Perbudakan Modern Meningkat Pesat

- Editor

Rabu, 19 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perbudakan modern dalam berbagai bentuk, khususnya terhadap perempuan dan anak, meningkat rata-rata 20 persen; tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Korban perbudakan modern di dunia naik dari 29,7 juta orang pada tahun lalu menjadi 35,8 juta orang pada 2014. Adapun di Indonesia meningkat dari 210.970 orang menjadi 714.300 orang.


Data situasi perbudakan modern ini dikeluarkan organisasi Walk Free dalam Global Slavery Index 2014 yang diluncurkan serentak di Jakarta, Nairobi, Jordania, Vienna, Perth, dan London, Selasa (18/11). Peningkatan pesat ini menggelisahkan masyarakat internasional bahwa di masa peradaban modern ini masih berlangsung praktik keji perbudakan modern. Bentuknya mulai eksploitasi buruh anak, buruh migran dan buruh perempuan, eksploitasi seksual anak dan perempuan, serta pemaksaan pernikahan di bawah umur.

”Penekanannya pada berlangsungnya rantai pasok eksploitatif dalam produksi pangan, kosmetik, pakaian, jasa hiburan, sektor rumah tangga. Sabun, misalnya. Produk yang kita pakai itu hasilnya dari perbudakan modern. Pemakaian kata perbudakan modern ini sengaja untuk menggambarkan kondisi ekstrem,” tutur Analis Kebijakan Migrant Care Wahyu Susilo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peneliti Walk Free Australia, Khatarine Bryant, menyebutkan, perbudakan modern ini ada di 167 negara yang dicakupi global slavery index (GSI). Untuk wilayah Asia, jumlah korban perbudakan diperkirakan mencapai 23,5 juta orang atau dua pertiga dari jumlah korban di dunia. India dan Pakistan memiliki tingkat prevalensi tertinggi di Asia dibandingkan jumlah penduduk. Adapun Tiongkok, Indonesia, dan Thailand adalah negara di Asia Timur dengan jumlah absolut tertinggi korban perbudakan ini.

”Sebanyak 700.000-an orang yang mengalami perbudakan di Indonesia itu masuk di banyak sektor. Wujudnya kerja paksa, kawin paksa, dan eksploitasi seksual. Kami sedang berusaha menghitung, jika perbudakan modern itu dihapus, berapa nilai nominalnya,” kata Bryant. (IVV)

Sumber: Kompas, 19 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB