Greenpeace Luncurkan Peta Konsesi Tandingan

- Editor

Rabu, 16 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Greenpeace Indonesia, Selasa (15/3), di Jakarta, meluncurkan peta digital yang bisa diakses masyarakat untuk mengetahui kondisi hutan, khususnya terkait kebakaran hutan dan lahan serta deforestasi. Peta itu dilengkapi berbagai konsesi perizinan perusahaan sehingga masyarakat mengetahui lokasi titik-titik api.

Keterbukaan informasi itu diharapkan membuka rasa ingin tahu masyarakat. Di sisi lain, Greenpeace mendorong pemerintah segera merealisasikan program Satu Peta dan membuka peta konsesi yang bisa diakses publik.

“Peta ini kami susun efektif enam bulan. Ini menunjukkan sebenarnya tak susah menyusun peta jika ada kemauan politik dan data tersedia,” kata Teguh Surya, pengampanye hutan Greenpeace Indonesia, kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peta menggunakan platform peta digital daring dari Global Forest Watch yang dikelola World Resources Institute (WRI). “Perbedaan hanya pada data set. Data kami dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Greenpeace melengkapi dengan data lain,” kata Andika Putraditama dari WRI.

Menurut Teguh, peta yang dinamakan Peta Kepo Hutan itu berasal dari data konsesi logging dan hutan tanaman industri resmi dari KLHK serta data resmi konsesi perkebunan, pertambangan, dan batubara dari daerah. Data itu lalu dikompilasi dan didigitasi.

Peta itu, menurut Teguh, dilengkapi data titik panas sejak 2013 hingga kini menggunakan sensor Modis dari Satelit Terra Aqua. “Selama ini masyarakat bingung titik api ada di lahan atau hutan yang dikelola siapa. Dalam peta kami jelas kelihatan titik api ada di lahan atau konsesi siapa”.

overlapping_map_moratorium_vs_hti_riauGreenpeace pun membuka diri terhadap koreksi pemerintah atau perusahaan yang menilai digitasi dalam peta tidak benar. “Justru kami menyambut gembira kalau ada perusahaan keberatan, kita bisa saling tunjukkan datanya,” ujarnya.

Akses publik
Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid Dipopramono mengatakan, semua kebijakan publik, termasuk pemberian izin dan konsesi, boleh diakses publik. “Siapa yang melakukan pembakaran harus dibuka,” katanya.

Teknologi citra satelit saat ini, menurut dia, tak bisa lagi menutup-nutupi konsesi dan potensi sumber daya alam. Ia berharap jika masyarakat kesulitan mendapatkan akses informasi publik di pemerintah agar mengajukan sengketa kepada Komisi Informasi Pusat atau Komisi Informasi Daerah.

Sementara itu, Bambang Widjojanto, penasihat hukum kebijakan publik dan mantan unsur pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, mengatakan, transparansi seperti dalam peta itu dibutuhkan untuk memberantas korupsi. “Jika semua orang mendapat akses informasi untuk melihat dari siapa saja hak atas hutan diberikan dan dialihkan, peta-peta ini akan mampu mencegah kerugian sumber daya negara yang timbul dari korupsi dalam hal konsesi dan meningkatkan kepatuhan dalam tata kelola hutan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan KLHK Ruandha Agung Sugardiman mengatakan, pihaknya sudah terbuka dengan membuka akses peta sistem informasi geografis (GIS) bagi masyarakat. Masyarakat atau organisasi masyarakat bisa menggunakannya sejak 2010.

“Komitmen kami jelas, informasi ini terbuka untuk publik secara parsial bagi yang memerlukan, seperti perguruan tinggi,” ucapnya. Ia juga berharap permintaan data penajaman tidak dalam bentuk “gelondongan”.(ICH)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Greenpeace Luncurkan Peta Konsesi Tandingan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Berita ini 28 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB