Pertanian Konservasi; Kabar Baik di Lahan Jagung

- Editor

Senin, 20 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dikenal kering dan berbatu kini percaya diri mematok target sebagai lumbung jagung nasional. Tekstur tanah keras dan batu karang bercurah hujan minim bukan halangan. Itu justru modal menyelesaikan berbagai tantangan dan masalah lokal. Kata kuncinya, pertanian konservasi.
Emanuel Oenunu, warga Desa Humusu Sainiup, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Selasa (14/4), menunjukkan jagung hasil pertanian konservasi yang dipraktikkan kelompok taninya, Alek Lalan. Pertanian konservasi yang didampingi Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melalui Yayasan Mitra Tani Mandiri, mampu meningkatkan produktivitas jagung.KOMPAS/ICHWAN SUSANTOEmanuel Oenunu, warga Desa Humusu Sainiup, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Selasa (14/4), menunjukkan jagung hasil pertanian konservasi yang dipraktikkan kelompok taninya, Alek Lalan. Pertanian konservasi yang didampingi Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melalui Yayasan Mitra Tani Mandiri, mampu meningkatkan produktivitas jagung.

Dua tahun terakhir, 200 kelompok masyarakat lokal dikenalkan model pertanian konservasi. Konservasi dalam ini adalah kualitas tanah dijaga-bahkan ditingkatkan kesuburannya-dengan cara sederhana.

Inti metode itu mewajibkan petani mengolah tanah yang minim, menutup permukaan tanah dengan serasah atau tanaman rambat, merotasi jenis tanaman, dan menggunakan pupuk kompos buatan sendiri. Meski sederhana, cara itu tak lazim dan aneh bagi petani setempat yang 30 tahun dicekoki model pertanian intensif/ekstensif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak heran, Herman Bereseran (55), warga Desa Bakiruk di Malaka, NTT, awalnya tak percaya pertanian konservasi mampu “menyulap” lahan kering yang ia olah sejak muda, dapat menghasilkan pangan jagung yang baik. Herman akhirnya yakin meski satu lahan demplot kelompoknya yang ditanam Januari 2015 belum dipanen.

a84c55b1f6a342c9a7ed5e708fd7de73Semua berawal dari pengalaman. Daun jagung pada sepetak lahannya menguning tak sehat, permukaan tanah dipenuhi rumput liar. Itu jauh berbeda dengan kebun jagung lahan sebelah yang dijalankan dengan model pertanian konservasi. Demplot kebun jagung itu hijau tua segar, dipenuhi tanaman merambat kacang-kacangan di antara tunggul tanaman.

Di Humusu Sainiup, Kecamatan Insana Utara di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nicolaus Awit (60) pun awalnya tak percaya metode “aneh” pertanian konservasi itu menghasilkan produktivitas jagung tinggi. Selain aneh, metode ini awalnya butuh kerja otot ekstra.

Tanah kering dan keras diubah jadi lubang media tanam. Caranya bermacam-macam sesuai kemampuan petani. Bisa dengan lubang 30 x 30 x 30 sentimeter, membuat parit, atau membuat alur. Cekungan itu lalu diisi campuran pupuk kompos dan pupuk kandang 3-4 kilogram per lubang.

Lubang dan “parit” yang tak lagi dibuat setiap musim tanam itu jadi semacam “penjebak” dan penyimpanan unsur hara. Sementara itu, penanaman tanaman kacang-kacangan di antara tanaman jagung berfungsi sebagai tanaman penutup yang menahan penguapan air dan menjaga agar permukaan tanah tidak ditumbuhi rumput.

“Menyiangi rumput biasanya dilakukan ibu-ibu karena suami kerja tukang. Dengan kacang-kacangan menutup permukaan tanah, rumput yang bikin kurus tanaman tak bisa hidup,” kata Ujang Suparman, Manajer Program NTB-NTT Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) Indonesia. Akar kacang-kacangan yang bersimbiosis dengan bakteri rhizobium menghasilkan nitrogen sehingga menyuburkan media tanam.

Metode itu pertama kali dilakukan di Amerika Serikat tahun 1930. Saat itu, terjadi erosi tanah parah akibat terbawa aliran sungai maupun angin yang dikenal Great Dust Bowl. Kehilangan lapisan atas tanah ini membuat tanah tak subur.

Untuk mengembalikan lapisan atas tanah, mereka meninggalkan kebiasaan membajak tanah. Petani lokal juga membiarkan sisa tanaman yang telah dipanen di lahan. Tujuannya untuk menambah biomassa.

Tahun 2000-an, metode itu dipraktikkan di 60 juta petak lahan pertanian, terutama di wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan, dengan kerusakan tanah serupa. Kini, metode pertanian konservasi itu meluas di hampir seluruh lahan pertanian Afrika (Conservation Agriculture: A manual for farmers and extension workers in Africa, 2005).

Di Indonesia, metode itu diperkenalkan dua tahun terakhir oleh FAO bersama pemda dan LSM lokal. Mereka mencontohkan model pertanian konservasi di 237 demplot di NTB-NTT melibatkan 4.907 petani. Kedua provinsi itu dipilih karena umumnya punya persentase kandungan unsur C-organik (salah satu faktor penentu kesuburan tanah) yang amat rendah.

Di Lombok, kandungan C-organik kurang dari 1 persen mencapai 76,4 persen, sisanya rendah (1-2 persen). Di Pulau Timor, kandungan C-organik kurang dari 1 persen mencapai 35,82 persen, rendah (1-2 persen) 56,72 persen, dan moderat (2-3 persen) 7,46 persen.

Hasil perbandingan panen pada demplot dan kontrol (cara konvensional) menunjukkan hasil mencengangkan, peningkatan produksi mencapai lebih dari dua kali lipat. Jika dengan metode konvensional jagung yang dihasilkan 2 ton per ha, berlipat menjadi rata-rata 4,5 ton per ha saat menggunakan berbagai teknik pertanian konservasi.

Melalui pertanian konservasi, petani mendapat “bonus” panen berbagai jenis kacang-kacangan. Itu menambah gizi dan penghasilan petani usai panen jagung yang di sebagian NTT hanya dilakukan sekali setahun.

Ubah pola pikir

Dengan cara ini, petani juga mengubah pola pikir yang umumnya menyiapkan lahan penanaman dengan cara membakar. Selain polusi asap dan melepas emisi, pembakaran lahan pun merusak tekstur dan struktur tanah.

Lewat pemanfaatan pupuk kandang, warga tak lagi membiarkan ternaknya berkeliaran jauh dan melintas di jalan. Ternak dikandangkan atau diikat agar kotoran bisa dikumpulkan dengan mudah untuk pupuk.

Setelah panen, sisa tanaman jagung maupun kacang-kacangan kini tak lagi dikumpulkan. Sampah-sampah organik itu ditaruh di atas permukaan tanah untuk mempertebal tutupan biomassa. Perawatan selanjutnya menambahkan pupuk organik.

Edgar R Tibuludji, Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan NTT, mengakui, percontohan metode pertanian konservasi itu akan memudahkan replikasi. “Cara yang relatif mudah meski memang berat dilakukan di awal,” katanya. Di NTT, pertanian konservasi merupakan kabar baik.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 April 2015, di halaman 14 dengan judul “Kabar Baik di Lahan Jagung”.

Ichwan Susanto
Sumber: Kompas, 20 April 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB