Konsumsi Daging Tentukan Evolusi Gigi Manusia

- Editor

Sabtu, 12 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Studi menyebutkan, percepatan evolusi alat mengunyah pada manusia era awal jadi lebih kecil dipicu konsumsi daging mentah dan pengembangan alat batu. Evolusi itu menyebabkan perubahan lain, seperti kemampuan berbicara kian maju dan perubahan ukuran otak. Memasak jadi aktivitas biasa di era jauh setelahnya. Prof Daniel Lieberman dan Katherine Zink dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, memublikasikan temuan itu lewat jurnal Nature, Rabu (9/3).

Saat spesies Homo erectus muncul 2 juta tahun lalu, manusia berevolusi dengan ukuran otak dan tubuh lebih besar sehingga menambah kebutuhan energi harian. Namun, ukuran gigi manusia mengecil serta otot mengunyah dan kekuatan menggigit melemah. Adapun memasak belum jadi kebiasaan hingga 500.000 tahun lalu sehingga tak berdampak signifikan pada evolusi gigi dan otot mengunyah. Dalam riset, ia dan Zink pun coba memberi makan orang dewasa dengan daging dan jenis sayur yang dikonsumsi nenek moyang manusia. Dengan konsumsi makanan yang sepertiganya berupa daging serta memakai alat batu untuk mengiris daging dan menumbuk sayur, intensitas mengunyah pada manusia purba 17 persen lebih jarang dan 26 persen tanpa kekuatan. ”Simpanse butuh setengah hari untuk mengunyah,” ucap Lieberman. (BBC/JOG)
—————-
Desa Peduli Api untuk Mencegah Kebakaran Lahan

Pemerintah daerah perlu mengintensifkan pengawasan dan sosialisasi kepada warga demi mencegah terulangnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2015. Untuk itu, desa peduli api dibentuk dengan melibatkan masyarakat lokal dan adat demi membantu mengatasi titik panas pemicu kebakaran. Itu terungkap pada diskusi ”Mengedepankan Konsolidasi dan Penggalangan Kekuatan Nasional untuk mewujudkan Tahun 2016 Awal Bebas Bencana Karhutla”, Kamis (10/3), di Jakarta. Menurut Staf Khusus Gubernur Bidang Perubahan Iklim Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Najib Asmani, desa berperan penting mencegah kebakaran dan konflik karena ada 637.652 hektar lahan rawan kebakaran di 17 kabupaten di Sumatera Selatan. Kini, ada 157 pos pantau bagi perusahaan pemegang konsesi hutan tanaman industri. ”Perlu kemitraan dengan perusahaan dan lembaga pemerhati lingkungan untuk membina desa-desa dekat hutan,” kata Najib. Sekitar 26 desa peduli api diterapkan dan akan ditingkatkan 118 desa. (C07)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Kilas Iptek”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB