Perkembangan Teknologi Kerap Terlambat Masuk Institusi Pendidikan

- Editor

Jumat, 28 September 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teknologi yang digunakan institusi pendidikan kerap tertinggal beberapa langkah dari perkembangan teknologi. Permasalahannya, anggaran biaya sekolah tidak selalu ada untuk memperbarui perlengkapan mengajar dengan teknologi terbaru. Pemerintah diharapkan mampu menjawab tantangan ini dengan berkolaborasi bersama industri.

Hal itu dikeluhkan Kepala SMKN 1 Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Amran Ali, ketika ditemui dalam kegiatan Global Education Supplies and Solutions (GESS) Indonesia di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Amran mengatakan, alat praktik yang dimiliki SMK kerap tertinggal teknologinya dari industri. Saat industri kendaraan sudah menggunakan teknologi pembakaran injeksi, sekolah yang ia pimpin masih menggunakan teknologi sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman menyampaikan materi diskusi bertema ”Teaching in The Future” dalam Global Education Supplies and Solutions Indonesia di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Hal itu membuat guru harus bersiasat dengan cara kreatif dengan memanfaatkan internet untuk mencari informasi teknologi terbaru.

”Guru di SMK biasanya memanfaatkan video yang bisa diakses di internet. Itu untuk mengenalkan sistem kerja dari teknologi terbaru. Tetapi, itu saja tidak cukup karena siswa SMK butuh praktik,” tutur Amran.

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Pengunjung mencoba proyektor dengan fitur papan tulis pada pameran Global Educational Supplies and Solutions Indonesia di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Kebijakan pemerintah untuk menunjang institusi pendidikan diperlukan agar ada solusi terbaik. Amran ingin adanya sinergi antara industri dan institusi pendidikan. Ia berkaca dari negara China dan Jerman. Industri di kedua negara itu memberikan alat kepada sekolah setiap kali ada teknologi terbaru. Menurut Amran, hal itu bisa membantu institusi pendidikan menyiapkan tenaga kerja yang bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.

”Teknis dan peraturannya perlu dipikirkan bersama karena jumlah sekolah di Indonesia banyak,” ujar Amran.

Di sisi lain, perusahaan teknologi sudah menyasar dunia pendidikan dengan mengembangkan alat penunjang pendidikan mutakhir. Mereka menawarkan berbagai fitur dengan teknologi terbaru. Salah satunya, perusahaan dari Myanmar, Development Innovation Insider (DiInsider), yang mengembangkan bahan ajar berbasis digital. Mereka mengembangkan teknologi augmented reality dan virtual reality.

”Siswa bisa memanfaatkan gawai masing-masing untuk mempelajari sesuatu, contohnya DNA. Jadi, tidak harus selalu ke laboratorium belajarnya. Di Myanmar, banyak sekolah yang tidak punya laboratorium, tetapi siswanya memiliki gawai. Ini menjadi peluang bagi kami untuk mengembangkan aplikasi penunjang,” ujar Hla Hla Win, CEO DiInsider, di sela-sela pameran GESS.

Menurut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman, permasalahannya ada pada pembangunan yang belum bisa menjamah seluruh wilayah Indonesia. ”Pembangunan selalu dimulai dari Ibu Kota,” lanjutnya.

Untuk itu, menurut Arief, guru perlu melakukan hal-hal kreatif agar siswa mampu berkembang meski dengan teknologi yang seadanya. Ia mengatakan, pengajar harus mampu menerapkan pendidikan global. Maksudnya, informasi terkini yang bisa diakses secara global diajarkan kepada siswa. Setelah itu, siswa diajak memahami permasalahan global untuk mencari solusinya. (SUCIPTO)–ADHI KUSUMAPUTRA

Sumber: Kompas, 26 September 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB