjalan-jalan di antariksa, bahkan juga bicara seperti, pengelana antarplanet. Kini dengan perkembangan teknologi di bidang lain –laser video, dan musik– membuat pengamatan bintang akan semakin menarik.

Tentu dengan harapan, semua ini bakal melahirkan astronom-astronom baru yang bakal menguak lebih banyak lagi rahasia semesta. (DPA/nes)

Sumber: Kompas, 2 Februari 1998

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB