Nobel Kimia 2013; Anugerah bagi Perancang Komputasi Reaksi

- Editor

Kamis, 10 Oktober 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tiga ahli kimia molekul yang membuat simulasi komputer untuk memahami dan memprediksi proses kimia mendapat anugerah Nobel Kimia 2013. Ketiga ahli tersebut adalah Martin Karplus (83), Michael Levitt (66), dan Arieh Warshel (73).

Karplus, berkebangsaan Amerika Serikat dan Austria, adalah Guru Besar Emeritus Kimia di Universitas Harvard, AS, dan Universitas Strasbourg, Perancis. Levitt yang memiliki tiga kewarganegaraan, AS, Inggris, dan Israel, adalah Guru Besar Penelitian Kanker di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, AS. Adapun Warshel yang berkewarganegaraan AS dan Israel adalah Guru Besar di Universitas California Selatan, AS.

Pengumuman pemenang Nobel Kimia 2013 disampaikan Sekretaris Tetap Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia Staffan Normark di Stockholm, Rabu (9/10) sore waktu Jakarta. Nobel diberikan atas kemampuan mereka mengembangkan model multiskala untuk sistem kimia kompleks pada 1970.

”Singkatnya, kami mengembangkan sebuah cara untuk melihat, mengambil struktur protein, dan memahami proses yang terjadi dengan menggunakan komputer,” kata Warshel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Reaksi kimia terjadi secepat kilat. Dalam sepersekian milidetik, elektron melompat dari satu inti atom ke inti atom yang lain. Akibatnya, proses yang terjadi sulit dipetakan.

Kondisi itu, menurut Ketua Komite Nobel Kimia 2013 Sven Lidin, diatasi Karplus, Levitt, dan Warshel dengan merancang sistem komputasi untuk mengikuti setiap proses kimia yang terjadi. Mereka menggabungkan prinsip fisika klasik (yang dikembangkan Isaac Newton) dengan prinsip fisika kuantum yang secara mendasar berbeda. Sebelumnya, ahli kimia menggunakan salah satu prinsip saja.

”Kekuatan fisika klasik adalah perhitungannya sederhana dan dapat digunakan untuk memodelkan molekul dalam jumlah besar. Namun, kelemahannya, ia tak bisa menyimulasikan reaksi kimia yang sangat cepat,” katanya.

Masalah itu bisa diatasi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum. Namun, penghitungan dengan fisika kuantum membutuhkan komputer dengan kekuatan besar. Karena itu, teknik ini biasanya diaplikasikan untuk reaksi dengan jumlah molekul kecil.

Sebagai contoh, simulasi tentang reaksi obat dengan protein target dalam tubuh. Komputasi dengan fisika kuantum hanya dilakukan pada atom di protein target yang bereaksi dengan obat. Sementara pengaruhnya pada protein lain (bukan target) yang jumlahnya lebih besar disimulasikan dengan fisika klasik.

Lidin mengatakan, dengan memahami detail reaksi kimia, manusia bisa mengembangkan obat-obat baru yang lebih efektif, memahami pemurnian katalis pada gas buang, hingga pengembangan sel surya untuk mendapatkan energi yang lebih baik.(AP/AFP/BBC/MZW)

Sumber: Kompas, 10 Oktober 2013
—————-
Penggagas Program Molekul Raih Nobel Kimia 2013

Komite Nobel mengumumkan Martin Karplus, Michael Levitt, dan Arieh Warshel sebagai penerima Hadiah Nobel Kimia 2013. “Mereka berjasa mengembangkan model multiskala untuk sistem kimia yang kompleks,” ujar Komite Nobel dalam pengumumannya di the Royal Swedish Academy of Sciences di Stockholm, Swedia, Rabu (9/10) ini.

Pada 1970, Karplus, Levitt dan Warshel membentuk dasar program komputer yang kini digunakan untuk memahami dan memprediksi proses kimia. Komite Nobel menyebut karya ketiganya membantu para peneliti mengembangkan program yang bisa menjelaskan proses kimia seperti pemurnian asap buangan atau fosintesis pada daun.

Model komputer tersebut berperan penting dalam pengembangan riset di bidang kimia saat ini. Komite menyebut karya Karplus, Levitt, dan Warshel adalah tonggak penting yang membuat prinsip fisika klasik Newton bisa berjalan sejajar dengan fisika kuantum yang sama sekali berbeda. “Sebelumnya ahli kimia harus memilih salah satunya.”

Keunggulan fisika klasik adalah penggunaan perhitungan sederhana dan bisa digunakan membuat model molekul yang besar. Untuk itulah para ahli kimia harus menggunakan perhitungan dengan fisika kuantum. Masalahnya, mereka membutuhkan komputer super agar bisa menyelesaikan hitungan dan itupun hanya berlaku untuk membuat model molekul yang kecil.

Bagaimana Latar Belakang Ketiga Ilmuwan Itu?
Sebelum ada program komputer, para ahli kimia harus menggunakan bola plastik dan tongkat untuk membuat model molekul. Saat ini membuat model molekul bisa dengan mudah dilakukan melalui komputer. Karplus, Levitt dan Warshel yang meletakkan fondasinya sehingga program pembuatan model dan analisis molekul menjadi kenyataan.

Karplus adalah profesor emeritus di Departemen Kimia dan Kimia Biologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Pria kelahiran Vienna, Austria 83 tahun lalu juga mendapat gelar profesor di Universitas Strasbourg, Prancis. Levitt, 66, adalah profesor di Lembaga Riset Kanker di Universitas Stanford sementara Warshel, 73, adalah profesor kehormatan di Universitas Southern California, Los Angeles.

Ketiga peneliti ini sama-sama memiliki kewarganegaraan ganda. Karplus mengantungi paspor Amerika Serikat dan Austria, Levitt terdaftar sebagai warga negara Amerika Serikat dan Inggris. Sementara Warshel adalah warga negara Amerika Serikat dan Israel. Mereka berbagi hadiah uang sebesar US$ 1,25 juta dari Komite Nobel.

AP | NOBELPRIZE | GABRIEL TITIYOGA

Sumber: tempo.com, Rabu, 09 Oktober 2013 | 19:03 WIB
———————–
Ilmuwan Pengembang Multi Skala Sistem Kimia Terima Hadiah Nobel 2013

The Royal Swedish Academy of Sciences menganugerahkan Hadiah Nobel Kimia 2013 kepada ilmuwan Martin Karplus, Michael Levitt, dan Arieh Warshel.

The Royal Swedish Academy of Sciences memuji hasil kerja tiga ilmuwan dalam mengembangkan model multi-skala untuk sistem kimiawi yang kompleks. Hadiah Nobel tahun ini untuk bidang kimia telah diberikan kepada ilmuwan Martin Karplus, Michael Levitt, dan Arieh Warshel.

Hadiah sebesar $ 1,25 juta akan dibagi rata di antara tiga pemenang tersebut.

Martin Karplus, yang lahir di Austria, adalah guru besar di Universitas Strasbourg dan Harvard. Warga Afrika Selatan Michael Levitt bekerja di Universitas Stanford, dan Arieh Warshel, yang lahir di Israel, berafiliasi dengan Universitas Southern California, Los Angeles.

Hadiah untuk prestasi di bidang ilmu pengetahuan, sastra dan perdamaian pertama kali diberikan pada tahun 1901 sesuai dengan wasiat penemu dinamit dan pengusaha, Alfred Nobel.

Sumber: voaindonesia.com, Rabu, 09 Oktober 2013 Waktu Washington, DC: 22:57
—————-
Karplus, Levitt, Warshel Raih Nobel Kimia 2013

Tiga ahli kimia molekul, yakni Martin Karplus, Michael Levitt dan Arieh Warshel meraih hadiah Nobel bidang kimia tahun 2013. Penghargaan dan hadiah senilai 1,25 juta Dolar AS diberikan pada ketiganya atas temuan model multiskala untuk sistem kimia kompleks.

“Ketiga ilmuwan membangun fondasi bagi program yang kokoh yang digunakan untuk memahami dan memprediksi proses-proses kimia,” jelas Akademi Sains Kerajaan Swedia dalam sebuah pernyataan saat penganugerahan, Rabu (9/10).

Martin Karplus berkebangsaan Amerika-Austria, Michael Levitt berkewarganegaraan ganda Amerika-Inggris, dan Arieh Warshel mewakili Amerika-Israel sukses merancang simulasi komputer yang mampu memperjelas proses kimia.

“Model komputer yang mencerminkan kehidupan nyata amatlah penting bagi kemajuan di bidang kimia,” lanjut pernyataan tersebut.

Awal pekan ini, dua warga Amerika Serikat dan seorang warga Jerman mendapatkan hadiah Nobel di bidang kedokteran atas penemuan cara zat kunci bergerak dalam sel. Sementara Nobel bidang kimia diraih Peter Higgs dari Inggris dan Francois Englert dari Belgia yang melahirkan teori yang membantu menjelaskan pembentukan materi pasca Dentuman Besar.( DW , Linda Putri / CN33 )

Sumber: Suara Merdeka, 10 Oktober 2013 | 05:14 wib

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB