Revitalisasi Pendidikan Kejuruan

- Editor

Rabu, 11 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah saat ini sedang menyiapkan Instruksi Presiden tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia dengan melibatkan sejumlah kementerian dan pemerintah daerah.

Rupanya kebutuhan akan tenaga terampil tingkat menengah oleh industri dan proyek pembangunan sektoral sangat tinggi. Pendidikan kejuruan saat ini masih jauh dari ideal bahkan cenderung makin jauh dari harapan masyarakat. Revitalisasi ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan di atas.

Pendidikan kejuruan memerlukan investasi yang sangat mahal karena memerlukan guru atau instruktur yang mempunyai keahlian tinggi dan memerlukan peralatan yang selalu mutakhir sesuai dengan perkembangan industri. Untuk menghindari pemborosan investasi, perlu ditemukenali penyebab masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan kejuruan di Indonesia. Penambahan fasilitas praktik berupa penambahan peralatan dan penambahan jumlah guru belum tentu mampu meningkatkan mutu dan relevansi karena faktor utama justru terletak pada kemampuan murid sekolah menengah kejuruan (SMK).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lulusan SMA lebih disukai
Hasil survei penulis pada 2015 terhadap 460 perusahaan tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, dengan beragam bidang usaha dan beragam ukuran, menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan cukup puas dengan lulusan SMK yang telah mereka rekrut meski tingkat keahliannya belum sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan generasi muda yang siap latih untuk memasuki dunia kerja formal sesuai bidang keahlian yang dipelajarinya.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa separuh populasi lulusan SMK tidak memperoleh pekerjaan formal, artinya terjadi ketidaksesuaian antara keahlian yang dipelajari di SMK dan harapan dan kebutuhan perusahaan. Hal ini perlu jadi perhatian pembuat kebijakan agar program revitalisasi efektif dan tidak justru menjadi suatu pemborosan investasi. Hal lain yang mengemuka dari hasil survei adalah bahwa perusahaan lebih memilih lulusan sekolah menengah atas (SMA) daripada lulusan SMK. Perusahaan lebih memilih mereka yang siap latih karena dinamika pekerjaan yang demikian cepat dalam era persaingan global sehingga diperlukan calon pekerja yang adaptif mampu mengikuti perkembangan.

Dengan kondisi faktual seperti itu, keberadaan atau peran SMK perlu ditinjau kembali supaya cita-cita SMK dapat terwujud. Reformasi total pendidikan kejuruan perlu dilakukan agar eksistensi SMK tetap terjaga melalui upaya bagaimana menjadikan SMK sebagai pilihan oleh masyarakat (orangtua dan murid) karena SMK menjanjikan suatu prospek masa depan generasi muda dengan keahlian tertentu.

Selama ini SMK hampir selalu jadi pilihan kedua setelah SMA. Artinya, orangtua dan murid pada umumnya ingin masuk SMA, tetapi karena daya tampung SMA terbatas, mereka yang nilainya lebih rendah terpaksa harus masuk SMK daripada tidak bersekolah. Tentu saja tak sedikit mereka yang menjadikan SMK sebagai pilihan pertama karena berbagai pertimbangan dan mereka umumnya adalah outlayer (kelompok di atas rata rata).

SMK harus unik
Adanya dikotomi antara pendidikan umum dengan pendidikan kejuruan juga memicu orangtua dan murid lebih memilih SMA karena prospek masa depannya yang lebih terbuka. Pendidikan kejuruan memberikan kemampuan khusus bagi murid sehingga prospek masa depannya memang lebih terbatas. Di samping itu pendefinisian pendidikan kejuruan oleh pemerintah terkesan melemahkan SMK di mana keterampilan lebih diutamakan ketimbang pengetahuan, padahal untuk mempunyai keterampilan yang tinggi dibutuhkan pengetahuan yang tinggi.

Tantangan global saat ini sudah tak lagi terlalu membedakan antara pengetahuan dan keterampilan, bahkan sudah terjadi komplemen antara keduanya. Dengan demikian, antara pendidikan umum dan pendidikan kejuruan sudah tidak perlu dipisahkan atau dibedakan, keduanya dapat dilaksanakan dalam satu lembaga di mana peserta didik dapat memilih bidang keahlian yang diminatinya setelah memenuhi kecukupan pengetahuan, minimal pengetahuan dasar.

Idealnya di SMA ada peminatan bagi murid sesuai dengan bakat dan kapasitasnya, penjurusan di SMA sebaiknya ditiadakan karena pada usia semuda itu para murid belum dapat menentukan masa depannya, terlalu dini mereka membuat keputusan. Dengan demikian, tak ada lagi SMK dan tak akan ada perbedaan antara lulusan SMA dan SMK.

Seandainya SMK tetap dipertahankan keberadaannya, harus ada reformasi total di mana SMK harus betul-betul spesifik dan unik dan menjanjikan keahlian khusus yang dibutuhkan masyarakat. Karena keunikannya, SMK yang demikian sangat sedikit jumlahnya dan tiap SMK itu punya keluwesan mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat.

Di Jepang hanya ada lima technical college (semacam SMK) dan seluruhnya terintegrasi dengan industri besar, seperti Toyota dan lainnya. Kita di Indonesia dapat membuat SMK yang menarik karena keunikannya, misalnya, SMK untuk fashion design, SMK untuk menyiapkan master chef, dan lainnya. SMK seperti itu kalau ditangani tenaga profesional dan ditangani secara profesional, bukan birokrasi, pasti akan menjadi unggulan dan diminati para orangtua dan murid dari kalangan mampu.

Tantangan ke depan dalam revitalisasi pendidikan kejuruan adalah bagaimana agar SMK diminati kalangan mampu, bukan sekadar tempat bersekolah demi status sosial dan bukan sekadar upaya untuk peningkatan angka partisipasi kasar pendidikan menengah.

Satryo Soemantri Brodjonegoro, Dirjen Dikti (1999-2007), Guru Besar Emeritus ITB, dan wakil ketua AIPI
———–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul “Revitalisasi Pendidikan Kejuruan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Berita ini 21 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:13 WIB

Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB