Fosil Denisovan Ditemukan di Tibet

- Editor

Sabtu, 4 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah ditemukan pertama kali di Goa Siberia, Rusia pada tahun 2010, fosil manusia purba Denisovan ditemukan di Goa Karst Baishiya di Dataran Tinggi Tibet, Xiahe, China. Penemuan tersebut sangat penting untuk memahami sejarah pembauran dengan manusia modern dan pengaruhnya terhadap kemampuan adaptasi di dataran tinggi yang minim oksigen.

Selama ini keberadaan Denisovan yang telah punah sekitar 50.000 tahun lalu hanya diketahui dari fosil jari yang ditemukan di Siberia. Mereka juga diketahui secara tidak langsung dari jejak genetiknya di manusia modern, dengan komposisi tertinggi terdapat pada orang Papua dan Papua Nugini. Populasi di Tibet diketahui juga memiliki DNA Denisovan yang khas.

–Lokasi penemuan fosil manusia purba Denisovan di Dataran Tinggi Tibet. Sumber: Nature, 2019

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penemuan fosil rahang bawah dan gigi Denisovan di Dataran Tinggi Tibet ini dilaporkan tim peneliti yang dipimpin Fahu Chen dari Institute of Tibetan Plateau Research, Dongju Zhang dari Lanzhou University, dan Jean-Jacques Hublin dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology (MPI-EVA) di jurnal Nature edisi Rabu (1/5/2019).

Fosil geraham ini awalnya ditemukan pada 1980 oleh biksu setempat yang kemudian diserahkan ke Universitas Lanzhou dan sejak 2010 telah dipelajari oleh Fahu Chen dan dan Dongju Zhang. Pada tahun 2016, tim MPI-EVA terlibat dalam menganalisis fosil ini. Karena kesulitan menemukan jejak DNA pada fosil tersebut, mereka kemudian mengekstrak protein dari salah satu gigi geraham.

“ Analisis protein gigi geraham di Xiahe ini milik dari populasi homonin yang berkerabat dekat dengan Denisovan dari Goa Denisova (Siberia),” kata Frido Welker dari MPI-EVA, dalam siaran pers.

Adaptasi ketinggian
Analisis penanggalan menggunakan uranium-thorium (U-Th) menemukan, fosil itu berusia 160.000 tahun lalu. Hal itu menunjukkan bahwa manusia purba ini telah menghuni Dataran Tinggi Tibet jauh sebelum kedatangan Homo sapiens atau manusia modern. Seperti diketahui, Homo sapiensbaru keluar dari Afrika setelah 70.000 tahun lalu dan diperkirakan tiba di kawasan ini setelah itu.

Sejumlah studi sebelumnya, misalnya oleh Huerta-Sánchez ?di jurnal Naturetahun 2014, telah menemukan bahwa manusia Himalaya saat ini memiliki rantai gen yang unik dalam genom mereka, yaitu EPAS1. Rantai gen yang diperoleh dari Denisovans ini yang membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan yang spesifik.

Goa Baishiya diketahui memiliki ketinggian 3.280 meter dari permukaan laut (mdpl). Seperti diketahui, kadar oksigen di udara akan berkurang seiring ketinggian dan hal ini akan mempengaruhi konsentrasinya di darah. Di dekat pantai, darah kita akan mendapatkan oksigen hingga 98 persen, akan menurun hingga 89 persen di ketinggian 3000 mdpl. Kekurangan okigen dalam darah bisa menyebakan hipoksia dan bisa memicu kematian.

“Manusia purba yang menghuni Dataran Tinggi Tibet sejak pertengahan Pleistosen ini telah beradaptasi dengan ketinggian dengan lingkungan hypoxic atau minim oksigenjauh sebelum kawasan ini dihuni manusia modern,” kata Dongju Zhang.

Selain rendahnya kadar oksigen, Dataran Tinggi Tibet diketahui memiliki suhu rendah dan sumber daya pangan terbatas. Keberadaan Denisovan di kawasan itu sejak lama, dan adanya jejak gen mereka pada manusia Tibet saat ini menjadi bukti mengenai pentingnya proses pembauran purba terhadap adaptasi manusia modern terhadap kondisi alam yang spesifik.

Seperti diketahui, Homo sapiens dan Denisovan, serta manuaia purba lainnya, Neandertalmerupakan keturunan manusia purba Homo heidelbergensis yang tinggal di Afrika. Namun, sekitar 500.000 hingga 600.000 tahun lalu, sekelompok H heidelbergensis meninggalkan Afrika. Satu cabang berkelana ke Asia Barat dan Eropa, berevolusi menjadi Neandertal. Cabang keturunan lain dari H heiberlgensismenjadi Denisovan, yang fosilnya baru ditemukan sekitar satu dekade lalu di Goa Denisova, Siberia.dan baru-baru di Tibet.

Kajian Viviane Slon (2018) menyebutkan, percabangan evolusi Neandertal dan Denisovan terjadi sejak sekitar 380.000 tahun lalu, sekalipun ada beberapa temuan hibrid keduanya.

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 3 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB