Pilah Plastik sejak Awal

- Editor

Kamis, 28 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga membuang sampah yang dibungkus plastik  di tumpukan sampah yang terbengkalai di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta, Rabu (27/3/2019). Akses menuju Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan masih ditutup sejak Minggu (24/3/2019) oleh warga yang melayangkan protes. Penutupan TPST tersebut membuat sampah di berbagai kawasan di DIY terbengkalai.


KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Warga membuang sampah yang dibungkus plastik di tumpukan sampah yang terbengkalai di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta, Rabu (27/3/2019). Akses menuju Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan masih ditutup sejak Minggu (24/3/2019) oleh warga yang melayangkan protes. Penutupan TPST tersebut membuat sampah di berbagai kawasan di DIY terbengkalai. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Sampah plastik berpotensi dimanfaatkan sebagai campuran aspal. Namun, manajemen pengelolaan sampah harus bagus agar sampah plastik dapat dipilah sejak awal.

”Berdasarkan pengalaman kami melakukan uji coba, dibutuhkan sekitar 3 ton sampah plastik per kilometer jalan dengan ukuran lebar 6-7 meter,” kata Direktur Industri Aromatik dan Olefin Asosiasi Industri Plastik, Olefin, dan Aromatik (Inaplas) Edi Rivai ketika dihubungi, Senin (25/3/2019).

Jika dikalikan panjang jalan di Indonesia, sampah plastik yang dibutuhkan sebagai campuran aspal cukup banyak. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang dihadapi dalam mencampurkan plastik ke aspal adalah mengumpulkan sampah plastik dalam jumlah besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/RIZA FATHONI–Petugas Unit Pelayanan Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta berkumpul di gazebo dari botol plastik di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (15/3/2019). Gazebo yang digunakan sebagai tempat presensi petugas tersebut dibangun selama tiga bulan oleh petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup dari ribuan botol plastik yang dikumpulkan dari 10 pos penyaringan Kali Baru Timur di pinggir Jalan Raya Bogor. Pembuatan gazebo ini dimaksudkan sebagai contoh nyata langkah pengurangan dan pemanfaatan sampah.

”Kalau sudah sampai tempat pembuangan akhir akan menjadi tantangan tersendiri untuk mengambil sampah-sampah plastik tersebut,” kata Edi.

Sampah plastik yang terkumpul kemudian dicuci, dicacah seukuran 4 milimeter, kemudian dikeringkan hingga kadar air maksimum 10 persen sesuai spesifikasi sebagai campuran. Konsentrasi campuran sampah plastik sekitar 5 persen dari total sampah. Plastik dicacah hingga kecil agar pada saat meleleh dapat melapisi agregat batu yang akan ditumpangi atau dilapisi aspal.

”Tidak ada dampak ketika dipanaskan karena plastik dan aspal sama-sama hidrokarbon, sama-sama dari minyak. Bentuknya jadi lelehan, bukan bentuk bakaran,” kata Edi.

Sementara Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sugiyartanto mengatakan, pemanfaatan limbah plastik, terutama plastik keresek, sebagai campuran aspal belum terlalu banyak. Akan tetapi, campuran plastik dalam aspal telah diuji coba di beberapa lokasi.

”Penggunaannya atas rekomendasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR sehingga saat ini masih diperlukan spesifikasi khusus dari Balitbang. Kalau hasilnya bagus akan semakin banyak digunakan,” katanya.

Meski demikian, lanjutnya, pemerintah akan memperluas penggunaan campuran aspal plastik sebagaimana penggunaan karet alam sebagai campuran aspal di konstruksi jalan. Jika penggunaan aspal karet dilakukan di wilayah penghasil karet alam, seperti Sumatera, penerapan aspal plastik akan dilakukan di wilayah perkotaan.

Menurut Sugiyartanto, penerapan aspal plastik akan dilakukan di wilayah perkotaan yang sebagian besar di Pulau Jawa. Sementara untuk mendapatkan limbah plastik, pemerintah akan bekerja sama dengan pemulung.–NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR/C ANTO SAPTOWALYONO

Sumber: Kompas, 26 Maret 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB