Nobel Fisika; Tiga Ilmuwan Menguak Rahasia Materi

- Editor

Rabu, 5 Oktober 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Winners of the Nobel Prize in Physics (L-R) David J Thouless, F Duncan M Haldane and J Michael Kosterlitz are displayed on a screen during a press conference to announce the winner of the 2016 Nobel Prize in Physics at the Royal Swedish Academy of Sciences in Stockholm on October 4, 2016. 
British-born scientists David J. Thouless, F. Duncan Haldane and J. Michael Kosterlitz won the Nobel Physics Prize for revealing the secrets of exotic matter, the Nobel jury said. / AFP PHOTO / JONATHAN NACKSTRANDJONATHAN NACKSTRAND/AFP/Getty Images

Winners of the Nobel Prize in Physics (L-R) David J Thouless, F Duncan M Haldane and J Michael Kosterlitz are displayed on a screen during a press conference to announce the winner of the 2016 Nobel Prize in Physics at the Royal Swedish Academy of Sciences in Stockholm on October 4, 2016. British-born scientists David J. Thouless, F. Duncan Haldane and J. Michael Kosterlitz won the Nobel Physics Prize for revealing the secrets of exotic matter, the Nobel jury said. / AFP PHOTO / JONATHAN NACKSTRANDJONATHAN NACKSTRAND/AFP/Getty Images

Tiga fisikawan kelahiran Inggris yang berhasil menguak rahasia perilaku materi menerima Nobel Fisika 2016. Hasil penelitian mereka menuntun pada temuan- temuan beragam teknologi yang revolusioner, seperti super konduktor dan komputer kuantum.

Pada Selasa (4/10) di Stockholm, Royal Swedish Academy of Sciences mengumumkan J Michael Kosterlitz (Brown University, AS), David J Thouless (University of Washington, AS), dan F Duncan M Haldane (Princeton University, AS) sebagai penerima Nobel Fisika. Fisikawan dari cabang ilmu condensed matter physics tersebut menerima hadiah senilai 8 juta krona Swedia (sekitar Rp 12 miliar).

Pada awal 1970-an, Kosterlitz dan Thouless dengan konsep topologi berhasil menunjukkan, konduktivitas super dimungkinkan pada suhu amat rendah. Mereka juga menjelaskan mekanisme dan fase-fase transisi sampai hilangnya sifat konduktivitas super pada suhu lebih tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari temuan awal itu, pada 1980-an, Thouless berhasil menerapkannya pada material konduktor yang tipis konduksi. Haldane membuktikan bahwa konsep topologi dapat digunakan memahami perilaku rantai magnet yang amat kecil pada materi.

Topologi merupakan ilmu tentang sifat-sifat geometris dan relasi ruang yang tak terpengaruh perubahan bentuk atau ukuran yang berkesinambungan dari sebuah materi. Topologi mampu menjelaskan bagaimana sifat materi yang tidak berubah saat sebuah obyek diregang, dipuntir, atau berubah bentuk.

Amat kompleks
Penelitian ketiga fisikawan itu, menurut Steve Bramsell, fisikawan dari University College London, seperti dikutip The Guardian, telah membawa kemajuan luar biasa pada pemahaman sistem materi.

“Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu berutang pada teori yang demikian mendalam dari Kosterlitz, Thouless, dan Haldane,” ujarnya.

Winners of the Nobel Prize in Physics (L-R) David J Thouless, F Duncan M Haldane and J Michael Kosterlitz are displayed on a screen during a press conference to announce the winner of the 2016 Nobel Prize in Physics at the Royal Swedish Academy of Sciences in Stockholm on October 4, 2016.  British-born scientists David J. Thouless, F. Duncan Haldane and J. Michael Kosterlitz won the Nobel Physics Prize for revealing the secrets of exotic matter, the Nobel jury said. / AFP PHOTO / JONATHAN NACKSTRANDJONATHAN NACKSTRAND/AFP/Getty Images
Winners of the Nobel Prize in Physics (L-R) David J Thouless, F Duncan M Haldane and J Michael Kosterlitz are displayed on a screen during a press conference to announce the winner of the 2016 Nobel Prize in Physics at the Royal Swedish Academy of Sciences in Stockholm on October 4, 2016.
British-born scientists David J. Thouless, F. Duncan Haldane and J. Michael Kosterlitz won the Nobel Physics Prize for revealing the secrets of exotic matter, the Nobel jury said. / AFP PHOTO / JONATHAN NACKSTRANDJONATHAN NACKSTRAND/AFP/Getty Images

Kehebatan penelitian mereka berhasil menguak bagaimana demikian banyak materi-terutama film dan rangkaian atom-dapat dipahami melalui prinsip matematika sederhana dari topologi. Bagaimana atom-atom tersebut saling terhubung: sebuah donat dan sebuah cangkir memiliki topologi sama karena masing-masing memiliki satu lubang.

Anggota Komite Nobel Fisika, Thors Hans Hansson, berusaha memberikan pengertian topologi. Dia memegang roti sejenis donat (bagel), pretzel (kue kering menyerupai angka delapan), dan roti bantal (bun).

Dia mengatakan, di mata ahli topologi, perbedaan ketiganya hanya pada jumlah lubang: bagel memiliki satu lubang, pretzel memiliki dua lubang, dan bun tidak berlubang. Lubang merupakan salah satu sifat materi. Jumlah lubang tidak berubah meskipun benda-benda tersebut berubah bentuk.

Hal serupa terjadi pada materi yang amat tipis-yang dipandang sebagai materi dua dimensi, dan materi berupa benang-yang dipandang sebagai materi satu dimensi.

“Saya amat terkejut dan berterima kasih. Sekarang ada banyak temuan berdasar penelitian tersebut,” ujar Haldane, seperti dikutip The Guardian.

(WWW.NOBELPRIZE.ORG/ISW)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Oktober 2016, di halaman 14 dengan judul “Tiga Ilmuwan Menguak Rahasia Materi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB