Semakin menggeliatnya pariwisata bahari di Indonesia mendorong kemunculan industri wisata selam minat khusus seperti menyelam bersama hiu. Interaksi bersama predator alami di laut ini mengasyikkan, tetapi juga berisiko, baik bagi satwa maupun penyelam.
Karena itu, para operator selam harus memiliki prosedur ketat dalam memberi layanan perjumpaan dengan hiu selagi tidak ada aturan resmi dari pemerintah. Selain tidak sembarangan memberi pakan, operator juga perlu menempatkan penyelam berpengalaman dan berpengetahuan sebagai pendamping selam.
”Aturan main saya, hanya guide (pendamping selam) khusus yang boleh melakukan feeding (pemberian pakan). Tamu kami arahkan membentuk formasi yang tidak membuat hiu stres. Tamu juga tidak boleh mengejar, menyentuh, dan feeding ke hiu,” kata Darmawan ”Gharonk” Ahmad Mukharror, pendiri Shark Diving Indonesia, dalam diskusi di Manta Point Divers, Jakarta, Sabtu (3/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Darmawan yang memiliki usaha penyelaman di Morotai, Maluku Utara, tersebut hanya memercayakan atraksi pemberian pakan kepada seorang anggota stafnya yang berpengalaman dan berpengetahuan tentang karakter hiu. Anggota stafnya ini juga dibekali sarung tangan baja untuk mengantisipasi gigitan hiu.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Penyelam memotret koral di titik penyelaman Tanjung Mangguar, Kabupaten Nabire, Papua, Senin (14/7). Selain memiliki sejumlah titik penyelaman dengan keindahan alam bawah laut yang masih terjaga, Kabupaten Nabire juga mempunyai daya tarik wisata berupa hiu paus (Rhincodon typus) yang terus dilestarikan.
”Bagaimanapun kita berhadapan dengan hiu liar di alam,” kata Darmawan yang juga memegang lisensi selam instruktur spesialis konservasi hiu dari Professional Association of Diving Instructors (PADI).
Ia mencontohkan kejadian terbaru serangan hiu macan tanpa sebab (unprovoked incident) yang menewaskan wisatawan di Pulau Cocos, Kosta Rika, akhir November 2017. Saat itu wisatawan dan pendamping selam diserang hiu secara tiba-tiba tanpa pemberian pakan.
Karakter hiu
Dari ratusan rekaman penyelaman bersama hiu, Darmawan bisa membaca karakter jenis dan individu hiu yang dijumpai, khususnya jenis hiu sirip hitam karang (Carcharhinus melanopterus) yang kerap dijumpai. Hiu jenis ini ditemukan 7-8 ekor dalam sekali penyelaman di Morotai.
Mengutip sebuah laporan pada tahun 2016, Darmawan mengatakan, kejadian serangan hiu, baik ada penyebab (provoked) maupun tanpa sebab (unprovoked incident) pada penyelaman berada di urutan kedua setelah berenang.
Darmawan mengatakan, pemberian pakan kepada hiu masih terdapat pro dan kontra, baik di kalangan praktisi maupun akademisi. Melalui berbagai jurnal, golongan kontra menyatakan feeding menyebabkan karakter dan diet hiu berubah. Pada jurnal lain, golongan pro menyatakan pemberian pakan tak menyebabkan perubahan karakter.
Mengganti atraksi
Namun, ia menyatakan siap mengganti atraksi pemberian pakan jika ada pilihan lain secara teknologi untuk bisa menarik kedatangan hiu. Amerika Serikat yang memulai wisata selam bersama hiu dan kini melarang pemberian pakan malah kalah dari Bahama ataupun Palau yang masih menyajikan atraksi pemberian pakan.
Sekretaris Jenderal Persatuan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI) Firman Adiyaksa menyetujui atraksi pemberian pakan selagi dijalankan dengan prosedur yang ketat. Namun, ia mengakui, belum semua operator selam yang menawarkan penyelaman bersama hiu memiliki aturan main yang baik. ”Dari informasi ini, kami akan teruskan ke anggota-anggota kami untuk menjadi pengetahuan,” ujarnya. (ICH)
Sumber: Kompas, 5 Februari 2018