Transfer Teknologi Berlangsung di MRT

- Editor

Minggu, 20 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kapasitas Angkut KRL Jabodetabek Terus Ditingkatkan
Transfer teknologi dari Jepang untuk pembangunan terowongan berlangsung dalam proyek jalur MRT. Transfer teknologi juga dapat dikembangkan dalam pembangunan infrastruktur lain, seperti jalan bawah tanah dan jalur utilitas.

Perwakilan dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) untuk Indonesia Naoki Ando mengatakan, dalam pembangunan terowongan transportasi massal cepat (MRT), setidaknya terdapat 100 pekerja Indonesia. Untuk level pimpinan, terdapat setidaknya dua wakil manajer dan dua insinyur dari Indonesia. Adapun ahli dari Jepang hanya beberapa orang yang ditempatkan sebagai pengawas dan manajer.

“Dengan banyaknya orang Indonesia, mereka juga belajar untuk menguasai teknologi,” kata Naoki dalam paparannya di hadapan rombongan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Tanizaki Yasuaki dan Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) di Stasiun MRT Bundaran Senayan, Kamis (17/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengembangan teknologi bawah tanah dapat diaplikasikan mulai dari jalan bawah tanah; gedung dan fasilitas publik bawah tanah; terowongan terintegrasi untuk utilitas listrik, telepon, gas, saluran air, telepon, dan saluran limbah; hingga saluran air raksasa untuk mencegah banjir.

Manajer Proyek MRT Jakarta dari Perusahaan Shimizu Kazuya Osako mengatakan, pihak Jepang melatih penggunaan bor Antareja bagi para ahli dan pekerja Indonesia.

Menurut Kazuya, pengeboran terowongan MRT dari Patung Pemuda telah menembus Stasiun Bundaran Senayan. Pengeboran akan dilanjutkan menuju Stasiun Istora. Pengeboran terowongan ditargetkan sampai Istora pada April. Adapun Stasiun Setiabudi diperkirakan tembus pada awal tahun depan.

Ketua PPIJ Rachmat Gobel mengatakan, salah satu yang terpenting dalam proyek pembangunan ini adalah transfer teknologi pembangunan terowongan dari Jepang ke Indonesia. Ilmu ini penting karena banyaknya potensi pengembangan untuk pembangunan infrastruktur pada masa mendatang.

Dalam kesempatan itu, Tanizaki Yasuaki memberi apresiasi atas proyek pembangunan terowongan kereta MRT. Ia berharap, pembangunan ini dapat berjalan sesuai target waktu.

Dari catatan Kompas, pembangunan MRT jalur selatan-utara Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia masih terus berlangsung, baik untuk jalur kereta layang maupun terowongan kereta bawah tanah. Terowongan MRT memiliki 6 stasiun, sedangkan jalur layang memiliki 7 stasiun. Jalur ini memiliki panjang 15,7 kilometer dan ditargetkan beroperasi pada 2018.

KRL Jabodetabek
PT KAI Commuter Jabodetabek berencana menambah rangkaian yang terdiri atas 12 kereta secara bertahap. Penambahan panjang rangkaian ini merupakan solusi untuk meningkatkan kapasitas angkut di tengah keterbatasan infrastruktur perkeretaapian saat ini.

Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) MN Fadhila mengatakan, penambahan perjalanan KRL tidak mungkin dilakukan karena frekuensi yang ada sudah tinggi, yakni 897 perjalanan KRL per hari.

“Selain itu, ada sejumlah kegiatan pembangunan yang tengah dilakukan pemerintah, PT KAI, dan PT KCJ. Kondisi ini membuat perjalanan KRL belum bisa ditambah lagi. Penambahan panjang rangkaian menjadi pilihan yang paling memungkinkan untuk meningkatkan kapasitas angkut,” ucapnya, Kamis, di Depo KRL Depok.

Dengan armada saat ini, ada 11 rangkaian KRL yang terdiri atas 12 kereta. Rangkaian ini dioperasikan di rute Bogor-Jakarta Kota dan Bekasi-Jakarta Kota. Selain itu, ada 17 rangkaian KRL yang terdiri atas 10 kereta dan 60 rangkaian yang terdiri atas 8 kereta.

Sebelumnya, rangkaian yang ada terdiri atas 8 kereta saja. Jika satu kereta bisa diisi sekitar 200 orang, penambahan kereta dari 8 menjadi 12 meningkatkan kapasitas angkut hingga 800 orang per rangkaian.

Direktur Teknik dan Sarana PT KCJ John Robertho mengatakan, hingga akhir tahun ini, ditargetkan ada 19 rangkaian yang terdiri dari 12 kereta. “Penambahan jumlah rangkaian 12 kereta ini kami lakukan setelah 60 kereta yang kami beli tahun ini tiba,” katanya.(IRE/MKN/ART)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2016, di halaman 27 dengan judul “Transfer Teknologi Berlangsung di MRT”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 75 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB