Sumber Daya Genetik Memiliki Potensi Ekonomi Tinggi

- Editor

Rabu, 15 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kekayaan sumber daya genetik Indonesia memiliki potensi ekonomi tinggi. Namun, selama ini beberapa sumber daya genetik sudah diteliti peneliti asing dan dikomersialkan tanpa memberi keuntungan bagi Indonesia. Karena itu, dibutuhkan undang-undang khusus yang mengatur penggunaan sumber daya genetik tersebut.

Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN), Anang Noegroho, mengatakan, sumber daya genetik dari flora dan fauna memiliki kekuatan ekonomi tinggi. Kontribusi ekonomi sumber daya genetik untuk bahan obat, kesehatan, dan kosmetika pada tahun 2012 sebesar Rp 4 miliar. Hal itu ia sampaikan pada Kongres Sumber Daya Genetik VII di Balai Besar Biogen, Cimanggu, Bogor, Selasa (14/8/2018).

Potensi ekonomi sumber daya genetik itu menurutnya perlu dikelola dengan baik karena bias mendorong pembangunan nasional. Anang mengatakan, dibutuhkan peraturan berupa undang-undang yang mengatur pemanfaatan sumber daya genetik di Indonesia. “Rancangan Undang-undang SDG (Sumber Daya Genetik) seyogianya cepat untuk disahkan,” kata Anang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal ini ia sampaikan karena peneliti asing kerap memanfaatkan genetika dari hewan dan tumbuhan di Indonesia. Sayangnya, hasil dari penelitian tersebut tidak disertai dengan pembagian keuntungan yang adil dan merata atas pemanfaatan sumber daya genetik di Indonesia.

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Suasana Kongres Sumber Daya Genetik VII di Balai Besar Biogen, Cimanggu, Bogor, Selasa (14/8/2018).

Staf Ahli Komite II DPD, Rusli Abdullah, mengatakan, belum lama ini sejumlah peneliti di Amerika meriset darah komodo. Penelitian yang dipimpin oleh Monique van Hoek ini meneliti darah komodo untuk dimanfaatkan sebagai penyembuh luka.

Rusli mengatakan, penelitian itu seharusnya memberi kontribusi bagi masyarakat Indonesia karena komodo adalah binatang khas Indonesia. Jika penelitian itu dikomersialkan sebagai obat luka, potensi ekonominya besar.

“RUU SDG (Sumber Daya Genetik) sudah diajukan. Hal ini perlu mendapat perhatian karena seharusnya ada pembagian keuntungan yang adil dan merata atas pemanfaatan sumber daya genetik di Indonesia,” kata Rusli.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ragil Yoga Edi, mengatakan, pembagian keuntungan yang dimaksud, antara lain pertukaran ilmu pengetahuan dan pembagian keuntungan.

Peneliti asing yang meneliti di Indonesia seharusnya bermitra dengan peneliti lokal. Hal ini dimaksudkan agar ada proses transfer pengetahuan dari hasil penelitian tersebut. Selain itu, ada perjanjian pembagian keuntungan kepada pemerintah Indonesia jika hasil penelitian itu dikomersialkan.

Menurutnya, wilayah Indonesia yang luas membuat peneliti asing melakukan riset tanpa diketahui pemerintah. Bahkan, ia pernah menemui sebuah kasus peneliti berkedok turis. Ia pernah menemukan turis di Bali yang menangkap kupu-kupu untuk diteliti pada tahun 2000-an.

Menurut Ragil, belum adanya peraturan yang mengikat ini membuat etika di dalam penelitian kerap diabaikan peneliti asing di Indonesia. “Untuk menjaga sumber daya genetik, pemanfaatannya secara arif,” kata Ragil. (SUCIPTO)–YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 15 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB