Taksonomi: Siasati Serbuan Periset Asing

- Editor

Selasa, 20 April 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Potensi mega-biodiversitas Indonesia telah mendorong periset asing melakukan penelitian di Indonesia. Dari temuan mereka muncul nama-nama taksonomi asing untuk spesies lokal.

Di sisi lain, minat mahasiswa biologi menekuni taksonomi amat rendah sehingga Indonesia menghadapi kelangkaan peneliti di bidang itu. Hal ini membuat bangsa Indonesia tidak menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

Untuk mengatasi itu, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Suharsono dalam jumpa pers hari Senin (19/4) mengatakan, pihaknya menyelenggarakan program pelatihan dan beasiswa S-2 dan S-3 bidang taksonomi kelautan. Targetnya, dalam 10 tahun mendatang menghasilkan 100 ahli di bidang itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Jumlah itu tergolong lumayan jika bisa tercapai karena anggaran LIPI untuk itu terbatas,” jelasnya. Saat ini tenaga peneliti di bidang taksonomi kelautan di LIPI jumlahnya kurang dari 10 orang. Sebagian telah pensiun. Kini di P2O LIPI hanya ada ahli taksonomi kelautan untuk koral, moluska, dan ekinodermata.

Pelelangan taksonomi

Sejak tahun lalu, bekerja sama dengan Conservacy International, pusat penelitian itu merintis program dengan mengunjungi empat universitas, yaitu Universitas Mataram di Lombok, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Universitas Hasanuddin di Makassar, dan Universitas Indonesia di Jakarta.

Tujuannya untuk mengenalkan ilmu taksonomi dan prospeknya, serta menawarkan program pelatihan taksonomi bagi mahasiswa biologi. Juga ada program beasiswa S-2 dan S-3 ke luar negeri. Telah berhasil dikirim satu peneliti dari Universitas Mataram untuk mengambil S-3 taksonomi di National University of Singapore. Untuk program S-2 dikirim dua peneliti dari P2O LIPI magang di Australia.

Program itu, ungkap Suharsono, dibiayai CI (460.000 dollar AS)—disisihkan dari 2 juta dollar AS hasil lelang di Monako untuk penamaan enam spesies baru ikan yang ditemukan di kawasan Raja Ampat tahun 2008. Penemunya, yaitu Gerry Allen (Australia) dan Mark Erdmann (AS).

Dari lelang muncul nama Hemiscylliym Galei dan Hemiscylliym Henryi keduanya masuk jenis ikan hiu. Ada pula Corythoichthys Benedetto (kuda laut), Pterois Andovr—ikan barongsai atau lepu ayam dan Pseudanthias charlenae—nama lokalnya Antias. Di perairan tawar ditemukan Melanotaenia Synergos.

Kerja sama riset

Untuk mengatasi dominasi periset taksonomi asing, LIPI menjalin kerja sama riset kelautan guna memungkinkan pendampingan peneliti LIPI dalam kegiatan mereka.

Pada ekspedisi kelautan di Halmahera bekerja sama dengan Belanda pada tahun lalu, misalnya, disepakati penamaan taksonomi bersama spesies baru yang ditemukan di kawasan itu.

Tawaran kerja sama penelitian di wilayah laut Indonesia kini meningkat karena wilayah perairan Nusantara begitu luas dan belum banyak diteliti. Penelitian asing, antara lain, untuk mengetahui potensi sumber hayati laut Indonesia sebagai bahan baku pangan, obat, dan kosmetika.

Penelitian bahan baku pangan dari laut dilakukan Indonesia bersama Jepang bulan lalu—meneliti potensi ikan sidat di Teluk Tomini Sulawesi Tengah. (YUN)

Sumber: Kompas, Selasa, 20 April 2010 | 04:46 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB