Mahasiswa FTUI Rancang Jembatan dengan Aspal dari Limbah Plastik, Raih Juara di Kompetisi Internasional

- Editor

Senin, 26 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebanyak tiga orang mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) merancang jembatan sepanjang 36 meter dengan menggunakan aspal dari limbah plastik. Limbah plastik itu digunakan sebagai agregat campuran pada aspal jalan.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Juan Fidel Ferdani dari program studi teknik sipil angkatan 2019, Bayu Dewanto dari prodi yang sama di angkatan 2020, dan Leonardo Dillon dari dari arsitektur angkatan 2020.

Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) merancang jembatan sepanjang 36 meter dengan menggunakan aspal dari limbah plastik sebagai agregat campuran pada aspal jalan. Sumber: ui.ac.id

Jembatan dengan model modified bowstring truss bridge ini dirancang untuk menghubungkan dua jalan di Singapura. Berdasarkan data dari The National Environmental Agency pada 2020, Singapura menghasilkan 868 ton sampah plastik. Angka ini menempatkan Singapura di peringkat ke-3 sampah terbanyak yang dihasilkan pada 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sayangnya, hanya 36 ton sampah plastik yang dapat didaur ulang atau 4 persen dari total sampah plastik yang dihasilkan. Hal ini tentunya menimbulkan kebutuhan mendesak dalam penangananan limbah plastik Singapura.

Permasalahan tersebut mendorong para mahasiswa FTUI yang tergabung dalam tim Galanika Nawasena ini untuk memanfaatkan limbah plastik Singapura dalam desain jembatan mereka.

“Jembatan yang kami rancang akan menghubungkan Commonwealth Avenue West dan Holland Grove Drive/Holland Grove untuk melintasi Ghim Moh Canal,” kata Bayu dilansir dari situs UI pada Jumat, 16 Juni lalu.

Mereka berharap rancangan ini dapat meningkatkan nilai sampah plastik dan mengurangi dampak buruk lingkungannya. Juan mengatakan model jembatan modified bowstring truss bridge dengan warren pattern dipilih karena model ini merupakan kombinasi antara bowstring truss pada balok tepi atas dan warren pattern pada rangka struktur jembatan.

Bowstring truss, dia menjelaskan, merupakan desain jembatan yang melengkung. Sedangkan warren pattern merupakan bentuk segitiga sama sisi pada rangka struktur jembatan. Bowstring truss digunakan karena pada diagram momen jembatan yang berbentuk kurva.

Sementara itu, warren pattern digunakan agar beban dapat tersebar secara merata di sejumlah segmen jembatan serta dapat meningkatkan estetika jembatan. Dengan kombinasi kedua tipe ini, rancangan jembatan tidak hanya kuat secara struktur, tetapi juga indah secara estetika.

Berkat desain jembatan ini, tim Galanika Nawasena berhasil meraih juara tiga pada ajang kompetisi desain jembatan internasional bergengsi Nanyang Technology University Bridge Design Competition (NTU BDC) 2023. Tim FTUI berhasil menyisihkan lebih dari seratus tim dari berbagai negara pada kompetisi yang berakhir di awal April lalu.

“Prestasi ini memperlihatkan kepada dunia bagaimana kolaborasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kepedulian lingkungan dapat menciptakan dampak positif yang signifikan,” kata Dekan FTUI Heri Hermansyah.

NTU BDC merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh klub mahasiswa fakultas teknik sipil dan lingkungan di NTU. Kompetisi ini berfokus pada perancangan struktural dan metode konstruksi jembatan, di mana mahasiswa ditantang untuk menghasilkan desain struktural praktis dan relevan dengan industri.

Reporter: Nabiila Azzahra
Editor: Devy Ernis

Sumber: Tempo.co, Sabtu, 17 Juni 2023

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 41 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB