Mayoritas Komponen Plasma Darah Tak Terpakai

- Editor

Kamis, 14 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebagian besar komponen plasma dari darah para penyumbang terbuang begitu saja. Padahal, jika plasma darah diolah lebih lanjut, itu bisa menghasilkan produk darah lain yang amat berguna dalam pengobatan penyakit berat.

Ria Syafitri, Direktur Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) menyampaikan hal itu pada forum APEC Blood Safety Policy Forum ke-4 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (13/12).

Darah hasil donor terdiri atas beberapa komponen yang masing-masing bisa dimanfaatkan bagi kesehatan. Tidak setiap pasien yang butuh darah memerlukan semua komponen darah. Komponen darah yang selama ini banyak terbuang adalah plasma darah. Penggunaan plasma darah hanya 10-20 persen. ”Tahun 2016 saja plasma darah yang terbuang sebanyak 93.000 liter,” kata Ria.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Padahal, jika plasma darah diolah (difraksinasi), bisa dihasilkan beberapa produk darah, seperti Human Albumin, Faktor VIII, Faktor IX, dan immunoglobulin G (IgG). Produk darah itu amat dibutuhkan untuk pengobatan penyakit berat, luka bakar, penyakit terkait imunosupresan, dan hemofilia.

Selama ini, mayoritas produk darah hasil fraksinasi yang dipakai pasien penyakit berat di Indonesia adalah impor. Dengan demikian, jika fraksionasi bisa dilakukan sendiri di dalam negeri, hal itu akan mengurangi ketergantungan impor.

Namun, fraksinasi memerlukan plasma darah yang bermutu dan industri fraksionator. Tidak semua unit transfusi darah mampu memproduksi plasma darah yang berkualitas.

Dari 221 unit transfusi darah (UTD) yang dimiliki PMI, baru enam unit yang menjalani akreditasi praktik pemrosesan yang baik (good manufacture product/ GMP) yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dari enam UTD itu, baru satu unit, yakni UTD PMI Surabaya, yang menerima sertifikat GMP. Setelah enam UTD itu menerima sertifikat GMP, 15 UTD lain disiapkan untuk menjalani akreditasi GMP agar PMI menghasilkan plasma darah bermutu.

Berdasarkan Peta Jalan Industri Farmasi Indonesia diproyeksikan memiliki industri fraksinator pada 2021.

Jamin ketersediaan
Sementara Industry Chair APEC Blood Safety Network, Jerry Holmberg, mengatakan, dalam isu darah, negara-negara APEC tak hanya menghadapi masalah keamanan darah yang didonorkan, tetapi juga ketersediaan atau kecukupannya. Dua hal itu umumnya menjadi persoalan di negara berpendapatan menengah ke bawah.

Jerry menambahkan, darah amat esensial bagi manusia. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dengan transfusi darah dalam hidupnya. Karena itu, memastikan darah tersedia dan berkualitas menjadi amat penting.

Ria menambahkan, tiap UTD wajib menapis darah yang didonorkan, meliputi penyakit hepatitis B, hepatitis C, HIV, dan sifilis. Terkait pemenuhan kebutuhan, sejauh ini secara nasional sekitar 90 persen kebutuhan darah nasional bisa dipenuhi.

Seusai membuka acara APEC kemarin, Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek memaparkan, jumlah kecelakaan lalu lintas bisa mencapai 26.000 kasus dalam setahun. Itu memerlukan banyak darah. Karena itu, masyarakat diharapkan sukarela menjadi penyumbang darah.

Selain kecelakaan lalu lintas, sejumlah masalah kesehatan juga membutuhkan transfusi darah dalam jumlah banyak. Beberapa masalah kesehatan tersebut di ataranya kasus penyakit dalam, melahirkan, dan talasemia. (ADH)

Sumber: Kompas, 14 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB