Meneropong Saturnus dan Mars Malam Ini

- Editor

Sabtu, 20 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Planetarium dan Observatorium Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki membuka kegiatan peneropongan dan pengamatan benda langit Jumat (19/10/2018) malam. Ini menjadi kegiatan terakhir di bulan kesepuluh, setelah dilaksanakan mulai 15 Oktober 2018.

Obyek langit yang bisa diamati antara lain Saturnus, Mars, dan Bulan setengah. Ketiga benda langit tersebut dapat dilihat setelah matahari tenggelam di sisi langit Barat. Mulai dari Saturnus, kemudian Mars dan Bulan yang tampak berdekatan akan bergerak menuju ufuk barat hingga tengah malam.

NASA–Saturnus, sang planet bercincin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika cuaca tidak mendung atau hujan, kegiatan akan tetap dilangsungkan. Registrasi dilakukan sampai pukul 19.30, diikuti presentasi pengenalan astronomi, lalu peneropongan dan pengamatan benda langit. Satu teleskop permanen telah disiapkan untuk dimanfaatkan pengunjung Kegiatan yang diadakan di Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat ini gratis untuk umum, sampai sekitar pukul 23.00 malam.

FAJAR RAMADHAN UNTUK KOMPAS–Pengunjung memadati Planetarium dan Observatorium Jakarta sejak Jumat (28/7/2018).

“Kegiatan peneropongan umum ini reguler dilakukan sekitar enam hari setiap bulan Maret atau April, hingga Oktober atau November,” kata Peneliti Planetarium Jakarta Widya Sawitar, saat dihubungi Kompas. Kegiatan pengamatan juga akan dilakukan saat ada fenomena khusus, seperti gerhana atau konjungsi planet.

Pengamatan untuk fenomena khusus di Planetarium Jakarta terakhir dilakukan saat konjungsi bulan dan planet 14 September 2018 dan gerhana bulan total pada 27-28 Juli 2018. (ERIKA KURNIA)–ADHI KUSUMAPUTRA

Sumber: Kompas, 19 Oktober 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 21:26 WIB

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Berita Terbaru

fiksi

Cerpen: Taman di Dalam Taman

Jumat, 18 Jul 2025 - 21:45 WIB

Artikel

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Kamis, 17 Jul 2025 - 21:26 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Kota di Bawah Masker

Kamis, 17 Jul 2025 - 20:53 WIB

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB