Potensi mega-biodiversitas Indonesia telah mendorong periset asing melakukan penelitian di Indonesia. Dari temuan mereka muncul nama-nama taksonomi asing untuk spesies lokal.
Di sisi lain, minat mahasiswa biologi menekuni taksonomi amat rendah sehingga Indonesia menghadapi kelangkaan peneliti di bidang itu. Hal ini membuat bangsa Indonesia tidak menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Untuk mengatasi itu, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Suharsono dalam jumpa pers hari Senin (19/4) mengatakan, pihaknya menyelenggarakan program pelatihan dan beasiswa S-2 dan S-3 bidang taksonomi kelautan. Targetnya, dalam 10 tahun mendatang menghasilkan 100 ahli di bidang itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Jumlah itu tergolong lumayan jika bisa tercapai karena anggaran LIPI untuk itu terbatas,” jelasnya. Saat ini tenaga peneliti di bidang taksonomi kelautan di LIPI jumlahnya kurang dari 10 orang. Sebagian telah pensiun. Kini di P2O LIPI hanya ada ahli taksonomi kelautan untuk koral, moluska, dan ekinodermata.
Pelelangan taksonomi
Sejak tahun lalu, bekerja sama dengan Conservacy International, pusat penelitian itu merintis program dengan mengunjungi empat universitas, yaitu Universitas Mataram di Lombok, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Universitas Hasanuddin di Makassar, dan Universitas Indonesia di Jakarta.
Tujuannya untuk mengenalkan ilmu taksonomi dan prospeknya, serta menawarkan program pelatihan taksonomi bagi mahasiswa biologi. Juga ada program beasiswa S-2 dan S-3 ke luar negeri. Telah berhasil dikirim satu peneliti dari Universitas Mataram untuk mengambil S-3 taksonomi di National University of Singapore. Untuk program S-2 dikirim dua peneliti dari P2O LIPI magang di Australia.
Program itu, ungkap Suharsono, dibiayai CI (460.000 dollar AS)—disisihkan dari 2 juta dollar AS hasil lelang di Monako untuk penamaan enam spesies baru ikan yang ditemukan di kawasan Raja Ampat tahun 2008. Penemunya, yaitu Gerry Allen (Australia) dan Mark Erdmann (AS).
Dari lelang muncul nama Hemiscylliym Galei dan Hemiscylliym Henryi keduanya masuk jenis ikan hiu. Ada pula Corythoichthys Benedetto (kuda laut), Pterois Andovr—ikan barongsai atau lepu ayam dan Pseudanthias charlenae—nama lokalnya Antias. Di perairan tawar ditemukan Melanotaenia Synergos.
Kerja sama riset
Untuk mengatasi dominasi periset taksonomi asing, LIPI menjalin kerja sama riset kelautan guna memungkinkan pendampingan peneliti LIPI dalam kegiatan mereka.
Pada ekspedisi kelautan di Halmahera bekerja sama dengan Belanda pada tahun lalu, misalnya, disepakati penamaan taksonomi bersama spesies baru yang ditemukan di kawasan itu.
Tawaran kerja sama penelitian di wilayah laut Indonesia kini meningkat karena wilayah perairan Nusantara begitu luas dan belum banyak diteliti. Penelitian asing, antara lain, untuk mengetahui potensi sumber hayati laut Indonesia sebagai bahan baku pangan, obat, dan kosmetika.
Penelitian bahan baku pangan dari laut dilakukan Indonesia bersama Jepang bulan lalu—meneliti potensi ikan sidat di Teluk Tomini Sulawesi Tengah. (YUN)
Sumber: Kompas, Selasa, 20 April 2010 | 04:46 WIB