Cukai Plastik; Kemasan Makanan Ikut Disasar

- Editor

Kamis, 16 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rencana pemerintah mengendalikan timbulan sampah plastik melalui penerapan cukai diperluas hingga kemasan makanan, minuman, dan lainnya. Upaya itu diharapkan menyadarkan produsen dan masyarakat akan setiap bungkus atau kemasan yang terlepas di lingkungan.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan R Sudirman, Selasa (14/6), di Jakarta, mengatakan, kemasan-kemasan plastik, seperti bungkus mi instan, sampo, dan minuman serbuk, hampir semuanya tak didaur ulang.

Di sisi lain, beberapa jenis plastik telah dimanfaatkan secara ekonomis, dikumpulkan, dan diolah lagi jadi produk sama atau produk lain. Contohnya, botol plastik minuman target pemulung dan industri daur ulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jenis plastik yang sudah bisa di-recycle tidak perlu cukai, tapi tetap dikendalikan,” kata Sudirman seusai pertemuan dengan beberapa kementerian menyusun peraturan pemerintah yang mengatur cukai pada plastik.

Pembahasan sebelumnya, cukai baru akan diterapkan pada botol minuman. Namun, setelah dapat masukan dari Istana, penerapan cukai agar diberlakukan pada jenis plastik paling besar jumlahnya di lingkungan.

Data Kementerian Perindustrian, komposisi timbulan sampah terdiri dari 67 persen sampah organik, 17 persen sampah plastik, serta 20 persen lain-lain, seperti gelas, logam, dan tekstil. Sampah plastik terdiri dari 62 persen tas keresek, 19 persen plastik PET, 10 persen plastik PE, dan 19 persen plastik jenis lain.

“KLHK fokus pada pengendalian lingkungan. Cukai harus dilihat pada pengendalian produk dan konsumsi penghasil sampah plastik,” ujarnya.

Pada pertemuan kemarin, pihaknya mengusulkan agar pertimbangan pengenaan cukai didasarkan pada lima kriteria. Di antaranya, plastik tak terurai di alam, kemasan tak dapat didaur ulang, kemasan yang didaur ulang sangat rendah/tak ekonomis, dan plastik yang 100 persen jadi sampah di lapangan.

Rencana pemerintah mengenakan cukai ditolak belasan asosiasi industri produksi dan pengguna plastik. Langkah ini dinilai menekan daya saing industri (Kompas, 12/5).

Beberapa waktu lalu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan ikut menolak pengenaan cukai. “Kami rasanya ikut mendukung asosiasi dari manufaktur,” katanya.

Pertimbangannya, belum ada jenis bahan yang bisa menggantikan plastik sebagai kemasan berbagai jenis makanan dan minuman. Asosiasi telah menyurati Presiden untuk mengurungkan niat pengenaan cukai. (ICH)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juni 2016, di halaman 13 dengan judul “Kemasan Makanan Ikut Disasar”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB