Biologi Kelautan, Taksonomi Molekuler Digalakkan

- Editor

Selasa, 26 September 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Taksonomi atau pengelompokan dan penamaan spesies biota alam yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisik kini mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, di Indonesia saat ini mulai dirintis penerapan metode taksonomi menggunakan teknik DNA lingkungan atau environmental DNA.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dirhamsyah pada pembukaan Pelatihan Taksonomi Molekuler di Bidang Kelautan Berdasarkan pada Barcoding dan Meta-barcoding DNA. Pelatihan diadakan LIPI bekerja sama dengan Regional Training and Research Center on Marine Biodiversity and Ecosystem Health. Pelatihan yang diadakan hingga 6 Oktober 2017 itu diikuti 21 peserta dari sembilan negara, termasuk Indonesia.

Pelatihan di bidang taksonomi molekuler dan genetika, ujar Dirhamsyah, bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengenalan beragam spesies di laut serta asal usulnya di lingkup Indonesia dan Asia. “Di dunia penggunaan teknologi biologi molekuler dan genetika ini dapat meningkatkan kecepatan penemuan biota laut baru. Untuk jenis ikan saja, dengan teknik ini ditemukan sekitar 150 spesies baru per tahun,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Metode ini penting untuk dikuasai para peneliti di Indonesia mengingat Indonesia menjadi salah satu pusat riset dan pelatihan regional di bidang kelautan, terutama yang berkaitan dengan Marine Biodiversity and Ecosystem Health.

Indonesia yang memiliki keragaman hayati paling kaya di dunia juga berkepentingan melakukan program jangka panjang antara lain untuk memantau kesehatan ekosistem kelautan, khususnya terumbu karang. Hal ini terkait Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang yang dimulai 1998.

Menurut Dirhamsyah, pelatihan ini diharapkan dapat mendukung rencana dan strategi pengelolaan lingkungan kelautan, termasuk untuk konservasi spesies dan takson tertentu. Selain itu, pelatihan ini juga untuk mengetahui status ilmiah struktur jaring makanan dan komunitas biota laut di berbagai ekosistem, termasuk di laut dalam.

Pembacaan kode gen
Hagi Yulia Sugeha, Kepala Laboratorium Genetika Molekuler Kelautan LIPI, menjelaskan, metode DNA lingkungan ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen digital untuk melakukan analisis barcoding dan metabarcoding, yaitu teknik “pembacaan” kode gen organisme.

Teknik ini sejak tiga tahun lalu mulai diterapkan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI untuk memahami status keragaman hayati organisme laut di ekosistem perairan. Sementara untuk organisme darat, teknik ini sudah diterapkan sejak 2008. Studi barcoding DNA ini membantu memvalidasi penelitian taksonomi yang berbasis morfologi.

Hagi menambahkan, teknik baru ini memungkinkan pengumpulan materi genetika di kolom air dari berbagai ekosistem laut, termasuk laut dalam. Studi kode DNA tunggal untuk mengidentifikasi spesies dilakukan berdasarkan bahan genetika yang dikumpulkan dari spesimen individu.

Sementara studi metabarcoding memungkinkan untuk mengidentifikasi beberapa spesies di ekosistem tertentu berdasarkan limbah metabolik, jaringan yang rusak, atau sel kulit yang tergenang.

“Kedua teknik ini dapat memvalidasi dan melengkapi status keragaman hayati di laut tropis,” lanjut Dirhamsyah. Pelatihan akan dilakukan untuk mengidentifikasi organisme di laut tropis yang meliputi vertebrata laut (termasuk ikan dan burung) dan invertebrata laut (kerang). Selain itu, juga diteliti plankton, bakteri dan virus, serta tanaman laut, yaitu alga dan rumput laut.(YUN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Taksonomi Molekuler Digalakkan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 113 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB