Soputan dan Sinabung Meletus

- Editor

Rabu, 7 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aktivitas Slamet Menurun, Potensi Letusan Ada
Gunung Soputan di Sulawesi Utara dan Sinabung di Sumatera Utara kembali meletus, sedangkan empat gunung berstatus Siaga dan bisa meletus kapan saja. Masyarakat diminta mematuhi zona bahaya, sedangkan dunia penerbangan diminta waspada.


Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, meletus pukul 02.47 Wita. Dari Pos Pengamatan Gunung Soputan di Desa Silian Tiga, 10 kilometer barat daya puncak, dilaporkan, tinggi kolom abu letusan 6.500 meter dari puncak gunung dengan warna kelabu kehitaman. Selain kolom abu, teramati aliran lava yang meluncur 2.000 meter dari puncak. ”Letusan ini tergolong sedang hingga besar untuk Soputan,” kata Kepala Badan Geologi Surono, Selasa (6/1).

Masyarakat diimbau menjauh dari Soputan hingga 6,5 kilometer (km) dari puncak. Angky Wowor, warga Silian, menyatakan, banyak warga terbangun ketika mendengar letusan. ”Warga keluar rumah bersiap menyelamatkan diri,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap saat dihubungi dari Manado mengatakan, ia mengerahkan aparat menyiapkan daerah evakuasi bagi warga sekitar gunung. Ribuan masker siap dibagikan apabila terjadi letusan dan hujan debu susulan.

Menurut Surono, selain membahayakan warga, abu letusan bisa sangat berbahaya bagi lalu lintas pesawat terbang. ”Kami sudah memberi tahu ke Bandara Sam Ratulangi di Manado,” katanya.

Risiko penerbangan dari dan ke Sam Ratulangi tinggi apabila abu mengarah ke sana. ”Rekomendasi kami, bandara ditutup jika Soputan meletus, tetapi keputusan tergantung Dirjen Perhubungan Udara,” ujar Surono.

Sudah diantisipasi
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya dan BPBD sudah mengantisipasi letusan itu. Akan tetapi, sejauh ini belum perlu pengungsian. ”Masyarakat masih bisa beraktivitas seperti biasa di luar zona bahaya itu,” ucapnya.

Berdasar Peta Risiko Bahaya Gunung Api yang dipublikasikan PVMBG-Badan Geologi, bahaya letusan Soputan bagi penduduk relatif kecil karena permukiman dan aktivitas penduduk terdekat berjarak 8 km dari puncak. Jarak terjauh luncuran awan panas Soputan 6,5 km dari puncak, seperti Juni 2008. Ancaman terbesar di perkemahan di lereng timur laut, 3-4 km dari puncak Soputan.

Bupati Minahasa Selatan Euginia Tetty Paruntu menyatakan, ia telah meminta BPBD Minahasa Selatan bersiaga 24 jam. ”Kami tak dapat memperkirakan letusan Soputan sehingga perlu diwaspadai 24 jam,” ujarnya.

Catatan sejarah (Data Dasar Gunung Api, 2011), aktivitas letusan Soputan umumnya bersifat eksplosif dengan pusat aktivitas di puncak. Tercatat beberapa kejadian aliran lava, awan panas, dan pertumbuhan kubah lava.

Saat ini, Soputan memiliki endapan abu di lereng timur dan tenggara yang jika hujan lebat akan mengakibatkan aliran lahar, di antaranya ke arah bantaran Sungai Popang, Kawangkoan, Lowian, Pinamangkolan, Ranowangko, Pontu, Royongan Saluwangko, Royongan Walewangko, Kuala Kaluya, dan Kuala Palaus.

Slamet menurun
Selain Soputan, empat gunung lain saat ini berstatus Siaga, yakni Gamalama di Ternate, dan Karangetang serta Lokon di Sulawesi Utara. Sekalipun Siaga, Sinabung masih meletus.

Sementara Gunung Slamet di Jawa Tengah menurun aktivitasnya. Sejak 5 Januari 2015, status Slamet menjadi Waspada.

Meskipun demikian, menurut Surono, erupsi masih berpotensi terjadi di Slamet. Masyarakat dan pengunjung dilarang mendaki dan beraktivitas pada radius 2 km dari kawah.

”Meski status Waspada, masih ada potensi letusan,” kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Sudrajat. (AIK/WIE/ZAL)

Sumber: Kompas, 7 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB