Melalui Peta, Orang Papua Lindungi Daerahnya Sendiri

- Editor

Selasa, 6 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keterbatasan akses dan data informasi serta berkali-kali aset dan pengelolaan lahan di Papua diserahkan kepada investor membuat masyarakat sipil membangun sistem Mata Papua. Informasi dalam WebGIS ini dibangun sejumlah organisasi yang isinya berupa informasi dan peta perizinan kehutanan, tambang, perkebunan, hingga peta suku setempat.

Langkah ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat akan ruang kelolanya serta memberikan informasi bagi pengambil kebijakan sebelum menerbitkan sejumlah perizinan. Selama ini, perizinan yang diterbitkan dari balik meja pejabat kerap mengabaikan fakta masyarakat yang hidup di dalamnya.

”Rezim hari ini mendukung keterbukaan informasi publik, apalagi sektor tata kelola hutan dan lahan akan lakukan transformasi lebih transparan. Namun, realitasnya beda. Apalagi buat kami di Papua,” ujar Franky Yafet Leonard Samperante, Direktur Eksekutif Yayasan Pusaka, Senin (5/2) di Jakarta, dalam peluncuran matapapua.org.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

GOOGLE MAPS–Peta Provinsi Papu dan Provinsi Papua Barat

Ia mengatakan, Papua saat ini telah menjadi sasaran ekspansi industri-industri ekstraktif yang haus lahan. Kondisi ini membuat ruang hidup masyarakat adat yang umumnya masih subsisten menjadi tergusur.

Meski demikian, menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), data konflik lahan/hutan di Papua masih sangat minim. Dari ratusan konflik di sejumlah daerah, KPA hanya mencatat lima konflik yang datanya pun didapatkan dari peliputan media. Menurut KPA, data ini tak rasional mengingat tren pengembangan industri ekstraktif mengarah ke timur, termasuk Papua.

Yafet menyebutkan, sumber data dan informasi dalam matapapua.org ini berasal dari jejaring masyarakat sipil di Papua. Ia mengatakan, data pelepasan kawasan hutan dan pertambangan, termasuk kontrak karya, sudah update. Hanya saja, untuk izin pembalakan kayu diakui belum update.

Yafet menuturkan, konsesi pertambangan penyumbang terbesar penguasaan lahan dengan area total seluas 9 juta hektar. Kemudian, konsesi pembalakan seluas 6 juta-7 juta hektar serta perkebunan mencapai 2,1 juta hektar. Peta ini, lanjutnya, seiring dengan semangat Satu Peta yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

Ke depan, ujarnya, informasi dalam webGIS dilengkapi dengan berbagai data pendukung perizinan, seperti izin lingkungan, izin prinsip, dan izin lokasi, yang berasal dari pemerintah daerah. ”Kami meminta dukungan teman-teman kerja jaringan untuk melengkapi data terkait izin ini,” ucapnya.

Charles Tawaru dari Papua Forest Watch mengungkapkan, sebagian peta masyarakat diperoleh melalui pemetaan partisipatif. Peta ini paling tidak bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada masyarakat adat yang hidup di kampung-kampung pedalaman Papua.–ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 5 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB