Catatan Iptek; Manusia Bijak

- Editor

Rabu, 3 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Semua predator puncak di alam memiliki kondisi fisik hebat. Harimau bertubuh liat dan berkaki tangkas, dengan cakar dan gigi setajam belati. Bentuk tubuh hiu dan kulit licinnya didesain sempurna untuk meliuk di air.

Bentuk sempurna ini melalui proses evolusi jutaan tahun, ditempa seleksi alam dan adaptasi. Dibanding mereka, fisik manusia begitu rapuh. Riset Katarzyna Bozek dari Max Planck Institute for Evolutionary Biology (2014) mengonfirmasi, evolusi manusia mengarah pada pelemahan otot-ototnya. Pelemahan fisik ini berbanding terbalik dengan otaknya. Jika otot melemah delapan kali lipat, otak berkembang empat kali lebih cepat.

Perbedaan utama antara manusia modern (Homo sapiens) dan spesies kera lain, seperti simpanse, adalah besarnya asupan energi untuk otak. Porsi otak manusia yang mencapai 2 persen volume tubuh menyedot 25 persen asupan kalori. Dengan otaknya manusia berpikir. Manusia kini telah menguasai hampir seluruh Bumi dan menghilangkan manusia lain, seperti Homo neandertal, sekaligus mengancam predator-predator lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dominasi manusia relatif baru jika dibandingkan dengan umur Bumi yang telah 4,5 miliar tahun atau bahkan manusia arkaik, Homo erectus yang pernah ada 1 juta tahun lalu. Sekalipun manusia modern muncul sejak 150.000 tahun lalu di Afrika, mereka baru sukses menjelajah Bumi 70.000 tahun lalu.

Sebelumnya, sekitar 100.000 tahun lalu, perjalanan pertama Homo sapiens keluar Afrika gagal. Sebagian teori menyebutkan, mereka kalah bersaing dengan manusia arkaik lain, seperti Homo neandertal yang lebih dulu menguasai Eurasia. Kepunahan itu terutama terjadi sekitar 74.000 tahun lalu ketika Bumi mendingin akibat letusan Supervolcano Toba di Sumatera.

Empat ribu tahun setelah letusan Toba, manusia modern memulai perjalanan kedua meninggalkan Afrika. Kali ini mereka sukses mendesak Neandertal dan semua spesies homo yang lain. Sekitar 45.000 tahun lalu, leluhur pertama manusia modern ini sampai Australia yang belum pernah dirambah manusia lain.

Yuval Noah Harari (2011) menyebut, periode 70.000 tahun lalu ini sebagai awal Revolusi Kognitif manusia modern, diduga terjadi karena mutasi genetik. Dari penciptaan rakit dan kemudian perahu, minyak lampu, busur dan panah, juga alat menjahit baju sehingga mampu menjelajah ke daerah dingin.

Lalu, 12.000 tahun lalu, manusia mencapai Revolusi Pertanian dengan kemampuan domestikasi hewan dan tanaman. Sekitar 500 tahun lalu, terjadi Revolusi Ilmu Pengetahuan, yang membuat manusia melompat lebih cepat lagi meninggalkan spesies lain. Manusia menyebut dirinya Homo sapiens—manusia bijak.

Kini, bahkan manusia menyingkirkan sesamanya. Manusia menciptakan ”kecerdasan buatan” yang mampu menggantikan tugas otak menghitung, membuat pola, dan membuat keputusan sehingga bisa menggerakkan mesin secara otomatis.

Michael Osborne, profesor dari University of Oxford, mengatakan, hanya soal waktu robot akan menggantikan berbagai pekerjaan manusia. Osborne memprediksi, 47 persen dari 702 jenis pekerjaan di Amerika Serikat di tingkat bawah akan diambil alih oleh komputer dalam dua dekade ke depan.

Tak hanya di Amerika, menurut laporan (Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2016, ada 242,2 juta buruh (56 persen) di lima negara Asian, termasuk di Indonesia, akan disingkirkan mesin. Di Indonesia, pekerja yang paling berisiko tergusur adalah pramuniaga 14 juta, bagian administrasi 1,7 juta, buruh bangunan dan penjahit pakaian, masing-masing 2,1 juta dan 1,1 juta orang.

Profesi wartawan pun tidak aman. Articoolo, perusahaan rintisan asal Israel, mampu membuat berita melalui algoritma komputer. Dengan tema sama, super komputer ini mampu membuat 100 artikel berbeda dengan cepat dan enak dibaca.

Apa keistimewaan manusia yang tersisa? Keistimewaan manusia adalah kemampuan berimajinasi. Sejauh ini hanya manusia yang dapat mencipta. ”Anda tidak akan bisa meyakinkan monyet agar menyerahkan pisangnya dengan ganjaran pisang berlimpah setelah dia mati nanti di surga monyet,” sebut Harari.

Imajinasi telah melahirkan ekspresi kebudayaan, dari lukisan di goa hingga puisi. Imajinasi juga mewujudkan peradaban. Namun, imajinasi kini memerangkap Homo sapiens. Duduk di sesak kereta, orang bisa tak peduli perempuan renta berdiri di sampingnya karena asyik dengan telepon genggamnya.–AHMAD ARIF
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Mei 2017, di halaman 13 dengan judul “Manusia Bijak”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB