Sinergi Pengelolaan Area untuk Cegah Konflik Harimau-Manusia

- Editor

Kamis, 30 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kemunculan satwa liar di pinggir hutan menjadi penanda ketidakberesan yang sedang dihadapi alam. Permasalahan keseimbangan rantai makanan dan konversi wilayah jelajahnya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

KOMPAS/YOLA SASTRA—Harimau sumatera Putra Singgulung memakan daging sapi di kandang perawatan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya yang dikelola Yayasan Arsari Djojohadikusumo di Nagari Lubuk Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Dharmasraya, Sumatera Barat, Senin (27/7/2020) malam. Harimau jantan berusia sekitar setahun ini dievakuasi BKSDA Sumbar dari Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Solok, Senin (29/6/2020), karena berulang kali masuk perladangan bersama saudaranya, Putri Singgulung, dan induknya.

Rentetan kasus konflik antara harimau dan manusia di sejumlah wilayah di Sumatera memerlukan penanganan serius dengan kolaborasi multipihak. Kehadiran satwa liar di pinggiran hutan pun seharusnya menjadi penanda alam bagi manusia bahwa terdapat berbagai gangguan dialami satwa, baik kekurangan pakan di dalam hutan maupun area jelajahnya yang diubah menjadi peruntukan lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat 23 kasus konflik harimau yang terjadi hingga pertengahan tahun 2020. Data tersebut dihimpun dari laporan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) di sejumlah daerah.

Aceh menjadi wilayah dengan konflik harimau terbanyak, yakni 8 kasus, disusul 7 kasus di Riau, 3 kasus di Bengkulu-Lampung, 2 kasus di Sumatera Utara, dan masing-masing 1 kasus di Sumatera Barat, Jambi, serta Sumatera Selatan.

”Ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan rantai makanan dan kehilangan habitat. Kemungkinan juga masih ada masalah perburuan yang benar-benar harus diatasi dengan Dirjen Penegakan Hukum,” ujar Direktur Jenderal KSDAE-KLHK Wiratno dalam webinar ”Global Tiger Day”, Rabu (29/7/2020).

Sepanjang tahun 2020, BKSDA di sejumlah daerah juga telah melakukan upaya penyelamatan harimau Sumatera yang terlibat konflik dengan manusia. Sejumlah lokasi penyelamatan harimau tersebut antara lain di Muara Enim (Sumatera Selatan), Subulussalam (Aceh), Indagiri Hilir (Riau), Solok (Sumatera Barat), dan Aceh Selatan (Aceh).

Setelah ditangkap, harimau tersebut direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat. Rehabilitasi dilakukan agar harimau dapat beradaptasi dengan kehidupan liar sebelum dilepaskan ke hutan.

Wiratno menjelaskan, dalam melakukan konservasi satwa, khususnya harimau, diperlukan upaya yang konsisten dan bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti korporasi. Salah satu hal yang bisa dilakukan korporasi adalah dengan membersihkan jerat atau jebakan harimau yang dipasang pemburu di wilayah konsesinya.

”Penegakan hukum masih terus berjalan dan pekerjaan pengawasan sangat penting untuk memenjarakan kelompok-kelompok yang sengaja berburu harimau untuk kepentingan bisnis dan ekonomi mereka,” katanya.

Kepala BBKSDA Sumatera Barat Erly Sukrismanto mengatakan, ketiadaan teknologi pendukung menjadi salah satu kendala dalam melakukan pemantauan populasi harimau. Saat ini, teknologi yang baru dimiliki BBKSDA Sumbar adalah camera trap atau kamera tersembunyi. Namun, karena jumlahnya terbatas, kamera tersebut juga baru dipasang di beberapa titik.

”Kendala ini membuat kami belum bisa menyampaikan dengan pasti berapa populasi harimau di Sumatera Barat. Semoga melalui kerja sama dengan berbagai pihak bisa dilakukan pemantauan sekaligus inventarisasi harimau,” tuturnya.

Erly menambahkan, BBKSDA Sumbar juga telah melakukan pengamanan, penjagaan, dan patroli kawasan untuk menghilangkan jerat harimau. Berkat upaya tersebut, jerat harimau yang ditemukan semakin sedikit. Sampai saat ini juga belum ada laporan harimau yang terjerat di Sumbar.

Guna menguatkan upaya konservasi, Dirjen KSDAE juga menjalin kemitraan dengan lembaga Yayasan Arsari Djojohadikusumo untuk mengelola cagar biosfer Giam Siak Kecil dan Bukit Batu, Riau. Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, menyatakan, selain harimau, nantinya kerja sama juga akan fokus pada konservasi satwa lain yang terancam punah, seperti primata, gajah, tapir, dan beberapa jenis burung.

Oleh PRADIPTA PANDU

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 29 Juli 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB