Peran dan Kontribusi Akademisi Lokal Perlu Ditingkatkan

- Editor

Senin, 28 September 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil riset akademisi memerlukan dukungan akses pasar. Kolaborasi perguruan tinggi dan industri perlu dibangun sedini mungkin sehingga memudahkan inovasi cepat dipasarkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO—Petugas melepas baterai motor listrik saat uji coba stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) di Jakarta, Senin (31/8/2020). Adanya SPBKLU ini diharapkan akan menambah minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.

Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan bisa menjadi peluang bagi akademisi lokal untuk berperan aktif dalam pengembangan kendaraan listrik. Hasil riset mereka dapat dibantu pemasarannya oleh industri.

Hal itu mengemuka dalam webinar Teach-Talks Session 10: Mengenal Mobil Listrik yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Indonesia bersama Indonesian Diaspora Network United, Sabtu (26/9/2020), di Jakarta.

Dosen Universitas Mercu Buana, Hadi Pranoto, memandang, pengembangan kendaraan listrik membutuhkan lintas bidang ilmu, seperti permesinan dan teknik elektro. Berdasarkan pengalaman kampus mengembangkan alat mekanis multiguna pedesaan bertenaga listrik, pihak pimpinan Universitas Mercu Buana mengadakan nota kesepahaman dengan perusahaan jaringan Astra Group.

Contoh lainnya adalah motor listrik Gesits yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Garasindo. Belakangan, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sebelas Maret, dan beberapa badan usaha milik negara, seperti PT Pertamina (Persero) dan PT Telekomunikasi Selular, turut serta dalam pengembangan sepeda motor listrik.

Akademisi mesti masuk menjalin relasi langsung dengan industri dan mencari pelaku yang memiliki satu visi. Kebijakan Kampus Merdeka yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memungkinkan hal itu terjadi.

”Permasalahan akademisi umumnya adalah kurang dukungan akses pasar. Ada sejumlah akademisi ataupun perguruan tinggi dalam negeri tertentu rajin membuat riset produk tetapi sulit memperoleh dukungan pemasaran. Akibatnya, temuan mereka hanya terdokumentasikan di paper,” ujar Hadi.

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO—Andri Wijanarko (45), warga Kelurahan Kober, Purwokerto Barat, mengangkat mobil listrik di Gang Cempaka, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (17/6/2020).

Dia mengakui, sejumlah produsen ataupun merek kendaraan listrik buatan asing masuk ke pasar Indonesia. Awal September 2020, sekitar 29 tipe mobil listrik telah mendapatkan Sertifikasi Uji Tipe dan Sertifikasi Registrasi Uji Tipe dari otoritas Indonesia.

Salah satunya adalah Hyundai Kona EV. Dia berharap, hal itu tidak membuat patah semangat akademisi Indonesia baik yang masih berkarya di dalam negeri maupun jadi diaspora di luar negeri.

”Apapun bentuk riset harus dilanjutkan. Pembelajaran bidang ilmu terkait kendaraan listrik perlu terus diajarkan, seperti perbaikan dan perawatan,” kata Hadi.

Di tengah kompetisi pengembangan kendaraan listrik yang semakin ketat, kolaborasi akademisi dengan dunia usaha/dunia industri bisa diterapkan untuk skala kecil menengah. Dia mengamati sudah ada sejumlah pelaku UKM/IKM berdiri melayani perbaikan dan perawatan.

”Kemampuan akademisi Indonesia tidak kalah dengan asing. Begitu pula dengan proses dan hasil riset mereka. Mereka hanya butuh dukungan akses pasar,” katanya.

Kepala Pusat Studi Kendaraan Listrik Universitas Budi Luhur (UBL) Sujono membenarkan pentingnya dukungan dunia usaha/dunia industri terhadap hasil riset akademisi. Sebagai contoh, pengalaman UBL dengan Blits, mobil balap bertenaga listrik.

DOKUMENTASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR—Mobil listrik Blits karya Universitas Budi Luhur dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Blits telah teruji dari Jakarta-Sabang dengan menempuh perjalanan sekitar 3.300 kilometer pada 2018. Perjalanan uji coba ini mendapat dukungan penuh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sehingga pengisian daya mudah. Kini, Blits sudah lahir generasi kedua.

Apabila tak ada dukungan industri, hasil riset akademisi apa pun, terutama berkaitan dengan kendaraan listrik, susah terealisasi dan dijual ke pasar. Dia mengilustrasikan, desain produk dilakukan oleh kampus. Lalu, proses prototipe harus dilakukan di pabrik manufaktur luar negeri. Setelah itu, barang diujicobakan di dalam negeri. Produksi dan pemasarannya masih harus menunggu dukungan lagi.

”Akhirnya, (kita) kembali melakukan modifikasi dan rekonstruksi atas kendaraan buatan luar. Potensi akademisi lokal perlu difasilitasi,” kata Sujono.

KOMPAS/MEDIANA—Co-Founder ElektrikCar, LLC-Michigan, Amerika Serikat, Danet Suryatama, mempresentasikan kendaraan listrik yang dibuat ElektrikCar dalam sesi webinar Teach-Talks Session 10 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Indonesia-Indonesian Diaspora Network United, Sabtu (26/9/2020).

Desentralisasi manufaktur
Co-Founder ElektrikCar Danet Suryatama mengatakan, pengembangan kendaraan listrik bersamaan dengan tren desentralisasi manufaktur. Artinya, pembukaan pasar kendaraan baru di suatu negara dapat melibatkan warga lokal, termasuk akademisi.

Menurut dia, tren itu perlu dipahami oleh mahasiswa generasi Z. Mereka mesti berpikiran bisa melakukan riset di mana saja dengan tetap membawa nama Indonesia.

Danet mencontohkan pengalaman ElektrikCar terlibat memenuhi pesanan kendaraan umum berdaya listrik di China. Dia membawa akademisi serta pekerja manufaktur kendaraan asal Indonesia ke China.

”Peluang riset kendaraan listrik masih terbuka luas. Potensi kolaborasi dengan dunia usaha/dunia industri juga masih dapat dieksplorasi lebih dalam. Intinya, saya harap, bagi mahasiswa mulai berpikir lulus bisa berkarya bukan hanya di Indonesia,” katanya.

Oleh MEDIANA

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 26 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB