Penghargaan LIPI untuk Dua Ilmuwan Biologi

- Editor

Jumat, 24 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dua ilmuwan biologi, yakni Endang Sukara dan Dwi Listyo Rahayu, mendapat penganugerahan LIPI Sarwono Award 2021. Adapun Rektor IPB University Arif Satria meraih Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XXI.

TANGKAPAN LAYAR—-Pelaksana Harian Kepala LIPI Agus Haryono (kiri) memberikan penghargaan LIPI Sarwono Award 2021 kepada profesor riset bidang mikrobiologi Endang Sukara secara daring, Senin (23/8/2021).

Dua ilmuwan biologi, yakni profesor riset bidang mikrobiologi Endang Sukara dan profesor riset bidang taksonomi Dwi Listyo Rahayu, mendapat penganugerahan LIPI Sarwono Award 2021. Mereka dinilai berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama terkait keanekaragaman hayati di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penghargaan tersebut diberikan dalam acara penganugerahan LIPI Sarwono Award XIX dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XXI secara daring, Senin (23/8/2021).

Endang Sukara lahir di Tasikmalaya, 9 September 1952. Ia merupakan ilmuwan yang menekuni mikrobiologi dan biodiversitas. Ia aktif berkarier di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta mengajar di sejumlah perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Pengalaman panjangnya membuat Endang banyak terlibat sebagai dewan penasihat di bidang biodiversitas di Indonesia.

Berbagai penghargaan yang pernah ia raih antara lain Bintang Jasa Pratama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006, ASEAN Meritorius Award 2009, Australian Alumni Award dari Kedutaan Besar Australia 2011, Queensland University Award 2012, dan International Alumnus of the Year dari University of Queensland, Australia, 2014.

Endang meyakini bahwa keanekaragaman hayati harus diteliti untuk mengetahui manfaatnya bukan hanya untuk masyarakat di Indonesia, melainkan juga seluruh umat manusia di dunia. Namun, ia juga memandang penelitian di Indonesia sampai saat ini belum optimal untuk mengeksplorasi keanekaragaman hayati hingga tingkat genetika molekuler.

—–Endang Sukara

”Kekayaan alam hayati Indonesia sangat luar biasa asalkan ilmu pengetahuan masuk di dalamnya dan mencari tahu manfaat yang bisa diperoleh. Jadi, keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan Indonesia. Oleh karena itu, perlu konservasi dan pemanfaatan tanpa merusaknya,” tuturnya.

Sementara Dwi Listyo Rahayu merupakan ilmuwan di bidang biologi kelautan khususnya taksonomi dan berkarier sebagai profesor riset di Balai Bioindustri Laut LIPI di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Listyo yang lahir di Mojokerto, 31 Juli 1957, menekuni keanekaragaman jenis biota laut sejak 1986 dengan mempelajari taksonomi morfologi krustasea, khususnya kelomang dan kepiting.

Sejak saat itu sampai sekarang, Listyo telah menemukan serta mendeskripsikan sebanyak 2 genus dan 71 spesies baru kelomang serta 6 genus dan 76 spesies baru kepiting. Deskripsi kelomang dan kepiting tersebut juga telah dipublikasikan ke dalam 88 artikel ilmiah di jurnal nasional ataupun internasional.

Menurut Listyo, Indonesia memiliki keanekaragaman jenis biota laut yang sangat tinggi, baik di wilayah pesisir maupun laut dalam. Mengungkap jenis biota laut ini butuh dukungan dan penelitian taksonomi serta sistematik. Di sisi lain, penelitian taksonomi pada umumnya memerlukan waktu penyelesaian yang cukup lama karena dimulai dari pengumpulan biota, pengenalan awal, pembandingan, deskripsi, hingga penyusunan jurnal ilmiah.

—–Dwi Listyo Rahayu

”Penelitian taksonomi atau sistematik ini tidak hanya mengidentifikasi biota, memberi nama, dan mengklasifikasikannya. Namun, penelitian ini juga harus memperhatikan tempat, cara, dan kebiasaan hidupnya sehingga kita bisa mengetahui perannya dalam ekosistem serta kegunaannya bagi kehidupan manusia,” tuturnya.

Rektor IPB University
Dalam kesempatan ini, Rektor IPB University Arif Satria juga mendapat kehormatan menyampaikan kuliah ilmiah Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XXI. Penghargaan ini diberikan atas prestasi dan kepakaran di bidang ekologi yang dilakukan Arif sejak memulai karier sebagai dosen pada 1997 sampai saat ini.

Beberapa penghargaan yang pernah diraih Arif antara lain Second Winner of Academic Leader Award 2019, Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan 2013 dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kagoshima University Network Ambassador 2011, dan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Ilmu Pengetahuan 2009.

Pelaksana Harian Kepala LIPI Agus Haryono mengatakan, LIPI Sarwono Award dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture tahun ini diselenggarakan dengan tema ”Biodiversitas untuk Bioekonomi bagi Kemandirian Bangsa”. Tema ini sejalan dengan misi pemerintah untuk memanfaatkan kekayaan mega-biodiversitas Indonesia guna meningkatkan ekonomi masyarakat dan kemandirian bangsa.

TANGKAPAN LAYAR—Pelaksana Harian Kepala LIPI Agus Haryono (kiri) memberikan penghargaan LIPI Sarwono Award 2021 kepada profesor riset bidang taksonomi Dwi Listyo Rahayu secara daring, Senin (23/8/2021).

Ke depan, Agus berharap, penghargaan Sarwono Award dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture dapat tetap diselenggarakan setiap tahun meski terdapat dinamika perubahan organisasi atau peleburan LIPI ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

LIPI Sarwono Award dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture merupakan penghargaan yang diberikan kepada ilmuwan, tokoh, ataupun pakar Indonesia dari berbagai bidang atas jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2002 hingga 2021, LIPI Sarwono Award sudah diberikan kepada 29 ilmuwan. Penghargaan ini juga dilakukan sebagai puncak acara peringatan hari ulang tahun ke-54 LIPI.

Oleh PRADIPTA PANDU

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 23 Agustus 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB